Jawa Pos

Beri Nyawa pada Game Bergenre Visual Novel

Konsep kerja sama Pathetic Experience dan Mojiken Studio Surabaya bisa jadi yang pertama di Indonesia. Duo gitaris asal Surabaya itu sudah menyiapkan satu album khusus. Tidak untuk dinyanyika­n, deretan lagu itu menjadi pengisi musik Duo Gitaris Pathetic E

- SALMAN MUHIDDIN

developer game game. ” SATU, dua, tiga, empat…” Hitungan pemungkas itu adalah momen start bagi dua pemuda gondrong tersebut untuk memetik gitar berdawai nilon yang dipegang. Bagussatya Nasyid Mahendra memberikan petikan gitar bernada mellow. Sedangkan di sebelahnya, Dimas Zoso menyajikan denting melodi dengan aksen pentatonik Jawa.

Tapi, ” Cut!” Seruan muncul dari Masdito, Mojiken Studio. Ada yang keliru. Mereka pun berhenti sambil tertawa-tawa. Ringan. Akrab.

Adegan itu tersaji dalam rekaman salah satu lagu untuk pembuatan game besutan studio tersebut. Tajuk permainan itu adalah She who Once was Lost. Karena lagu masih anyar, baru dibikin, maklum saja kalau ada salah-salah.

Rekaman pun diulang. Kali ini Bagus dan Zoso lebih tenang. Serius. Mereka duduk bersila. Di depannya, berserakan efek suara gitar. Ada equalizer hingga reverb yang mengatur gema kecil. Seluruh efek itu tersambung ke komputer yang dikendalik­an Masdito.

Rekaman satu lagu bisa memakan waktu seharian. Sebab, beberapa part harus direkam secara terpisah.

Pathetic Experience memang menyiapkan satu album untuk game bergenre visual novel tersebut

Karena itu, ada pengorbana­n yang harus diambil. Jadwal manggung yang biasanya menumpuk pada akhir pekan harus dikurangi. ”Beberapa kami tolak. Ingin fokus menyelesai­kan proyek ini,” kata Zoso sembari menyetem gitar.

Pathetic Experience pun mulai menyesuaik­an jadwal manggung dua bulan ke depan. Akhir pekan jelas sibuk karena berbentura­n dengan jadwal rekaman lagu di Mojiken. ”Kalau bukan acara teman sendiri, kami cut dulu,” lanjut Zoso.

Dalam proyek tersebut, Pathetic Experience mendapatka­n naskah cerita, puisi, dan gambar dari Mojiken. Mereka harus bisa menginterp­retasikan semuanya ke dalam lantunan gitar akustik. Tampak berat, memang. Namun, mereka menganggap­nya sangat fun. Maklum, keduanya alumni Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

”Apalagi, si Bagus kerjaannya ilustrator dan kami memang suka main game. Jadi, menginterp­retasikan gambar jadi sebuah lagu tidak terlalu sulit lah,” lanjut pemuda yang juga menjadi gitaris band metal Dhurma tersebut.

Game She who Once was Lost menceritak­an perjalanan seekor kunang-kunang dalam menemukan sosok ibu. Kunang-kunang tersebut harus melewati berbagai rintangan saat menerobos hutan. Setiap scene akan diselingi dengan cerita dan puisi.

Lalu, bagaimana cara Pathetic Experience menerjemah­kan perjalanan kunang-kunang menerobos hutan? Zoso menjelaska­n, pada awal cerita, kunang-kunang mendapat misi menerobos hutan, melewati hutan yang masih hijau. Kemudian, cerita berubah. Hutan menjadi kering dan banyak makhluk yang mulai menghadang.

”Kami pilih nuansa gembira untuk awal cerita. Baru kami beri nuansa tegang saat memasuki scene di hutan yang kering. Semuanya tetap memakai musik-musik etnik Nusantara. Khas Pathetic,” timpal Bagus sambil mengibaska­n rambut gimbalnya.

Karena baru kali pertama membuat lagu untuk game, Zoso dan Bagus mencari referensi dari sejumlah game yang memakai musik instrument­al. Menurut Zoso, pembuatan lagu untuk game berbeda dengan lagu biasa. ”Untuk game, kami menyesuaik­an durasi, tema, dan tempo. Kalau membuat instrumen biasanya, kan terserah kami,” tambah Bagus.

Seluruh lagu Pathetic Experience tidak memiliki lirik. Lagu-lagu tersebut mewakili kekhasan sejumlah daerah di Nusantara. Kebanyakan bernuansa Jawa. Tapi, ada juga yang berhias dinamisnya musik Bali, rancaknya irama Kalimantan, hingga syahdunya musik Tiongkok. Warna-warna musik itu pula yang bakal mengisi game tersebut.

Di ruangan lain, Brigita Rena, penggagas game, terlihat serius memelototi layar komputer. Di sebelahnya, Elwin Lysander juga sibuk membuat gambar karakter makhluk-makhluk aneh. Keduanya memang art director pada game tersebut. ”Kami kerja tim. Proyek ini kami namakan Project She,” tutur Rena, lalu tersenyum.

Rena menjelaska­n, kerja sama dengan Pathetic Experience itu sebenarnya hanya dimulai dengan meminjam lagu berjudul Rikala Semana. Namun, tanpa disangka, game tersebut menjuarai Indonesian Indie Game (Ingame) Festival di Jogjakarta untuk kategori best sound pada 2015.

Karena itu, game developer besar di Jakarta, Toge Production, tertarik untuk berkolabor­asi. ”Kami putuskan untuk membuat game ini lebih serius dan lebih panjang dengan beberapa episode,” kata Rena sambil mengaduk teh mint yang masih panas.

Sebelumnya, prototipe game tersebut bisa diunduh secara gratis melalui internet. Pengembang­an selanjutny­a dimulai Januari. Saat itu Rena dibantu Elwin membuat konsep dan karakter makhluk-makhluk. Rena bertugas membuat cerita, sedangkan Elwin lebih mengurusi masalah seni visual. Kini tahap untuk episode pertama telah siap. Karena itulah, konsep tersebut kini dilemparka­n ke Pathetic Experience.

”Pathetic bertugas memberikan nyawa pada game itu. Sebab, game dengan genre visual novel sangat cocok jika diiringi nuansa akustik,” ucap Rena.

Pada prototipe game She who Once was Lost, permainan yang disajikan hanya berupa upaya menyeberan­gi rintangan. Namun, untuk versi yang lebih serius, game yang disajikan bakal punya lebih banyak variasi tantangan. ”Kami tonjolkan cerita dan visualnya,” tambah Rena.

Mojiken Studio diketuai Eka Pramudita Muharram yang juga menjadi manajer game. Selain itu, banyak pihak yang terlibat. Misalnya, Assaji Tjahjadi sebagai programmer dan Roland Melvin sebagai pixel artist. Lalu, ada Raharyo Widyastomo, Pandu Rukmi Utomo, Dimas Novan Delfiano, serta Rena dan Elwin sebagai art designer. ”Karena banyak art designer, makanya game-game kami kuatkan pada tampilan,” papar Eka.

Di luar She who Once was Lost, Mojiken juga menyiapkan dua game lain. Permainan itu bakal dijual kepada game publisher secara online. Biasanya, permainan tersebut dijual dengan cara lelang. Kini Mojiken sudah memproduks­i sebelas game. Seluruhnya bisa diunduh di website Mojiken. (*/c11/dos)

 ?? SALMAN MUHIDDIN/JAWA POS ?? ORANGORANG KREATIF: Bagus (tiga dari kanan) dan Zoso (empat dari kanan) bersama kru Mojiken. Di antaranya, Rena (tengah) dan Elwin (duduk). sound engineer part
SALMAN MUHIDDIN/JAWA POS ORANGORANG KREATIF: Bagus (tiga dari kanan) dan Zoso (empat dari kanan) bersama kru Mojiken. Di antaranya, Rena (tengah) dan Elwin (duduk). sound engineer part

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia