Jawa Pos

Masuk Gratis Tetap Saja Pengunjung Sepi

Mengunjung­i Museum Sunan Giri yang Seolah Hidup Segan Mati Tak Mau

- CHUSNUL CAHYADI

Museum Sunan Giri menyimpan sejarah Kota Gresik. Di tengah ingarbinga­r wisata religi yang terus berkembang, museum

itu justru sepi. Mengapa?

BUKU tamu Museum Sunan Giri tetap terbuka lebar kemarin (6/4). Sejak pukul 07.00 hinggga 15.00 lembaran itu menunggu tulisan tangan pengunjung. Selasa sampai Minggu, Senin libur, tidak tutup. Namun, justru sudah sepekan terakhir ini tidak ada satu pun tamu yang datang. Sulkan, petugas jaga, menulis di lembar buku secara horizontal. ’’Hari ini tidak ada tamu’’. Setelah itu, buku tamu diletakkan kembali di atas meja sisi kanan. Dia lantas menutup museum. Sudah hampir setengah bulan ini Museum Sunan Giri benar-benar sepi. Museum yang berlokasi di bekas terminal bus wisata religi Malik Ibrahim, Jalan Pahlawan, Gresik, itu tidak disapa peziarah.

Museum Sunan Giri tersebut berdiri sejak 2002. Ada dua ruangan di dalam bangunan seluas 400 meter persegi yang dijadikan tempat penyimpana­n barang bersejarah. Baik peninggala­n Maulana Malik Ibrahim maupun Sunan Giri. Keduanya merupakan penyebar agama Islam di Indonesia. Dua wali tersebut memang dimakamkan di Gresik. Setiap tahun jutaan peziarah mendatangi­nya. Bukan hanya muslim dari Indonesia, tetapi juga seluruh dunia.

Namun, nasib barang purbakala dua wali tersebut seakan tidak menjadi perhatian masyarakat. Kondisinya berbalik 180 derajat dengan jumlah wisatawan rohaninya. ’’Mungkin masyarakat belum tertarik wisata ilmu pengetahua­n purbakala,’’ kata Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparp­ora) Gresik Dwi Indrawati Prasetya Ningtyas.

Ibarat pemeo, kata dia, nasib Museum Sunan Giri seperti hidup segan mati tak mau. Dwi menambahka­n, disbud- parpora sudah berupaya menstimulu­s masyarakat, pelajar, maupun wisatawan rohani untuk mampir ke museum. ’’Bahkan, masuk museum telah digratiska­n. Tapi, itu belum bisa mendongkra­k jumlah pengunjung­nya,’’ ungkap perempuan murah senyum itu.

Dwi merasa dituntut untuk bekerja ekstra. ’’Kami telah sosialisas­i ke sekolah. Belum juga bisa ramai,’’ jelasnya. Apakah karena lokasi museum tidak strategis? Dwi tidak menyangkal. Posisi museum Sunan Giri terkesan tersembuny­i.

Disbudparp­ora tengah berupaya mengusulka­n relokasi museum tersebut ke bangunan aset pemkab di tengah Gresik Kota lama. Dia berharap, jika ada kunjungan wisatawan minat khusus atau bangunan kuno di Gresik Kota Lama, keberadaan museum bisa dikenal juga.

Apa saja sebenarnya koleksi Museum Sunan Giri? Namanya memang hanya menyebut Sunan Giri atau Maulana Ainul Yaqin alias Joko Samudro alias Prabu Satmata. Namun, koleksi museum itu juga menyimpan barang-barang peninggala­n Maulana Malik Ibrahim.

Salah satunya bedug berukuran 100 cm dengan diameter 67 cm. Bedug itu diperoleh dari Masjid Pesucian di Desa Leran, Kecamatan Manyar. Benda tersebut diyakini sebagai peninggala­n Maulana Malik Ibrahim abad ke-14 sampai ke-15 Masehi. Malik Ibrahim meninggal pada 1419 Masehi di Desa Gapurasuko­lilo, Kecamatan Gresik.

Selain bedug, ada fragmen sajadah Sunan Giri. Ukurannya 68 x 32 cm. Warnanya merah. Lalu, ada serban dengan bahan kain salami dari Persia. Serban itu disulam dengan tangan menggunaka­n benang emas atau prada bermotif bunga dan daun-daunan. Kemudian, mushaf Alquran dengan tulisan tangan. Bahan kertas dan tintanya biasa digunakan abad ke-17 sampai ke-19 Masehi.

Di sana tersimpan pula kitab khotbah Jumat yang diyakini tulisan tangan Sunan Giri. Media kertas jenis tersebut menggunaka­n tinta cina hitam dan merah. Berdasar watermark dalam kertas medallion bermahkota di tengah-tengah, ada semboyan melingkar berbunyi: een dragt maakt magt. Konon artinya, bersama kita kuat.

Kitab tersebut terdiri atas sebelas jilid. Setiap jilid berisi lima naskah khotbah. Masing-masing jilid berisi naskah khotbah untuk sebelas bulan dan kalender Hijriah. Koleksi lain berupa tombak, pelana kuda, guci, piring keramik, sendok, dan tempat bumbu meja makan. ’’ Monggo-monggo kalau masuk. Nggak bayar kok,’’ kata Sulkan saat mempersila­kan pengunjung masuk museum. (c15/roz)

 ?? CHUSNUL CAHYADI/JAWA POS ?? BERSEJARAH: Koleksi serban dan jubah yang tersimpan di Museum Sunan Giri.
CHUSNUL CAHYADI/JAWA POS BERSEJARAH: Koleksi serban dan jubah yang tersimpan di Museum Sunan Giri.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia