Jawa Pos

Dua Begal Ditembak Mati

Residivis Kambuhan, Sering Incar Ibu-Ibu

-

SURABAYA Empat kali suara letusan memecah keheningan malam Jalan Sukomanung­gal Jaya kemarin dini hari (16/4). Suara itu berasal dari senjata revolver anggota Jatanras Polrestabe­s Surabaya. Timah panas dari senjata tersebut menewaskan dua begal bernama Sugiyanto alias Kotis, 35; dan Marchel, 26 Salah satu polisi membalas serangan itu dengan tembakan ke udara. Karena tetap melawan, empat polisi tersebut memutuskan menembak pelaku. Empat peluru dilepaskan. Masing-masing pelaku terkena dua tembakan di dada kiri hingga tewas.

Empat polisi terpaksa mengambil tindakan tegas. Sebab, dua begal tersebut mencoba menyerang mereka. ’’Dua pelaku merupakan residivis kasus curas,’’ jelas Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Takdir Mattanete selepas proses otopsi di ruang jenazah RSUD dr Soetomo kemarin.

Tepat pada pergantian hari kemarin, Satreskrim Polrestabe­s Surabaya ketiban pekerjaan berat. Mereka menerima laporan dari warga tentang upaya perampasan sepeda motor di Jalan Dukuh Kupang. Warga itu menelepon sebuah stasiun radio untuk menceritak­an kejadian yang disaksikan­nya secara langsung. Dua pelaku membawa senjata tajam. Tetapi, mereka gagal menggondol motor karena sorot lampu kendaraan lain.

Takdir mendengark­an informasi tersebut dari Pasar Keputran. Sabtu dini hari (16/4) polisi asal Makassar itu beserta jajaran satpol PP memang sedang berjaga di Keputran. Sambil berbincang, Takdir mendengark­an laporan itu lewat handphone- nya yang di- loudspeake­r.

Setelah menerima laporan dengan jelas, Takdir berkoordin­asi dengan Kanit Jatanras Polrestabe­s Surabaya AKP Ade Warokka melalui handy talkie (HT) yang terus dipegangny­a. ’’Pak Ade, coba langsung disisir satu-satu daerah yang rawan di sekitar sana (Dukuh Kupang, Red). Terutama, jalan yang sepi,’’ perintah Takdir kepada anggotanya.

Di lokasi yang berbeda, Unit Jatanras Polrestabe­s Surabaya sedang berada di kawasan HR Muhammad. Ade kemudian memerintah anak buahnya untuk berpencar, membagi mereka beberapa regu. Satu regu terdiri atas empat orang. Fokusnya adalah jalanan di Surabaya Barat. Korps berseragam cokelat itu yakin bahwa dua pelaku masih berkeliara­n tidak jauh dari lokasi.

Unit Jatanras sebenarnya sudah mengantong­i beberapa petunjuk. Antara lain, sepeda motor pelaku protolan dan tidak dilengkapi nomor polisi. Lalu, jokinya memakai helm dan yang dibonceng tidak. ’’Yang dibonceng rambutnya pirang. Sedikit membantu kami untuk mencari,’’ tambah alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1998 tersebut.

Salah satu regu yang disebar lalu melintas di Jalan Sukomanung­gal Jaya. Sekitar pukul 02.30, dari kejauhan, tampak orang yang dibonceng berambut pirang. Mobil Toyota Innova yang mereka tumpangi mencoba mendekat dalam kecepatan sedang. Setelah menyalip, mobil langsung memotong jalur sepeda motor pelaku. Sontak saja Kotis dan Marchel kaget.

Keduanya segera menyadari yang menghadang itu polisi. Cepat-cepat mereka mengeluark­an senjata tajam yang diselipkan di celana. Kotis memegang parang, sedangkan Marchel membawa celurit. Mereka mencoba melawan petugas.

Polisi sebenarnya sempat memberikan peringatan agar mereka tidak berbuat nekat. ’’Anggota saya sudah melepaskan tembakan ke udara dan sempat mundur. Tetapi, mereka ternyata semakin berani,’’ kata Ade. Lantaran keselamata­nnya terancam, polisi tidak ingin mengambil risiko lebih buruk. Mereka kemudian menembakka­n empat peluru tepat ke dada kiri dua begal itu. Dua peluru mengenai dada Kotis dan dua lagi bersarang di dada Marchel.

Duo bandit itu langsung terkapar. Napasnya tersengal-sengal. Polisi yang berada di lokasi lalu berusaha melarikan dua bandit tersebtu ke rumah sakit. Tetapi, mereka tidak tertolong dalam perjalanan. Jadilah dua jazad itu langsung dibawa ke ruang jenazah untuk diotopsi.

Dari catatan kepolisian, Kotis dan Marchel merupakan pelaku yang nekat. Keduanya sering merampas tas maupun sepeda motor. Mereka sudah berulang-ulang keluar masuk penjara. ’’Kalau korbannya ngeyel melawan, mereka langsung mengancam pakai senjata,’’ tutur Takdir. Rata-rata keduanya mengincar pengendara perempuan karena lebih mudah.

Salah satu aksi sadis pernah dilakukan keduanya di wilayah Dukuh Pakis pada 18 Januari lalu. Saat itu mereka merampas motor Honda Beat milik pengguna jalan. Tidak hanya merampas, mereka juga membacokka­n celurit ke arah kepala korban hingga helmnya tertembus. ’’Korban waktu itu mendapat empat luka jahitan,’’ lanjut mantan Wakapolres Lampung Tengah itu.

Saat proses otopsi kemarin, petugas menemukan akik yang diikatkan di pusat Marchel. Cincin itu terikat dengan tali putih yang disimpul mati. Polisi menduga akik tersebut dipakai sebagai jimat pelindung oleh Marchel. Namun, dini hari kemarin mantra revolver polisi lebih ampuh ketimbang akik sakti milik Marchel. (did/c4/fat)

 ?? DIDA TENOLA/JAWA POS ?? TIDAK MANJUR MANJUR: Ji Jimatt cincini i akikkik yang adad di perutt begal tak mampu membendung peluru polisi.
DIDA TENOLA/JAWA POS TIDAK MANJUR MANJUR: Ji Jimatt cincini i akikkik yang adad di perutt begal tak mampu membendung peluru polisi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia