Pagi ke Sawah, Siang Belajar di Balai Desa
Menempuh pendidikan tidak pernah mengenal usia. Saim, warga Desa Bulang, Kecamatan Jabon, membuktikan hal tersebut. Selama empat hari sejak Senin (4/4), pria 60 tahun itu mengikuti ujian nasional (unas) kejar paket C di SDN Bulang. Semangat Saim, Pese
SERIUS betul Saim, 60, saat mengerjakan soal unas kejar paket C mata pelajaran matematika di SDN Bulang Selasa lalu (5/4). Matanya berfokus pada butir-butir soal di atas meja. Tangannya terus mencoret-coret lembar kertas ujian. Kemudian, dia mengarsir lembar jawaban komputer (LJK). Saat itu, waktu mengerjakan soal unas tinggal 10 menit. Wajah Saim tetap santai dan terus menjawab satu per satu soal matematika tersebut. Hingga akhirnya bel berbunyi, pertanda waktu untuk mengerjakan soal unas sudah selesai.
Suara sedikit gaduh terdengar dari luar ruang kelas. Saim yang saat itu duduk di kursi nomor dua dari belakang ikut menikmati suasana kelegaan bersama warga belajar yang lain. Meski usianya lebih dari separo abad, Saim tidak memiliki rasa malu dan canggung sama sekali dengan warga belajar yang masih muda. ”Pak Saim kalau sudah selesai keluar sebentar ya,” ungkap Mok- hamad Yusuf, ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Pangeran Diponegoro, dari pintu kelas.
Dengan rasa bangga, lelaki yang mengenakan kemeja putih dan celana gelap itu langsung menuruti perintah Yusuf. Di luar kelas, Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) Dispendik Sidoarjo Abdul Munif bersama Kepala UPTD Cabang Dispendik Kecamatan Prambon Siti Zulaichah menyambut dan memberikan semangat kepada Saim. ” Pak? Susah tidak soal matematika?” kata Munif.
Saim langsung menjawab dengan tegas. ”Gampang Pak. Pokoknya, dikerjakan semuanya,” ujar Saim, lantas tertawa kecil
Jawaban singkat dan serba ceplas-ceplos itu sontak membuat riuh suasana di depan ruangan itu. Tidak sedikit yang tertawa dan bangga terhadap Saim.
Suami Sulistyana itu adalah lulusan SMP pada 1975. Dia memilih berhenti lantaran menikah dini dan ingin mengikuti jejak sang ayah sebagai perangkat desa. Pekerjaan tersebut dilakoninya hingga saat ini. ”Dulu, lulus SMP sudah bisa kerja. Sekarang harus SMA,” ungkapnya.
Ya, Saim adalah satu di antara 22 perangkat desa yang mengikuti unas kejar paket C di PKBM Pangeran Diponegoro tahun ini. Program kesetaraan itu diadakan untuk memenuhi standar pendidikan pada UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. ”Sekarang perangkat desa harus SMA. Perangkat desa di Jabon sudah disuruh ikut paket C sama Pak Camat,” katanya lugu.
Meski begitu, tanpa adanya UU Desa itu pun, Saim mengaku sangat ingin mengikuti program kesetaraan agar mendapatkan ijazah SMA. Ayah dua anak tersebut lalu mendaftarkan diri di PKBM Pangeran Diponegoro pada 2013. Selama tiga tahun dia belajar bersama warga belajar yang usianya lebih muda. ” Tidak usah malu. Kalau belajar, ya datang saja,” ujarnya.
Saim merupakan warga belajar yang terbilang aktif. Seminggu tiga kali dia berupaya datang untuk mengikuti pembelajaran. Ba- hkan, saking semangatnya, Saim sering memiliki inisiatif untuk membawa kopi di tempat belajar-mengajar agar tidak ngantuk. ” Wes, tak bawakan kopi. Biar belajarnya santai,” tambahnya.
Saim mengatakan, semangatnya mengikuti kejar paket C sekaligus ingin memotivasi anaknya untuk mengikuti program kesetaraan. Dia bercerita, satu anaknya sudah lulus SMK, sedangkan yang satunya masih SMP. ”Kemarin mau daftar, tapi sudah tutup,” katanya.
Tidak hanya itu, Saim juga berharap seluruh perangkat desa yang masih lulusan SMP memiliki semangat yang sama untuk ikut kejar paket C. ”Saya pagi kerja di sawah, terus ke balai desa, siang masuk kejar paket C. Ternyata bisa,” ujarnya. (*/c6/tia)