Gencarkan Hemat Energi
SURABAYA – Produsen peralatan listrik di Indonesia berupaya terus mendorong efisiensi di sektor energi. Adanya efisiensi itu setidaknya mampu menahan laju konsumsi listrik di tanah air. Country President Schneider Electric Indonesia Riyanto Mashan menyatakan bahwa penghematan dari sisi permintaan listrik mampu menekan penghematan di sisi suplai.
’’Perbandingannya, melakukan 1 penghematan dari sisi permintaan bisa menghemat 3 kali lipat dari sisi suplai. Jadi, kita harus melakukan efisiensi energi sehingga pembangunan pembangkit pun bisa ditekan. Membangun pembangkit kan butuh waktu 12–36 bulan,’’ katanya kemarin (6/4).
Core Founder Green Building Council Indonesia Rana Yusuf Nasir mengungkapkan, secara nasional efisiensi di Indonesia masih rendah. ’’Ini yang menjadi masalah. Untuk melakukan efisiensi yang paling cepat dan efektif dari sektor bangunan. Bangunan yang existing saja bisa dikejar dalam waktu 6 bulan,’’ ungkap dia.
Bangunan komersial berkontribusi 16–17 persen terhadap konsumsi listrik di Indonesia. Konsumsi untuk bangunan rumah tangga bisa sampai 30 persen. Dalam rencana induk konservasi energi nasional, melakukan efisiensi 15 persen pada 2025 telah dicanangkan. Syarat tersebut bisa dicapai jika 80 persen dari gedung baru melaksanakan efisiensi 50 persen. Saat ini gedung baru masih melakukan efisiensi 35 persen. Sebanyak 45 persen gedung existing sudah harus melakukan efisiensi di angka 33 persen. ’’Di Singapura, 80 persen dari gedung existing bahkan telah terlibat dalam efisiensi penggunaan energi,’’ ujarnya.
Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) pun telah mewajibkan green building dengan menerbitkan Peraturan Menteri PUPR No 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau. (vir/c14/oki)