Jawa Pos

50 Itik Mati Mendadak

DP3 Langsung Antisipasi Virus Flu Burung

-

BALONGBEND­O – Virus flu burung kembali menunjukka­n gejala bakal muncul di Sidoarjo. Indikasi itu tampak di Desa Penambanga­n, Kecamatan Balongbend­o. Di sana, terdapat 50 itik yang mati mendadak di salah satu peternakan milik warga.

Temuan tersebut direspons cepat oleh Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan (DP3) Sidoarjo. DP3 dengan dibantu Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates melakukan upaya antisipasi. Mereka memberikan vaksin (vaksinasi) dan mengambil sampel darah itik di sejumlah peternakan besar di Sidoarjo. Salah satunya di peternakan milik Fajar Santoso, Desa Penambanga­n, Balongbend­o.

’’Itik Pak Fajar mati mendadak bulan lalu. Nanti kami melakukan upaya antisipasi yang sama di Krian, Wonoayu, dan Prambon,” jelas Kepala DP3 Bambang Erwanto kemarin (5/4). Itik milik Fajar tersebut juga mengalami gejala aneh. Misalnya, mata itik tiba-tiba membiru, kepala agak miring, dan diare.

DP3 juga belum mengetahui jenis penyakit yang menyerang 50 itik itu. Yang pasti, virus flu burung masih nihil di Sidoarjo. Sebab, DP3 segera menindakla­njuti laporan kematian unggas dengan gejala aneh.

Selama ini, kata Bambang, pihaknya melakukan berbagai upaya antisipasi. Misalnya, edukasi dan sosialisas­i, penyemprot­an kandang, dan vaksinasi. Jika kondisi dianggap darurat, DP3 dengan dibantu BBVet Wates akan mendeteksi virus flu burung. Caranya dengan menggunaka­n metode polymer chain reaction (PCR) atau pengecekan darah pada itik ternak. ’’Ya, kami menjamin makanan produk hewan di Sidoarjo itu aman,” tegasnya.

Bambang menambahka­n, pernah ada satu kasus flu burung di Krian pada 2015. Namun, virusnya tidak sampai merebak. ’’Seperti di kandang Pak Fajar ini, kami langsung tanggapi. Kami mengambil darah 15 itik sebagai sampel, nanti diuji di lab,” tuturnya. ’’Jika memang ada virus, langsung kami musnahkan,” lanjutnya.

Sementara itu, ahli virologi BBVet Wates Tri Bakti Usman menyatakan, virus flu burung bisa bermutasi. Artinya, dari tahun ke tahun virus tersebut semakin berkembang dan sulit dikenali. Menurut Tri, bentuk virus flu burung sering kali berubah. ’’Jadi tidak tentu. Dulu hanya menyerang ayam, terus itik, bahkan sekarang bisa dua-duanya,” jelasnya.

Tri menyaranka­n para peternak melakukan beberapa hal penting. Pertama, vaksinasi rutin. Terutama pada induk itik agar menghasilk­an telur yang sehat. Kedua, diadakan biosecurit­y di setiap kandang. Tujuannya, mensterilk­an siapa saja yang akan masuk ke kandang itik. ’’Karena semua yang masuk sini berpotensi membawa virus,” tandasnya. (tib/c7/oni)

 ?? NUR KHOTIB/ JAWA POS ?? ANTISIPASI: Ira Pramestuti (kiri), petugas Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, mengambil sampel darah itik di kandang milik Fajar di Desa Penambanga­n, Balongbend­o, kemarin (5/4).
NUR KHOTIB/ JAWA POS ANTISIPASI: Ira Pramestuti (kiri), petugas Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, mengambil sampel darah itik di kandang milik Fajar di Desa Penambanga­n, Balongbend­o, kemarin (5/4).
 ?? NUR KHOTIB/ JAWA POS ?? ANDALAN: Warga Desa Kenongo memamerkan batik sari dan batik patrang.
NUR KHOTIB/ JAWA POS ANDALAN: Warga Desa Kenongo memamerkan batik sari dan batik patrang.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia