BP Batam Sengaja Pertahankan Keaslian
Oleh pemerintah pusat, keberadaan kamp ini diserahkan ke Otorita (kini Badan Pengusahaan, BP) Batam.
BATAM – Tak terasa sudah 16 tahun usia Kamp Vietnam sebagai destinasi wisata sejarah di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau. Setiap pengunjung yang masuk diharuskan membayar Rp 5 ribu. Mobil dihitung Rp 10 ribu dan sepeda motor Rp 5 ribu.
Pembayaran dilakukan di pos depan. Selanjutnya, pengunjung bebas berkendara. Sayang, tidak ada peta atau brosur yang bisa dijadikan pegangan. Sebagian besar penunjuk jalan juga rusak. Satu-satunya media yang menggambarkan keseluruhan lokasi adalah maket kamp yang disimpan di museum.
Namun, pengunjung tidak akan tersesat di sana. Sebab, hanya ada satu akses masukkeluar. Mereka akan menemukan pos penjagaan saat keluar.
Museum Wisata Sejarah Kemanusiaan atau yang akrab disebut Kamp Vietnam tersebut asri dengan pepohonan, meski jalannya telah beraspal. Pohon-pohon itu pun menjadi habitat para monyet. Setiap ada mobil yang melintas, monyet keluar dari persembunyian, lalu menunggu makanan dilempar dari mobil.
Sebuah monumen kemanusiaan berdiri tak jauh dari pintu masuk. Monumen patung wanita itu dibangun atas dasar simpati kepada pengungsi yang bernama Tinh Nhan. Patung tersebut menjadi sebuah bentuk penghormatan.
Tak lama setelah melewati monumen itu, terbentang Pemakaman Nghia Trang. Pemakaman yang berisi sekitar 563 nisan tersebut merupakan kuburan para pengungsi yang meninggal karena faktor usia atau penyakit.
Pemakaman itu terawat. Temboknya bercat putih bersih. Di altar makam terdapat buahbuahan dan hio yang terbakar separo. Gulungan-gulungan kertas putih yang berisi angka-angka berserakan. Ternyata, ada pula yang mencari peruntungan di makam.
Selanjutnya, dua perahu tongkang merampok pemandangan. Konon, itu adalah perahu asli yang digunakan para pengungsi untuk melintasi Laut China Selatan. Badan Pengusahaan (BP) Batam sengaja mempertahankan keasliannya supaya tidak mengurangi muatan sejarah. ’’Kami hanya merenovasi bagian-bagian yang rusak,’’ kata Kepala Museum Wisata Sejarah Kemanusiaan Galang Said Adnan.
Secara garis besar, Kamp Vietnam dikelola BP Batam. Namun, tempat-tempat ibadah diserahkan kepada yayasan agama masingmasing. Misalnya, musala yang dikelola warga sekitar serta Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem yang dikelola Yayasan Bentara Persada. (wen/JPG/c5/diq)