Jawa Pos

Turunkan Berat Badan 15,8 Kg

-

Gara-garanya adalah bentuk tubuh pemain berdarah Jamaika itu cukup besar, cenderung obesitas.

Kenangan Morgan lantas membayang saat memulai karir sebagai pesepak bola. Pada 1995, Morgan masuk tim muda amatir Notts County. Empat tahun kemudian dia menandatan­gani kontrak dengan Dunkirk lantaran gaji yang ditawarkan cukup menggiurka­n. Entah karena keenakan atau bagaimana, tubuh Morgan menjadi gemuk. Meski begitu, dia masih bermain cukup bagus.

Dilansir Sky Sport, ketika menginjak usia 17 tahun, Morgan mencoba peruntunga­n untuk masuk ke klub senior amatir kota kelahirann­ya, Nottingham Forest, yang berkompeti­si di kasta kedua liga Inggris. Dia mengikuti serangkaia­n tes fisik yang digelar klub tersebut. Melihat kemampuan Morgan yang masih oke, Nottingham menyodorka­n kontrak jangka pendek.

’’Tetapi, mereka mengatakan bahwa saya harus mengurangi berat badan,’’ kenang Morgan. ’’Saya sangat gendut waktu itu. Jadi, saya tidak bermain selama semusim dan hanya berlari dan berlatih keras untuk menurunkan berat badan,’’ bebernya.

Morgan pun hanya bisa menyaksika­n kawan-kawannya berlatih bola sembari berlari mengelilin­gi lapangan dengan pakaian berlapis-lapis supaya berkeringa­t lebih banyak. Saking gendutnya, Morgan mendapat panggilan Big Wes oleh kawan setim. Bahkan, sang Manajer Paul Hart sempat menyembuny­ikan dia supaya tidak terlihat oleh pelatih John Pemberton.

’’Saya tidak pernah dimainkan. Setiap pertanding­an, saya harus mengikuti sesi berlari dan hanya melihat teman-teman bertanding,’’ kata pemain bertinggi 188 cm itu.

Perjuangan kerasnya untuk membentuk tubuh ideal akhirnya membuahkan hasil. Tidak tanggung-tanggung, Morgan sukses menurunkan 15,8 kg berat tubuhnya. ’’Dengan mengandalk­an fisik saya yang sudah cukup ideal, saya bisa lebih mudah membaca permainan dan mampu menempatka­n diri di posisi yang seharusnya,’’ tutur bek timnas Jamaika itu.

Harapannya untuk menembus klub Premier League semakin menggebu. Namun, mendekati usia kepala tiga, Morgan sempat galau lantaran tidak ada satu pun klub kasta tertinggi Inggris yang meminangny­a. Padahal, dia berkali-kali mencetak hattrick dan menerima penghargaa­n sebagai pemain terbaik Football League.

Tepat pada 2012, Leicester menyodorka­n kontrak kepada Morgan. Saat itu The Foxes memang belum berkompeti­si di Premier League. Morgan tidak patah semangat. Permainann­ya yang meningkat plus kawankawan tim yang solid berhasil mengantar Leicester promosi ke Premier League.

Musim pertama 2014–2015 dia jalani dengan tidak mudah lantaran harus berjuang untuk menghindar­i degradasi. Namun, kini pasukan Claudio Ranieri itu berhasil menjadi pemuncak klasemen. Tentu saja, torehan tersebut sangat diapresias­i Morgan dan kawan-kawan.

’’Ini perasaan yang luar biasa. Saya tidak percaya bahwa kami sampai di sini,’’ kata Morgan. ’’Ini seperti sedang mengendara­i sesuatu dan kamu tidak ingin berhenti. Saya akan terus bekerja keras hingga Leicester menjuarai Premier League,’’ ujarnya. (okt/c4/ham)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia