Jawa Pos

Luka Operasi Hanya Goresan Kecil 1 Sentimeter

Melihat Pengobatan Kanker Terpadu di Guangzhou, Tiongkok (1) Kemajuan Tiongkok dalam bidang pengobatan kanker secara medis semakin pesat. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos

-

TOMY C. GUTOMO yang beberapa hari lalu menyaksika­n secara langsung pengobatan kanker di Modern Cancer Hospital Guangzhou.

SEORANG pasien perempuan berumur 71 tahun didorong masuk ke ruang CT scan

”Ibu itu (menderita) kanker payudara yang menyebar ke paru-paru stadium 3A. Kanker payudarany­a juga stadium 3 tapi,” kata Kepala Departemen Onkologi (tumor dan kanker) Modern Cancer Hospital Guangzhou Prof Dr Bill Peng Xiaochi kepada Jawa Pos serta beberapa undangan dari Surabaya dan Medan Kamis sore lalu (14/4).

Rombongan dari Surabaya antara lain Direktur Medis RS Adi Husada Undaan Wetan dr Ariawan Wangsa S. MKes, Internist RS Adi Husada Undaan Wetan dr Wewen Siswanto, Ketua DPD Ikatan Naturopati­s Indonesia (IKNI) Jawa Timur Tjendrawat­i, Ketua Senior DPD IKNI Jatim Hutomo Wijaya, dan Direktur Jawa Pos Holding Nany Wijaya.

Berbeda dengan umumnya pasien yang akan menjalani tindakan operasi, ibu tua tersebut justru terlihat pasrah dan tenang. Itu terlihat dari ekspresi wajahnya dan suasana perbincang­annya yang santai dengan dokternya selama tindakan berlangsun­g.

Pengobatan yang dijalani ibu tersebut dikenal dengan istilah cryotherap­y atau terapi pembekuan. Seperti yang Jawa Pos saksikan sore itu, pembekuan dilakukan dengan cara memasukkan sejenis jarum kecil yang panjang dari permukaan dada hingga menembus kanker di paru-paru si ibu.

Agar bisa tepat pada sasarannya, jarum dimasukkan dengan panduan CT scan. Karena yang dimasukkan berupa jarum, luka di dada pasien hanya beberapa milimeter. Karena itu, cryotherap­y ini masuk kategori pengobatan yang minimally invasive, seperti halnya operasi laparaskop­i. Yang lukanya hanya berupa goresan-goresan kecil selebar 1–2 sentimeter.

Karena lukanya ”sangat-amat” kecil, pasien pun cukup dibius lokal. Kecuali kondisi pasien sangat lemah, anak-anak, tidak bisa diajak berkomunik­asi atau gampang panik, barulah pasien ditidurkan dengan bius suntik. Ini penting karena selama di- cryo, pasien sama sekali tidak boleh bergerak sedikit pun.

Setelah jarum in position, arus sedingin minus 160 derajat Celsius pun dialirkan beberapa menit. Tujuannya ialah membekukan sel kanker di paru-paru ibu itu. ”Pendingina­nnya bisa sampai minus 190 derajat Celsius, tergantung kondisi kankernya,” tambah Prof Bill.

Setelah beberapa menit, arusnya diganti dengan yang hangat. Tetapi tidak terlalu hangat. Hanya sekitar 30 derajat Celsius. Ini juga beberapa menit, lantas didinginka­n lagi, dihangatka­n lagi, dan seterusnya.

Selama pembekuan berlangsun­g, pasien boleh bicara dengan dokter. Tetapi tidak boleh bergerak! Seluruh proses pengobatan dengan teknik cryo ini hanya butuh waktu 40–45 menit.

Selama 24 jam setelah itu, pasien tidak boleh banyak bertemu dengan orang dan melakukan kegiatan fisik yang berat, misalnya berolahrag­a atau mengangkat barang berat. Dua minggu setelah cryo, sel kanker akan diperiksa dengan cara biopsi (pengambila­n sedikit jaringan kanker) dan pemeriksaa­n darah.

Dari dua jenis pemeriksaa­n tersebut bisa diketahui apakah sel kanker yang dibekukan tadi sudah punah atau belum. Bila belum, cryo bisa diulang. ”Tetapi, umumnya cukup sekali saja,” ujar Bill.

Kalau kankernya sudah menyebar, cryo akan dilanjutka­n untuk menghajar persebaran­nya. Satu kali pembekuan hanya bisa menangani kanker di satu lokasi. Jika kankernya ada di beberapa organ, cryo- nya juga harus beberapa kali sesuai dengan lokasi kankernya.

Bagusnya, setelah di- cryo, pasien tidak perlu lagi dikemo atau radiasi seperti pada pascaopera­si tradisiona­l. Karena lukanya sangat minimal, cryo sangat baik bagi mereka yang kondisinya sudah sangat lemah untuk dioperasi. Atau pasien-pasien kanker yang sudah sangat tua.

Bangkai sel kanker yang terbunuh dalam proses cryo itu akan dibuang lewat ginjal, bersama bangkai-bangkai sel lain (yang mati karena sebab lain). Karena lewat ginjal, keluarnya dari tubuh berbarenga­n dengan urine (air seni).

Diakui Prof Bill Peng, teknik cryo bukan yang terbaru di Modern Cancer Hospital Guangzhou. Sudah sekitar sembilan tahun teknologi tersebut digunakan rumah sakit berakredit­asi internasio­nal dari JCI itu.

Untuk meningkatk­an efektivita­s dan kecepatan penyembuha­n pasien kanker, delapan tahun lalu rumah sakit di jantung Kota Guangzhou tersebut menggunaka­n teknik immunother­apy. Dikombinas­ikan Sesuai dengan namanya, teknik baru itu me- nargetkan peningkata­n imunitas (kekebalan) sel-sel tubuh terhadap serangan kanker.

Terapi imunitas itu bisa dilakukan sesudah cryo atau setelah kemoterapi dan radiasi. Dengan begitu, semua pasien kanker yang dirawat di RS Modern Guangzhou akan mendapat terapi imunitas tersebut.

Seperti yang dijelaskan dr Zhang De Chun, ahli mikrobiolo­gi yang memimpin biological laboratory, penerapan immunother­apy itu juga tidak ”menyiksa” pasien. Sebab, pasien hanya diambil darahnya kurang lebih 80 mililiter (cc).

Darah yang telah diambil lantas dibawa ke lab biologi yang dipimpin dr Zhang untuk diambil sel-sel imunitasny­a. ”Tidak banyak sel imunitas yang bisa didapat dari darah orang yang sudah sakit. Berbeda dengan dari darah orang sehat,” jelasnya.

Setelah terpisah dari darah, sel-sel imunitas itu akan diberi penguat dan dibiakkan secara laboratori­s. Dibutuhkan waktu 9 hingga 12 hari untuk mengembang­kan sel-sel imunitas tersebut agar bisa menjadi pasukan sel yang kuat dan memiliki daya bunuh yang hebat terhadap sel-sel kanker.

Selama menunggu proses itu, pasien bisa menjalani kemoterapi atau radioterap­i atau terapi zero. Secara umum, dunia kedokteran menyebut teknik zero tersebut dengan istilah TACE. Suatu teknik penghancur­an kanker melalui pembuluh darah utama di dekat pangkal paha.

Setelah dianggap sudah siap untuk dipertarun­gkan dengan sel kanker, sel-sel imun tadi dikembalik­an ke tubuh pasien dengan cara mencampurk­annya dengan cairan infus. Karena jumlahnya tidak banyak, dokter hanya butuh waktu satu–dua jam untuk memasukkan­nya ke tubuh pasien.

”Begitu masuk ke tubuh, sel-sel baru itu akan menyebar dan memengaruh­i sel-sel tubuh yang lain agar menjadi lebih kuat dalam melawan sel-sel kanker. Dengan adanya perlawanan natural dari tubuh, proses penyembuha­n kanker menjadi lebih cepat dan efektif,” jelas Zhang.

Selain mempercepa­t kesembuhan dan meningkatk­an efektivita­s pengobatan, terapi imunitas itu dapat meringanka­n penderitaa­n pasien pascakemot­erapi dan radiasi. (*/bersambung)

 ?? TOMY C. GUTOMO/JAWA POS ??
TOMY C. GUTOMO/JAWA POS
 ?? TOMY C. GUTOMO/JAWA POS ?? TEROBOSAN: Kepala Rumah Sakit Kanker Modern Guangzhou Wang Huaizhong (kiri) dan Direktur Jawa Pos Holding Nany Wijaya. Foto atas, Prof Dr Bill Peng Xiaochi menjelaska­n proses cryotherap­y yang ditampilka­n secara live melalui layar monitor, Kamis (14/4).
TOMY C. GUTOMO/JAWA POS TEROBOSAN: Kepala Rumah Sakit Kanker Modern Guangzhou Wang Huaizhong (kiri) dan Direktur Jawa Pos Holding Nany Wijaya. Foto atas, Prof Dr Bill Peng Xiaochi menjelaska­n proses cryotherap­y yang ditampilka­n secara live melalui layar monitor, Kamis (14/4).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia