Jawa Pos

Saat Mengikuti Berbagai Event

El Wardah, Marching Band Binaan MAN Sidoarjo Upacara pembukaan Sidoarjo School Games beberapa waktu lalu dimeriahka­n banyak atraksi dan hiburan yang menarik. Salah satunya adalah penampilan El Wardah dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo.

-

marching band

LIMA belas remaja berjalan keluar dari balik panggung utama pada upacara pembukaan Sidoarjo School Games. Masingmasi­ng membawa alat musik pukul yang berbeda. Mengenakan kostum berwarna merah mencolok, mereka dengan rancak memainkan alat musik yang mengentak semangat para penonton.

Hiburan yang ditampilka­n bertambah semarak dengan permainan lighting yang indah. Heboh. Setengah jam berlalu, para remaja itu menghentik­an aksinya. Mereka lantas masuk ke balik panggung secara teratur. Para penonton pun memberikan tepuk tangan.

Beberapa saat kemudian, puluhan remaja lain kembali keluar. Kali ini mereka mengenakan kostum putih kombinasi hitam. Alat musik yang dibawa tampak lebih beragam. Misalnya, alat musik tiup dan perkusi. Beberapa perempuan juga tampak membawa bendera berbagai ukuran. Mulai kecil sampai besar.

Setelah mengambil posisi awal, mereka unjuk gigi. Masing-masing alat musik dimainkan sehingga membentuk alunan nada yang menawan. Para pembawa bendera juga tampil atraktif dengan gerakanger­akannya

Aksi mereka bertambah elok ketika para personel mengatur ulang posisi sehingga membentuk formasi baru. ’’Untuk menjaga performa, kami rutin berlatih dua kali dalam seminggu,” kata Kepala MAN Sidoarjo Kusnan.

El Wardah memang bukanlah nama marching band sembaranga­n. Sejak dibentuk pada 2000, banyak prestasi yang telah ditorehkan. Terakhir, El Wardah mampu membawa pulang 14 piala pada kategori berbeda saat mengikuti Delta Marching Open Festival (D’MOF). Sebuah kompetisi marching band se-Jatim yang diadakan di GOR Delta pada 11–13 Maret lalu.

Selain di level kabupaten dan provinsi, El Wardah mencatatka­n prestasi pada level nasional. Dalam lomba bertajuk Langgam Indonesia yang berlangsun­g di Bali pada 2004, El Wardah juga membawa pulang banyak penghargaa­n. ’’Lomba di Bali itu adalah penampilan pertama kami di level nasional,” ujarnya.

Kusnan menjelaska­n, awalnya El Wardah dibentuk untuk mengenalka­n MAN Sidoarjo kepada masyarakat Kota Delta. Sebab, saat itu sekolah mencari siswa pada tahun pelajaran baru. ’’Waktu itu, jumlah siswa di sini masih sedikit. Untuk menarik perhatian masyarakat, sekolah akhirnya membuat ekstrakuri­kuler marching band,” ucapnya. ’’Nama El Wardah memiliki arti bunga. Kehadiran El Wardah diharapkan bisa mengharumk­an nama sekolah,” imbuhnya.

Menurut alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya itu, prestasi yang sudah diraih El Wardah tidak datang begitu saja. Banyak suka duka yang harus dilalui terlebih dahulu. Misalnya, siswa harus mengorbank­an waktu untuk rutin berlatih. Sekolah juga harus mengeluark­an biaya tidak sedikit untuk membeli peralatan tampil. ’’Semua biaya mandiri,” ungkapnya.

Untuk melengkapi peralatan, sekolah terkadang membutuhka­n bantuan pihak lain. Kusnan mencontohk­an pembelian kostum yang terakhir. Menurut dia, kostum yang dipakai para personel El Wardah merupakan andil seorang wali murid. ’’Kebetulan, ada seorang wali murid yang bekerja di bidang konfeksi. Dia bersedia membantu kami menyediaka­n kostum dengan harga yang lebih terjangkau,” jelasnya. (edi/c7/tia)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia