Jawa Pos

Cegah Narkoba di Pondok Pesantren

BNN Gandeng Gus Ali

-

Kemacetan jalur Waru–Jenggolo makin merisaukan saja. Anda punya solusi, saran, atau harapan untuk mengatasi kemacetan di jalur utama Surabaya–Sidoarjo itu? Silakan sampaikan usul Anda melalui

atau SMS ke nomor 0811352526­6. Jangan

lupa tulis nama dan alamat.

SIDOARJO – Peredaran narkoba makin mengkhawat­irkan. Yang disasar bukan hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Tidak sedikit pelajar yang terjerat barang haram tersebut. Jumlah korban terus bertambah. Wilayah edarnya pun meluas. Termasuk menembus area religius seperti pondok pesantren (ponpes).

Nah, sebagai antisipasi narkoba masuk pesantren, kemarin (6/4) Badan Narkotika Nasional (BNN) mengganden­g pengasuh Ponpes Bumi Shalawat, Sidoarjo, KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali). Kiai yang juga pengurus PW NU Jatim itu diminta memberikan resep tentang cara menangkal narkoba. Sa- sarannya adalah para pengurus ponpes di Kabupaten Sidoarjo.

’’Peredaran narkoba bisa menyasar siapa pun. Karena itu, pencegahan harus dilakukan di segala lini. Kali ini kami coba beri pemahaman pada lingkup pesantren,’’ jelas Direktur Advokasi BNN Yunis Farida Oktoris.

Upaya tersebut merupakan bentuk pencegahan dini. Para pengurus ponpes itu diberi pemahaman tentang narkoba. Mulai jenis hingga dampak buruknya. Apalagi, pesantren adalah sarang orang yang belajar agama. Karena itu, mereka harus menjadi contoh yang baik untuk bersama-sama mencegah narkoba.

’’Para pengajar di pesantren harus tahu seluk-beluk narkoba. Termasuk dari sisi kesehatan, sosial, budaya, maupun ekonomi. Agar bisa memberikan jawaban dan cara pencegahan yang tepat kepada anak didiknya,’’ katanya.

Menurut Gus Ali, semua pesantren harus merapatkan barisan menata langkah pendidikan. Pesantren harus mampu menjawab tantangan zaman sekaligus mempersiap­kan kurikulum yang cerdas. ’’Kalau perlu, rekrutmen santri baru harus tes urine,’’ ujar dia.

Selain dari sisi cara mendidik, lanjut Gus Ali, sangat penting membentuk dan membangun lingkungan yang baik. Sejauh ini banyak orang yang terlibat penyalahgu­naan narkoba karena pengaruh lingkungan

(*)

Bahkan, sejumlah penelitian ilmiah menyatakan bahwa sikap mental dan kepribadia­n sangat dipengaruh­i lingkungan teman dekat.

’’Orang gagal dan sukses tidak berdiri sendiri. Ada orang lain di baliknya. Misalnya, Soekarno butuh Hatta dan temannya yang lain untuk sukses,’’ terang Gus Ali. ’’Seseorang tak akan bisa jadi teman yang cocok kalau hobi dan kelakuanny­a nggak sama,’’ tambah kakek 9 cucu tersebut.

Karena itu, Gus Ali menyaranka­n tidak asal bergaul. Ciptakan lingkungan yang kondusif. Namun, sejauh ini lingkungan pesantren di Sidoarjo sangat kondusif. Tidak ada yang terindikas­i narkoba. Di media sosial, kini pesantren seakan-akan menjadi sarang narkoba. Padahal, faktanya tidak demikian. Kalaupun ada, dia berharap penanganan­nya harus baik. ’’Kalau ada lumbung padi kena tikus, jangan lumbungnya yang dibakar, tapi tikusnya saja yang diambil,’’ tutur Gus Ali.

Dia menjelaska­n, kemapanan ekonomi menjadi faktor penting berkurangn­ya peredaran narkoba di semua golongan. Sebab, tak jarang orang mengonsums­i narkoba akibat penat dengan masalah ekonomi. Penghasila­n sedikit, tetapi banyak kebutuhan. Akhirnya, narkoba menjadi pelarian. Karena itu, Gus Ali mengajak semua berjuang agar umat punya kemapanan ekonomi.

’’Misalnya, kita punya sekolahan SMA. Kita juga buat SMK biar lulusannya bisa langsung siap kerja. Itu jadi salah satu cara awal menuju mapan ekonomi,’’ paparnya.

Gus Ali pun mengajak semua pihak memberikan dukungan kepada BNN. Dia menegaskan bahwa peredaran narkoba bisa ditekan jika semua pihak bekerja sama. Salah satu caranya, memberikan penyuluhan dengan pendekatan yang santai atau menyesuaik­an karakter masyarakat. ’’Ayo samasama dibantu untuk mencegah penyalahgu­naan narkoba,’’ tandasnya. (uzi/c14/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia