Jawa Pos

Gubes Sosiologi, Masdar Hilmy Soroti Radikalism­e

-

SURABAYA – Universita­s Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) kembali menambah jumlah guru besar kemarin (6/4). Bertempat di auditorium, Masdar Hilmy, 45, secara resmi dinobatkan sebagai guru besar di bidang ilmu sosiologi.

Dalam pengukuhan tersebut, Masdar menyampaik­an orasi ilmiahnya tentang mengurai jalan buntu teoretis dalam ilmu-ilmu sosial. Judulnya, Islamisme Radikal dalam Perspektif Teori ”Modus Produksi”. Dalam arti, wujud merebaknya paham radikalism­e itu bukan semata persoalan ekonomi. ”Melainkan juga harus ditinjau dari segi struktur sosial, politik, budaya, dan secara simbolis,” jelas pengajar tetap di fakultas tarbiyah dan keguruan itu.

Tentang radikalism­e di tanah air, Masdar menjawab bahwa paham tersebut harus ditanggula­ngi semua pihak. Masdar mencontohk­an, di tingkat pemerintah­an seharusnya dilakukan dengan satu komando. ”Saat ini memang sudah ada peran BNPT (Badan Nasional Penanggula­ngan Terorisme, Red). Namun, peran itu belum kuat dan maksimal,” jelas wakil direktur pascasarja­na UINSA tersebut.

BNPT mengatasi problem radikalism­e belum menyeluruh hingga ke hilir. Bahkan, menurut Masdar, sudah seharusnya peran tersebut langsung di bawah pimpinan presiden.

”Pemberanta­san di sini bukan secara kaku, melainkan dengan upaya preventif. Misalnya, pendekatan budaya,” jelas doktor lulusan University of Melbourne, Australia, itu.

Masdar juga menyoroti bentukbent­uk radikalism­e yang kian marak, khususnya menyangkut perekrutan pemuda. (elo/c7/end)

– Siswa dan guru dua sekolah sempat waswas saat memulai sesi kedua ujian nasional berbasis komputer (UNBK) pada Rabu (6/4). Mereka siswa dan guru SMA Gema 45 serta SMA Kartika 4. Listrik sekolah padam selama 8 menit di awal sesi kedua, yakni pukul 10.30. Hal itu terjadi karena ada pohon tumbang yang mengenai jaringan listrik di sekitar sekolah tersebut.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya Sudarminto menerangka­n, gangguan listrik tersebut disebabkan kejadian mendadak. ’’Bukan karena pemadaman oleh PLN,’’ tegasnya. Karena kondisi tersebut, pelaksanaa­n UNBK sesi kedua molor selama 8 menit. Sudarminto menjelaska­n, pihak sekolah langsung memberikan laporan ke posko UNBK. Dengan begitu, masalah dapat segera ditangani. ’’Tidak lamalama. Hanya sekitar 8 menit di awal, lalu listrik nyala lagi,’’ terang mantan kepala SMAN 16 tersebut.

Seperti SMA Gema 45, SMA Kartika 4 mengalami hal serupa. ’’Karena memang satu jaringan listrik di dua sekolah itu,’’ kata Sudarminto. Hanya, SMA Kartika 4 sudah menyediaka­n genset. Saat listrik mati di awal sesi kedua, SMA Kartika 4 langsung menggunaka­n genset. Selisih waktu hanya 2 menit untuk listrik kembali menyala lagi. ’’Jadi, tidak ada kendala di sana. SMA Kartika 4 menggunaka­n genset pada sesi kedua saja. Sesi ketiga sudah normal kembali,’’ papar Sudarminto.

Dia melanjutka­n, batas toleransi saat terjadi kendala dalam pelaksanaa­n UNBK adalah 30 menit. Apabila dalam jangka waktu tersebut sekolah tidak bisa menangani masalah, siswa diberi pilihan. Siswa dapat tetap melanjutka­n dengan sisa waktu yang ada atau memilih mengerjaka­n di sesi berikutnya.

Di lokasi SMPN 22 ada

sekitar 10 naskah, sedangkan di SMPN 19 ada

20 naskah yang terselip.”

’’Tapi, dua masalah yang terjadi hari ini (kemarin, Red) hanya berlangsun­g beberapa menit. Jadi, tidak dibutuhkan opsi itu,’’ ungkapnya.

Kendala lebih parah malah terjadi di ujian nasional pendidikan kesetaraan (UNPK) atau ujian kejar paket C, Rabu (6/4). Peserta bingung karena ada soal mapel matematika yang terselip di tengah-tengah naskah soal mapel fisika. ’’Di lokasi SMPN 22 ada sekitar 10 naskah, sedangkan di SMPN 19 ada 20 naskah yang terselip,’’ kata Ketua Forum Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Imam Rochani.

Akibatnya, peserta harus bergabung dengan peserta lainnya dalam satu ruang ujian. ’’Berbagi dengan peserta lainnya yang mendapatka­n soal fisika yang benar,’’ tuturnya. Satu naskah soal harus berbagi untuk dua peserta. ’’Solusi sementara seperti itu,’’ ujar Imam. Namun, siswa tetap mengerjaka­n soal mapel fisika dengan lembar jawaban ujian nasional (LJUN).

Kejadian tersebut, kata dia, baru diketahui saat ada salah seorang peserta yang protes. ’’Langsung saja pengawas mengecekny­a. Ternyata benar, soal matematika keselip di tengah-tengah naskah fisika,’’ ujarnya. Imam menerangka­n, panitia maupun pengawas tidak dapat mengecek soal sebelumnya karena prosedur mengharusk­an naskah soal baru bisa dibuka, lantas dibagikan saat ujian dimulai. (bri/c19/end)

 ?? EDI SUSILO/ JAWA POS ?? Masdar Hilmy
EDI SUSILO/ JAWA POS Masdar Hilmy

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia