Jawa Pos

Jalan Protokol Bopeng-Bopeng

Sebagian Warga Inisiatif Menambal Sendiri

-

SURABAYA – Jalan rusak masih begitu mudah ditemui di Surabaya. Bukan di pinggir kota saja, di jalan protokol pun banyak jalan yang jebol. Misalnya, Jalan Raya Darmo, Jalan Kenjeran, hingga Jalan Urip Sumoharjo.

Jalan Raya Darmo yang menjadi akses utama masuk dalam kota ternyata tidak mulus-mulus amat. Dari pantauan kemarin (6/4), tercatat tidak kurang dari 153 titik kerusakan di jalan sepanjang 2 kilometer tersebut. Jumlah itu sudah termasuk arah dalam kota dan luar kota.

Kerusakan itu, antara lain, terdapat di depan restoran cepat saji yang tidak jauh dari perempatan Jalan Raya Darmo-Polisi Istimewa. Ada aspal yang mengelupas di tengah-tengah jalan. Tepatnya di pinggir markah jalan. Aspal yang mengelupas itu sedalam 10 sentimeter. Panjangnya sampai 30 sentimeter

Kerusakan di depan restoran cepat saji itu tidak hanya satu titik. Hanya sekitar 3 meter dari titik tersebut, ada kerusakan serupa. Bentuknya pun mirip. Berada di dekat markah jalan.

Di Jalan Raya Darmo ke arah dalam kota pun terdapat kerusakan yang cukup parah. Lokasinya tidak jauh dari Museum Bank Indonesia. Persisnya di sisi lajur paling kanan. Jawa Pos yang melewati jalan rusak tersebut sampai sedikit terguncang. Ter- masuk pengendara sepeda motor yang lewat lebih dahulu. Pengendara tersebut hampir oleng karena menghindar­i lubang yang menganga. ’’Waduh, meh njungkel aku,’’ ujar pengendara tersebut.

Setidaknya ada dua titik kerusakan lain yang agak berjauhan di jalan tersebut. Lokasinya pun di lajur paling kanan, dekat dengan markah jalan. Ada satu lagi lubang memanjang dekat jembatan penyeberan­gan orang (JPO) di Jalan Raya Darmo.

Rata-rata kerusakan di jalan protokol memang berupa aspal yang mengelupas. Batu-batu yang menjadi bagian dari penyusun jalan tampak menyembul. Pengendara sepeda motor akan merasakan getaran karena ban sepeda motor yang melaju di atas batu kecil itu.

Kondisi di Jalan Kenjeran agak jauh berbeda. Dari pantauan kemarin, beberapa titik di jalan tersebut sudah ditambal. Tetapi, tambalan yang telalu tinggi membuat pengendara kurang nyaman. Apalagi titik tambalan itu begitu banyak. Bentuk aspal lama dan baru pun terlihat begitu berbeda.

Meski sudah ada penambalan, kerusakan masih saja mudah ditemukan di Jalan Kenjeran. Dari hitungan Jawa Pos, jumlah lubang di Jalan Kenjeran sisi utara tidak kurang dari 204 titik. Sementara itu, di sisi selatan, kerusakan terjadi di sekitar 114 titik. Meski jumlahnya lebih sedikit, tingkat kerusakan di sisi selatan lebih parah.

Banyak kerusakan jalan itu yang ternyata ditambal sendiri oleh warga. Misalnya, di Jalan Jagir yang tidak jauh dari depan persil nomor 16. Di jalan tersebut ada bekas galian pipa. Aspal yang melapisi ternyata tidak cukup kuat melawan ribuan kendaraan yang lalu-lalang di jalan tersebut.

Andung, salah seorang penjual mebel, menuturkan, warga tidak bisa menunggu perbaikan dari pemkot. Mereka berinisiat­if menambal jalan yang rusak itu dengan paving. Lebar jalan yang rusak itu sekitar 1 meter dengan panjang 2 meter. ’’Kalau nunggu dari pemkot, jelas lama. Jadi, ditambal sendiri,’’ katanya.

Kondisi jalan yang rusak itu memang sudah sering jadi sorotan. Namun, yang dilakukan hanya perbaikan darurat. Pemkot tidak berupaya mencari cara agar jalan tersebut bisa lebih awet dan tahan lama.

Jalan rusak juga ditemukan di Jalan Mayjen Sungkono. Tepatnya di depan salah satu pusat perbelanja­an. Retakan jalan tampak di mana-mana, memanjang 1 meter bahkan lebih. Retakan juga ditemukan di depan Taman Makam Pahlawan. Akibatnya, permukaan jalan menjadi tidak rata.

Meski sudah jelas retak, pemkot tidak turun untuk segera membenahi jalan tersebut. Jalan rusak itu hanya ditambal. Karena hanya ditambal, dalam beberapa bulan, tambalan itu kembali terbuka dan retakan kembali terlihat.

Di wilayah selatan Surabaya, kerusakan terparah terdapat di Jalan Mastrip. Akses alternatif yang menghubung­kan Surabaya dengan Gresik itu penuh lubang dan bergelomba­ng. Sejak masuk ke jalan itu, pengendara langsung disambut jalan yang aspalnya terkelupas. Setelah itu, di kanan kiri jalan, tersaji lubang sepanjang 15–30 cm dengan kedalaman 20–30 cm.

Jalan semakin terjal ketika mendekati jembatan baru Sepanjang. Lubang menganga sepanjang 30 cm dengan kedalaman 30 cm kerap terlihat. Ketika hujan, pengendara sepeda motor harus berhati-hati. Sebab, genangan air menutupi lubang-lubang itu.

Sekcam Karang Pilang Djuraidi menyatakan, Jalan Mastrip itu sudah sangat sering rusak. Salah satu pemicunya, banyak truk bermuatan berat yang melintas di jalan tersebut. ’’Ini bukti bahwa truk yang melintas kelebihan muatan,’’ paparnya.

Anggota Komisi C (bidang pembanguna­n) DPRD Surabaya M. Machmud menuturkan, pemkot semestinya tidak abai saat kondisi kerusakan jalan masih kecil. Memang, selama ini sudah ada penambalan, tetapi hanya bersifat jangka pendek. ’’Mestinya diberi aspal dengan kondisi yang paling bagus. Biar awet. Jadi, tidak nambal-nambal,’’ katanya.

Dia menilai pemkot saat ini terlalu sibuk untuk menambah jalan baru, tetapi melupakan perbaikan jalan. ’’Padahal, jalan yang ada sekarang juga harus dipelihara dan ditingkatk­an,’’ ujar politikus Partai Demokrat tersebut.

Dalam sistem perencanaa­n pemkot, mereka punya alokasi dana untuk belanja hotmix dan tack coat untuk renovasi dan pemelihara­an jalan serta jembatan dan kelengkapa­nnya. Jumlah anggaran yang masuk dalam dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan itu mencapai Rp 4,6 miliar. (jun/aph/c5/fat)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia