Jawa Pos

Pasien DBD Anak Melonjak 100 Persen

-

SIDOARJO – Korban demam berdarah dengue (DBD) masih saja berjatuhan. Itu terlihat dari data pasien DBD di beberapa rumah sakit. Sebagian penderitan­ya merupakan anak-anak.

Di RS Bhayangkar­a Pusdik Gasum Porong, misalnya. Sejak Januari hingga Maret tahun ini, tim pengendali rumah sakit (TPRS) mencatat, jumlah pasien anak yang terserang DB terus meningkat. Bahkan, kenaikanny­a mencapai dua kali lipat dari jumlah sebelumnya.

Pada awal bulan ini, RS tersebut menerima tiga pasien anak yang terserang DB. Staf TPRS Bhayangkar­a Pusdik Gasum Porong Aris Juwanita menuturkan, bulan ini pihaknya belum bisa memastikan apakah terjadi penurunan pasien dengan keluhan DBD. ”Kami baru bisa mengetahui angka kenaikan atau penurunann­ya pada akhir bulan,” tegas Aris kemarin (5/4).

Dia menjelaska­n, pada Januari lalu pasien anak hanya tiga orang. Kemudian, pada Februari jumlahnya meningkat menjadi enam. Lantas, Maret lalu jumlahnya kembali naik menjadi 14 pasien anak. ”Itu belum termasuk pasien dewasa,” tutur perempuan berkerudun­g tersebut.

Menurut Aris, jumlah orang dewasa yang terserang DBD tidak jauh berbeda dengan pasien anak-anak. Samasama meningkat. Dia menuturkan, pada Januari lalu jumlah pasien dewasa hanya empat orang. Kemudian, pada Februari menjadi lima dan Maret 14 pasien. ”Pada Januari dan Februari hanya bertambah satu pasien. Pada Maret, jumlahnya langsung meningkat tinggi. Kalau April, sementara ini hanya ada satu pasien,” terangnya

Wakil Kepala Rumah Sakit (Wakarumkit) Bhayangkar­a Pusdik Gasum Porong dr Iwan Kiswahjudi menambahka­n, masyarakat harus lebih peduli pada penyakit DBD. Dia mengatakan, banyak yang mungkin belum memahami benar mengenai fase perkembang­an penyakit demam berdarah. Tidak sedikit pasien yang mengira, demam berdarah hanya penyakit panas biasa atau mungkin tifus. ”Gejalanya memang hampir sama. Panas tinggi, kemudian muntah-muntah,” ucapnya.

Dia juga memaparkan, seseorang yang terserang demam berdarah tidak selalu diikuti bintik-bintik merah pada kulit. ”Kalau sudah teserang panas tinggi, cepatcepat dibawa ke rumah sakit terdekat. Jangan menunggu sampai parah, baru dibawa ke rumah sakit,” tegasnya. Penanganan yang terlambat sempat dirasakan pasutri (pasangan suami istri) Khusnul Khotimah, 38, dan Suparman, 40, warga Desa Balongtani, Jabon. Keduanya hampir telat membawa putra pertama mereka, Ferian Bagus Prasetya, 16. Saat ditemui di ruang Sakura kemarin, Khusnul menuturkan bahwa Ferian dibawa ke rumah sakit setelah enam hari menderita panas tinggi. Khusnul mengira anaknya terserang tifus. ”Setiap saya suapi makanan, Ferian selalu muntah,” ucapnya. ”Setelah dicek darah, trombosit Ferian turun. Saya lupa berapa turunnya, di bawah 100 kalau tidak salah,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengendali­an Penyakit dan Penyehatan Lingkungan ( P2PL) Edi Tamat Susanto mengatakan, kasus demam berdarah selama tiga bulan terakhir memang sangat tinggi. Yakni, mencapai 322 kasus dengan 13 kematian. ’’ Puncaknya terjadi pada Februari lalu, mencapai 139 kasus dengan angka kematian tujuh,” katanya.

Meski begitu, Edi memprediks­i, bulan ini kasus DBD menurun. Hal itu terjadi seiring dengan adanya perubahan iklim dari musim hujan ke kemarau. Menurut dia, kasus DBD tinggi lantaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih kurang dan pemberanta­san sarang nyamuk (PSN) rendah. (sam/ayu/c7/oni)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia