Wasit Terbantu Kru Pengamat Video Replay
Italia Jadi Negara Pertama yang Akan Terapkan Teknologi VAR Banyaknya insiden salah mengambil keputusan yang dilakukan wasit kerap membuat gerah pemain maupun suporter. Untuk itu, diciptakanlah teknologi VAR ( video assistant referees). Dan, Italia menjad
SEPAK bola terus beradaptasi dengan teknologi yang semakin maju. Dua tahun lalu ada goal-line technology (GLT) yang membantu wasit memutuskan terjadi gol atau tidak. Kemudian, muncul inovasi cat semprot sebagai penanda pemain melakukan free kick saat perhelatan Piala Dunia 2014 di Brasil. Yang terbaru adalah VAR ( video
assistant referees). Sebuah teknologi yang memudahkan wasit mengambil keputusan atau menganulir apabila tidak tepat. Inovasi tersebut tentu tidak hanya membantu wasit, juga terhadap pemain maupun pelatih yang tidak puas terhadap keputusan wasit.
Dikutip Football Italia, penerapan VAR baru disetujui Direksi Asosiasi Sepak Bola Internasional ( IFAB) pada 8 Maret lalu. Italia lantas ditunjuk menjadi negara yang pertama mencicipi teknologi VAR
Federasi Sepak Bola Italia alias FIGC melalui situs resminya mengumumkan bahwa pihaknya melakukan uji coba penggunaan teknologi video replays tersebut Jumat lalu (15/4).
’’Kami terpilih untuk menguji coba VAR di lapangan. Kami percaya bahwa kami telah memenuhi segala persyaratan untuk bisa mencoba teknologi tersebut,’’ kata Presiden FIGC Carlo Tavecchio.
Dia percaya bahwa inovasi tersebut sama halnya dengan teknologi GLT yang bisa memberikan dampak positif terhadap pertandingan. Tavecchio pun berencana mengenalkan teknologi tersebut kepada timtim Serie A, Serie B, dan Lega Pro pada 21 April mendatang. Lantas, VAR benar-benar diterapkan mulai musim depan.
’’Kami akan menggelar pertemuan selanjutnya bersama IFAB dan FIFA pada Mei nanti untuk formalisasi komitmen penerapan VAR,’’ tambah Tavecchio.
Cara kerja VAR nyaris sama dengan tayangan ulang yang biasa ditampilkan kepada penonton TV. Yang berbeda, video replay hanya untuk menilai empat insiden yakni terjadinya sebuah gol, pemberian kartu merah, penalti, dan kekeliruan identitas.
Kru yang berada di sebuah ruangan kontrol menyaksikan tayangan ulang terhadap empat insiden tersebut. Mereka lantas membantu wasit mengambil keputusan yang tepat. Namun, selama pengambilan keputusan tersebut, pertandingan harus dihentikan untuk beberapa menit yang menjadikan pertandingan berjalan lebih lama.
Penerapan VAR di sepak bola sejatinya diwacanakan sejak 2014 oleh presiden FIFA terda- hulu Sepp Blatter. Namun, saat itu banyak yang menolak dan meragukan sehingga FIFA mengkaji ulang sekaligus menyempurnakan sistem dalam teknologi tersebut. Keadaan mulai berbalik pada akhir 2015. Klub-klub, pundit, hingga suporter justru mendorong FIFA untuk segera menerapkan VAR.
Sebagaimana diketahui, sering terjadi wasit salah mengambil keputusan, terutama pada momen krusial. Contohnya, sebuah gol yang dianggap offside atau hadiah penalti pada menit-menit akhir. Apabila pelatih tidak puas dengan keputusan wasit, pelatih bisa mengajukan keberatan sehingga keputusan tersebut bisa dianulir.
Namun, penerapan VAR sebenarnya bukan hal yang baru di dunia olahraga. Sebab, rugby, American football, dan kriket menerapkan teknologi tersebut sejak lama. Nah, bagi sepak bola, VAR baru bisa diterapkan apabila sudah diuji coba oleh seluruh federasi sepak bola yang bergabung FIFA. Negaranegara yang telah mengantre untuk melakukan uji coba video replay, antara lain, Brasil, Jerman, dan Belanda.
Sebelumnya, gelandang Arsenal Aaron Ramsey sempat ngotot meminta kepada FIFA untuk segera menggunakan VAR pada Agustus tahun lalu. Gara-garanya, sebuah gol yang dia ciptakan dalam laga kontra Liverpool dianulir wasit lantaran posisi Ramsey dianggap offside. Dia makin kesal setelah pertandingan tersebut ternyata berakhir imbang 0-0.
’’Kami seharusnya unggul 1-0. Saya pikir kita bisa mengambil contoh dari permainan rugby. Mereka berhenti 20 detik dan mereka mendapat keputusan yang tepat pada akhirnya,’’ ujar gelandang 25 tahun itu. (okt/c4/ham)