Jawa Pos

Pede Ketemu ’’Orang Besar’’ berkat Rajin Membaca

Menjadi kepala Desa Pepe, Sedati, tidak membuat Syaikul lepas dari kegemarann­ya membaca dan mengoleksi buku. Hingga kini, bukunya sudah ribuan. Bahkan, dia bisa membikin taman baca dan perpustaka­an di balai desa serta rumahnya. Muhammad Syaikhul Huda,

- FIRMA ZUHDI AL FAUZI

INGATAN Syaikhul menerawang ke masa kecilnya. Saat itu dia masih duduk di bangku tsanawiyah, sekitar 1980-an. Itulah awal mula dia berjuang keras untuk mengubah nasib menjadi lebih mapan. Maklum, keluargany­a bukan dari kalangan berduit. Syaikhul muda harus berjuang dengan bekerja di sawah. Menjadi buruh tani. Membantu sebi- sanya saat panen tiba. Sepulang sekolah maupun saat hari libur. Hasilnya lumayan. Sekali bekerja dia bisa meraup sekitar Rp 12.000. Di masa itu, jumlah tersebut sudah banyak. Cukup buat jajan sehari-hari.

Namun, Syaikhul muda tidak ingin menghabisk­an duitnya hanya untuk jajan. Sebagian uang disisihkan untuk membeli buku. Biar pikiran lebih terbuka. ’’Mau minta orang tua juga nggak mungkin, sedangkan mata ini gatel terus pengin baca,’’ ujar bapak tiga anak itu. Kebiasaan tersebut dia lakukan terus-menerus hingga pindah ke Jombang untuk mondok di pesantren Tebu Ireng.

Lambat laun, hobi dari kecil itu membuahkan hasil. Karena sering membaca, Syaikhul kerap menjadi juara kelas. Bahkan, dia sering menjuarai kompetisi tingkat daerah hingga nasional. ’’Kadang malah guru belum mengajarka­n, saya sudah paham ilmunya. Semua karena buku-buku yang saya baca,’’ tutur suami Siti Imroatul Rofi’ah itu.

Lulus dari Tebu Ireng, dia tidak melanjutka­n ke pendidikan tinggi karena faktor biaya. Namun, semangat belajarnya tidak berarti padam. Kegemaran membaca dan beli buku terus berlanjut. Saat kerja serabutan, dia tetap menyisihka­n uang untuk beli buku

Setiap berkunjung ke tempat baru, yang ditanyakan kali pertama adalah toko buku. ’’Kalau pergi-pergi bukan banyak makanan yang saya beli untuk oleh-oleh, tapi buku. Walaupun kadang hanya beli satu buku karena minim bujet,’’ jelas pria 41 tahun itu.

Ternyata, membaca beragam buku sangat membantuny­a menjalani hidup. Dia tahu bagaimana harus bersikap di masyarakat, tahu cara memimpin, bahkan tahu bagaimana bisa menghasilk­an duit. Tidak salah memang pepatah yang bilang buku adalah jendela dunia. Syaikhul benar-benar merasakann­ya. ’’Jadi kepala desa ini pun banyak ilmu yang saya serap dari buku, termasuk bagaimana memberdaya­kan potensi masyarakat,’’ jelasnya. ’’Saya tidak pilih-pilih buku. Walaupun mungkin sekarang belum butuh ilmunya, suatu saat bisa jadi sangat butuh,’’ katanya.

Dia kerap merasakann­ya. Bacaan yang dibaca bertahun-tahun lalu justru baru bisa diterapkan Syaikhul baru-baru ini. Misalnya, saat disuruh ngomong tentang kepemimpin­an di hadapan para pejabat. Syaikhul sudah siap. Sebab, dia pernah menyerap ilmu dari buku berjudul ’’Menjadi Pemimpin Politik’’ karya M. Alfan Alfian.

Saat disuruh pidato mendadak, Syaikhul pun siap. Sebab, dia pernah mengupas habis buku karya Muchlis Anwar berjudul The Art of Communicat­ion. Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari pun Syaikhul sering teringat buku. Misalnya, ketika menemukan jenis makanan tertentu, dia teringat penjelasan di buku Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi berjudul Halal dan Haram dalam Islam. ’’Itu semua membuat kita pede ke mana saja, pede duduk dengan siapa saja, walaupun itu orang besar. Karena diri kita sudah siap dengan banyak materi,’’ jelas penyuka lontong kupang itu.

Syaikhul ingin menularkan minat bacanya tersebut ke sesama. Dia mulai mengumpulk­an buku-bukunya yang tercecer. Lalu, dia menempatka­nnya di perpustaka­an rumahnya di Jalan KH Mukhsin RT 6, RW 3, Desa Pepe, Sedati. Dia juga mendirikan perpustaka­an di Balai Desa Pepe. Bukan hanya itu, agar warga bisa semakin mudah mengakses buku, dia pun membuat taman baca di Perumahan Bumi Pertiwi Desa Pepe.

Seluruh warganya yang ingin membaca bebas datang ke sana. Bukunya beragam. Mulai buku tipis berisi tip dan trik hingga buku tebal tafsir Alquran seharga Rp 4 juta. Jumlah bukunya ribuan kalau ditotal. ’’Selain agar buku itu tidak tercecer tanpa perawatan, tiga tempat tadi jadi pemicu masyarakat untuk gemar membaca,’’ jelasnya.

Bagi Syaikhul, tidak ada buku yang kedaluwars­a. Meski sudah dibaca, semua buku masih layak dibaca kembali. Mengingat detail demi detail, kata demi kata yang membantu cara berpikir jadi sistematis. Itulah yang menjadi salah satu alasan Kades pemilik warung kopi itu membuat tiga tempat tadi, selain membantu warga yang punya minat baca, tetapi belum bisa beli buku. ’’Yang di taman baca dan balai desa nanti masih kami lengkapi terus koleksinya biar semakin beragam ilmu yang didapat,’’ jelasnya. (*/c15/oni)

 ?? FIRMA ZUHDI/JAWA POS ?? BERAGAM: Syaikhul menunjukka­n sebagian koleksi buku di rumahnya di Jalan KH Mukhsin, Desa Pepe, Sedati.
FIRMA ZUHDI/JAWA POS BERAGAM: Syaikhul menunjukka­n sebagian koleksi buku di rumahnya di Jalan KH Mukhsin, Desa Pepe, Sedati.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia