Bandar Jadikan Laut Pintu Masuk
Kali Pertama, Kapal Angkut Narkoba Ditangkap
JAKARTA – Pasar yang besar di Indonesia membuat jaringan narkoba internasional menggunakan akses dari segala penjuru untuk memasukkan barang haram dagangan mereka. Saat aparat keamanan ketat menjaga bandar udara dan aktif melakukan razia di jalan-jalan, kini para bandar mulai nekat menggunakan jalur laut sebagai pintu masuk
Hal itu terungkap dari Operasi Bersinar oleh gabungan petugas Direktorat Tindak Pidana Narkotika (Ditipid Narkotika) Bareskrim, Badan Nasional Narkotika (BNN), serta Ditjen Bea Cukai. Mereka sukses mengungkap penyelundupan narkotik melalui jalur laut kemarin (6/4).
Kapal kargo Bahari I yang memuat 40 kg sabu-sabu dan 180 ribu butir ekstasi berhasil ditangkap. Kapal tersebut dipastikan telah menyelundupkan narkotik sejak 2012 dan diprediksi sudah memasukkan sekitar 800 kg sabusabu dari luar negeri ke Indonesia.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menuturkan, narkotik di kapal Bahari I tersebut berasal dari Malaysia. Jalur penyelundupan narkotik itu dimulai dari sebuah pelabuhan di Malaysia. Dengan menggunakan kapal kayu, narkotik dikirim ke Selat Panjang, Riau.
Di Selat Panjang, kapal Bahari I sudah menunggu. Sabu-sabu lantas dipindahkan ke kapal yang biasanya memuat sembako tersebut. ”Di kapal Bahari I, sabu ditempatkan khusus di kamar nakhoda kapal,” jelas Badrodin di Cirebon kemarin.
Dari Selat Panjang, Riau, kapal Bahari I meluncur melewati Laut Jawa menuju Pelabuhan Cirebon. Sampai di Cirebon, ada kurir yang mengirimkan barang haram tersebut ke Jakarta. Saat itulah tim yang dipimpin Kepala Tim Narcotics Investigation Center AKBP Donny Setiawan menangkap pelaku.
Badrodin menyebutkan, penyelundupan narkoba dengan kapal ke Cirebon itu melibatkan dua narapidana, yakni Ricky Gunawan dan Anciong. Ricky masih menjalani hukuman di Lapas Cipinang, sedangkan Anciong di Lapas Tanjung Gusta, Medan.
Menurut Badrodin, Ricky alias Ricky Bom-Bom berperan sebagai pengendali pengiriman narkotik dari Tiongkok ke Malaysia hingga masuk ke Pelabuhan Cirebon. Dialah yang juga menugasi dua kurir, Rizki dan Fajar, untuk mengantar narkotik dari kapal ke sejumlah pemesan atau pelanggan.
”Ricky inilah yang mengatur keberangkatan kapal dari Malaysia. Nanti setelah sampai di Cirebon, dia juga yang menyuruh Rizki dan Fajar ngambil barang (narkoba, Red) dan ngirim ke pelangganpelanggannya,” jelas Badrodin.
Sementara itu, lanjut dia, Anciong berperan mengatur anak buahnya untuk memesan narkoba yang sudah turun di Pelabuhan Cirebon. Dia juga mengatur ke mana saja narkoba tersebut diedarkan ke bandar-bandar di sejumlah wilayah di Pulau Jawa. ”Dia (Anciong, Red) sekaligus menjadi pengendali transportasi,” katanya.
Jaringan narkoba tersebut dipastikan terhubung dengan jaringan internasional dari Malaysia dan Tiongkok. Polri berupaya menangkap bos besar jaringan tersebut dengan meminta bantuan Interpol. ”Kami tentu tidak ingin bos narkotik itu kembali berupaya memasukkan barang haram lagi.”
Mantan Kapolda Jatim tersebut menuturkan, kapal kargo itu dipastikan telah puluhan kali menyelundupkan narkotika sejak 2012. Dari penuturan tersangka, selama empat tahun tersebut, sekitar 8 kuintal sabu-sabu berhasil diselundupkan. ”Kami akan usut semuanya,” ujarnya.
Narkotik itu juga dikemas dalam plastik kopi dan biskuit. Hal tersebut ditujukan untuk mengelabui petugas. ”Hal semacam ini sudah biasa dilakukan. Banyak cara,” ujar Badrodin.
Dengan adanya penyelundupan narkotik melalui kapal kargo tersebut, Polri akan lebih ketat mengawasi pintu masuk seperti pelabuhan. Tentu, mereka bekerja sama dengan BNN dan Bea Cukai. ”Kami akan awasi setiap kapal yang bongkar muat. Sudah ada anjing K-9 yang disiapkan untuk mendeteksi keberadaan narkotik.”
Yang juga penting, karena jaringan pengedar tersebut melibat- kan narapidana, Polri akan bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum dan HAM) untuk mencegah narapidana mengedarkan narkotik. ”Ketiga narapidana juga sedang diperiksa,” ungkapnya.
Sementara itu, Wadir Dittipid Narkotika Bareskrim Kombespol Nugroho Aji menjelaskan, total ada sembilan tersangka yang ditangkap terkait dengan penyelundupan sabu-sabu dan ekstasi lewat kapal tersebut. ”Mereka sedang diperiksa semua,” jelasnya.
Sembilan orang tersebut, selain Ricky Gunawan, 34, dan Anciong, 40, adalah Muhammad Rizki, 30; Fajar Priyo Susilo, 25; Jusman, 52; Sugianto alias Achi, 29; Hedri Unan, 28; Gunawan Aminah, 60; dan Yanto alias Abeng, 36.
Jusman merupakan transporter atau pengendali kapal. Rizki dan Fajar Priyo bertugas di bagian distribusi dan gudang. Sugianto bertugas mengendalikan pengiriman dari Malaysia ke Selat Panjang. ”Hendri dan Gunawan sebagai pembayar uang operasional pengiriman narkotik,” katanya.
Dalam operasi gabungan kemarin, petugas menyita sejumlah barang bukti. Selain 40 kg sabusabu dan 180 ribu butir ekstasi, ada 2 unit alat pres, timbangan, 16 handphone, dan kapal. ”Kami pastikan mengusut hingga akarakarnya,” tegasnya.
Badrodin menambahkan, selain kasus sabu-sabu di kapal, BNN, Polri, dan Polda Metro Jaya mengungkap peredaran 144 kg sabu-sabu. Baik berbentuk cair maupun kristal. Semua tangkapan bersama itu menunjukkan bahwa Operasi Bersinar sesuai dengan instruksi Presiden Jokowoi telah efektif mencegah peredaran narkotik. ”Kami akan lebih giat dalam mencegah barang haram masuk,” ujarnya.
Dalam acara itu, dilakukan pula pemusnahan ratusan kilogram ganja asal Kamboja yang diselundupkan beberapa bulan lalu. Ganja asal Kamboja tersebut menyaingi ganja asal Aceh. (idr/c5/kim)