Jawa Pos

Panggil Dokter dan Perawat ke Rumah

Rela Bayar Ekstra asal Nyaman

-

SURABAYA – Setelah menjalani rawat inap, kadang pasien harus kembali diopname di rumah sakit. Istilahnya rehospital. Gara-gara lupa minum obat atau salah perawatan.

Untuk mengatasi, ada homecare yang lagi tren. Memanggil dokter atau perawat datang ke rumah. Praktis. Tanpa antre atau repot membawa pasien. Tentu saja, ada biaya ekstra yang harus disiapkan.

Menurut Direktur RSI Jemursari Prof dr Rochmad Romdoni SpPD SpJP, angka rehospital pada pasien seperti jantung dan diabetes cukup tinggi, yakni sampai 30 persen. Sering terjadi, pasien atau keluarga lupa mematuhi peraturan dokter. Akibatnya, tak sedikit pula yang meninggal setelah dirawat di rumah. Beberapa rumah sakit pun tanggap dengan kondisi tersebut. Mereka menawarkan homecare.

Layanan itu membantu pasien kembali beradaptas­i dengan kondisi rumah. Pasien dengan penyakit kronis rata-rata memang membutuhka­n waktu seminggu hingga sebulan untuk beradaptas­i dengan situasi rumah pascarawat inap. ’’Dari sisi psikologis pun pasien akan terbantu,’’ ujarnya. Keluarga juga merasa tenang karena didampingi dokter selama perawatan di rumah.

Dokter di unit homecare RS St Vincentius A Paulo (RKZ) dr Wahyu Lulus Ariyanto membenarka­n pernyataan Romdoni. Pada pelayanan dokter bisa melakukan untuk memantau kondisi pasien di rumah. ’’Diharapkan, ketika di rumah, pasien juga mendapatka­n standar perawatan seperti di rumah sakit,’’ tuturnya.

Selain itu, dia tidak menampik bahwa sebagian pasien mengi- nginkan kepraktisa­n. Sebab, pasien tidak perlu datang dan mengantre di rumah sakit untuk mendapat layanan pengobatan. ’’Keluarga yang tidak bisa mengantark­an pasien ke rumah sakit juga diuntungka­n dengan adanya layanan homecare,’’ ucap Ari.

Homecare tak terbatas pada pelayanan penyakit kritis. Tindakan maternitas seperti memandikan bayi, pijat, dan imunisasi juga bisa dilakukan di rumah. Bahkan, untuk layanan laboratori­um, pasien tidak perlu datang ke rumah sakit. Tinggal telepon, nanti petugas datang dan mengambil sampel yang dibutuhkan.

’’Pada dasarnya, semua penyakit bisa homecare. Tapi, syaratnya, ada rekomendas­i dokter atau saran dari rumah sakit,’’ ujar Kepala Unit Asuhan Keperawata­n Homecare dan Gizi RS Adi Husada Nyoman Arini.

Kebanyakan pasien yang meminta perawatan di rumah beralasan bosan di rumah sakit. Sebab, selalu saja ada pasien yang tanya kapan bisa pulang. ’’Batas akhir homecare adalah pasien dipastikan sehat,’’ ucap Arini.

Kalau rawat inap di rumah sakit, kamar dan dokter harus bayar. Kalau homecare, tidak ada biaya kamar. Namun, biaya disesuaika­n dengan jumlah kunjungan dan jarak rumah sakit dengan rumah pasien. Semakin berat kasus, kian sering jadwal kunjungan. ’’ Homecare mengurangi hari rawat,’’ kata Arini.

Selama homecare, pasien dan keluarga juga mendapat edukasi. Sebab, pasien sebenarnya belum 100 persen sembuh. Kalau tidak ada support keluarga, bisa-bisa sakit pasien malah kambuh. Misalnya, pada penderita diabetes yang mengalami luka gangrene. Pasien diajari posisi tidur sampai latihan napas panjang.

Keluarga juga dilatih merawat selama di rumah. Contohnya, memilih makanan. ’’Jangan sampai dibiarkan nyolong-nyolong melanggar aturan makan. Sebab, homecare juga sama-sama perawatan seperti di rumah sakit, hanya setting- nya rumah sendiri,’’ tegas Arini. (lyn/nir/c5/any)

 ?? FERLYNDA/JAWA POS ?? homecare, follow-up TAK PERLU REPOT KE RS: Stefanus Rachmat, 81, sedang diperiksa dr Wahyu Lulus Ariyanto di rumahnya, kawasan Jetis.
FERLYNDA/JAWA POS homecare, follow-up TAK PERLU REPOT KE RS: Stefanus Rachmat, 81, sedang diperiksa dr Wahyu Lulus Ariyanto di rumahnya, kawasan Jetis.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia