Jawa Pos

UNBK Nebeng di SMP

Delapan Siswa SMALB Unas Kertas

-

SURABAYA – Tidak semua siswa bisa melaksanak­an unas secara mandiri di sekolah masingmasi­ng. Misalnya, yang dialami SMA Tri Karya pada unas hari pertama kemarin (4/4). Pihak sekolah harus memboyong siswanya agar bisa mengikuti UNBK di SMPN 20 Surabaya.

Kondisi tersebut terjadi setelah sekolah merasa tidak mampu menyelengg­arakan UNBK secara mandiri pada 28 Maret lalu. Humas SMA Tri Karya Kasmanto menyampaik­an, kepindahan itu sudah seminggu lalu. ’’Kami mulai memindahka­n server sejak Senin lalu, H-7 sebelum UNBK dimulai,’’ jelasnya.

Sementara itu, Sunday Vina selaku proctor SMA Tri Karya menyatakan, UNBK berjalan lancar pada sesi pertama. ’’Alhamdulil­lah berjalan lancar,’’ tuturnya. Siswa berangkat satu jam sebelum ujian berlangsun­g. Siswa memang diingatkan guru agar tidak datang mepet jam ujian. ’’Karena ujiannya di sekolah lain, siswa harus datang lebih pagi. Jaga-jaga biar tidak telat,’’ tambahnya.

Siswa SMK Tri Karya yang ikut UNBK berjumlah 76 siswa dengan tiga sesi. Pada sesi pertama, siswa yang ikut mencapai 25 siswa. ’’Disusul sesi kedua 26 siswa dan sesi ketiga 25 siswa,’’ jelasnya.

Meski jumlah PC di SMPN 20 cukup banyak, SMA Tri Karya hanya menggunaka­n satu ruangan. ’’Ini kami lakukan agar sesuai dengan data yang sudah dilaporkan pusat,’’ katanya.

Vina menuturkan, jumlah kehadiran siswa tidak lengkap. ’’Ada satu siswa yang tidak hadir dan tanpa keterangan,’’ ucapnya. Selama ujian, ada seorang siswa yang harus dibantu pengawas karena mengalami hambatan pada penglihata­n. ’’Pengawas membantu siswa dengan membacakan agar mempermuda­h pengerjaan,’’ paparnya.

Dari pantauan Jawa Pos, tempat duduk siswa tampak cukup berdekatan satu dengan yang lain. Hal itu dibenarkan Kepala SMPN 20 Surabaya Fadjarijah Nurulita. ’’Kalau kursinya menjadi cukup berimpitan, wajar. Sebab, kapasitas tempat diperuntuk­an siswa SMP yang memiliki postur tubuh lebih kecil,’’ paparnya.

Sementara itu, kemarin (4/4) SMA luar biasa juga mengadakan unas dengan berbasis kertas. Salah satu SMALB penyelengg­ara unas tahun ini adalah SMALB Karya Mulia. Selain itu, ada dua sekolah luar biasa lain yang ikut menggabung. Yakni, SMALB Among Asih dan SMALB YPAB.

Tepat pukul 07.30 para siswa berada di ruangan masing-masing. Mereka terbagi menjadi tiga kelas. ”Masing-masing sekolah dipisah di kelas sendiri-sendiri,” jelas Kepala SMALB Karya Mulia Totok Warsito. Total keseluruha­n ada delapan siswa yang mengikuti unas di SMALB Karya Mulia. Perinciann­ya, dua siswa dari SMALB Karya Mulia, lima siswa dari SMALB YPAB, dan satu siswa dari SMALB Among Asih. ”Sebenarnya, siswa dari SMALB Among Asih digabung satu kelas dengan siswa-siswa dari Karya Mulia. Tetapi, aturan berubah. Jadi, mereka dipisah kelasnya,” papar Totok yang juga panitia unas.

Siswa tunanetra didampingi seorang guru pendamping. Tujuannya, membacakan pilihan ganda yang tertera di soal. ’’Kalau soalnya dibacakan pengawas,’’ ujar Totok. Cara tersebut dilakukan untuk efisiensi waktu.

Tahun ini terdapat penurunan jumlah siswa yang mengikuti unas di SMALB di Karya Mulia. Tahun lalu ada 14 siswa yang mengikuti unas dari SMALB Karya Mulia. ’’Penurunan itu juga disebabkan penyerapan siswa dan jumlah yang lulus. Tahun ini memang hanya dua siswa yang lulus,” papar Totok. Meski begitu, unas di SMALB berjalan sesuai prosedur. ’’Lancar dan terkendali. Semoga ke depannya dapat berjalan lancar,’’ ungkapnya. (elo/ara/c15/end)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia