Ternyata Sony Masih Bisa
JAKARTA – Bukan soal sebanyak apa seseorang terjatuh, tetapi yang terpenting apakah dia bisa bangkit kembali. Sony Dwi Kuncoro terjatuh berulang-ulang, dan kali ini dia bangkit kembali dengan heroik. Pebulu tangkis asal Surabaya itu melaju ke final Superseries Singapore Open 2016. Dia akan melawan pebulu tangkis Korsel Son Wan-ho di final hari ini.
Sony melalui jalan yang berliku menuju final. Terlebih, dia harus melawan unggulan kedua asal Tiongkok Lin Dan di semifinal kemarin. Dan, pebulu tangkis kelahiran 1984 itu menunjukkan dirinya belum habis. Dia menang 21-10, 17-21, 22-20 di Singapore Indoor Stadium.
Lin Dan yang sebelumnya menyingkirkan para pebulu tangkis Indonesia seperti Ihsan Maulana Mustofa (babak pertama), Jonatan Christie (babak kedua), dan Tommy Sugiarto (perempat final) dibuat kelimpungan. Dan, Sony memenangi laga ketat itu setelah sempat terjadi deuce pada game ketiga
’’Menurut saya, pertandingan malam ini sungguh luar biasa. Ini adalah buah dari kerja keras saya di latihan. Saat menang, saya langsung berpikir kalau saya ternyata masih bisa menang atas Lin Dan,’’ kata Sony lewat surat elektronik PP PBSI tadi malam.
Perjalanan Sony menuju final dimulai dari kemenangan atas Kean Yew Loh (Singapura) dan Sai Praneeth (India) di babak kualifikasi. Korban kebangkitan Sony berikutnya adalah Anthony Ginting (Indonesia), Sho Sasaki ( Jepang), Wang Zhengming (Tiongkok), hingga akhirnya bersua Lin Dan.
Setelah terdegradasi dari Pelatnas Cipayung pada pertengahan 2014, Sony sempat mengalami masa-masa sulit. Mentalnya anjlok. Cedera pinggang yang kambuhan juga semakin menyulitkan keinginannya untuk bangkit dari keterpurukan.
Tentu saja, begitu lepas dari pelatnas, Sony harus piawai memilih dan memilah turnamen mana yang akan diikuti. Dan, kini dia bangkit sekaligus menunjukkan masih bisa bersaing di antara pebulu tangkis dunia.
Dalam wawancara Jawa Pos dengan Sony akhir tahun lalu, faktor keluargalah yang membuatnya bisa bangkit. Selain dukungan dari sesama atlet dan PBSI Jatim, istrinya, Gading Safitri, yang dinikahi pada 2009 punya peran yang sangat krusial. Sang istri menjadi trainer buatnya.
’’Istri saya memang tidak terlalu mahir dalam bulu tangkis. Tapi, kehadirannya selalu spesial. Dia adalah pendamping setia saya di segala kondisi. Dia juga yang memprogram jadwal latihan dan pola makan saya selama ini,’’ ucap Sony kepada Jawa Pos Oktober tahun lalu.
Sang istri juga mengakui bahwa tahun pertama setelah keluar dari pelatnas menjadi masa-masa paling berat buat Sony. ’’Sewaktu awal-awal setelah keluar dari pelatnas, Sony sangat kacau. Dia tidak bisa menerima dan terlalu banyak menyalahkan keadaan. Saya bilang bahwa ini sudah takdir. Jalani dan niatkan,’’ ucap Gading mengenang masa sulit itu.
Kini, Sony mulai bangkit. Dia hanya terpisah satu pertandingan dari kejayaan. Son Wan-ho akan menjadi tembok tebal dari kebangkitan itu. Dalam final hari ini, Sony menghadapi lawan berperingkat kesepuluh dunia. Bandingkan dengan Sony yang berada di peringkat ke-56. Mereka sudah lama tidak bersua. Kali terakhir mereka bertemu di Taiwan Open pada 2010. Saat itu Sony takluk.
Selain Sony, di ganda putri, Indonesia menempatkan satu wakilnya, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, yang kemarin mengalahkan Jung Kyung-eun/Shin Seung-chan dengan skor 21-18, 21-13. Di final, Greysia/Nitya akan menghadapi unggulan pertama Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi ( Jepang).
’’Dari awal permainan, kami memang sudah bertekad tidak mau buru-buru. Kalau mau balik serang pun, harus kontrol diri dan tidak terbawa permainan mereka yang sama seperti pemain Tiongkok, kencang-kencang terus. Pokoknya, kami tetap main di pola kami,’’ ucap Nitya.
Sementara itu, Tontowi Ahmad/ Liliyana Natsir gagal mengulang prestasi di Malaysia pekan lalu. Kemarin mereka tumbang di tangan wakil Korsel Ko Sung-hyun/Kim Ha-na 1421, 16-21. (nap/io/c17/ham)