Jawa Pos

Terkesan saat Pamerkan Koleksi ke Kolega

-

DI ZAMAN serbacangg­ih seperti saat ini, masih ada orang yang suka mengoleksi rilisan fisik seperti piringan hitam, compact disc (CD), dan kaset. Mereka gandrung karena menemukan ’’kelebihan’’ di dalamnya. Tidak sekadar suara musiknya.

Heru Indargo salah satunya. Sejak kecil Heru mengaku akrab dengan piringan hitam. Sebab, orang tuanya kerap memutar audio dengan piringan hitam. ’’Saya biasa mendengark­an musik klasik. Seperti Mozart, Chopin, Beethoven,’’ ungkap ayah tiga anak itu ketika ditemui di kediaman fisik Jalan Dharma Husada.

Kebiasaan itu datang dari orang tuanya. Mereka terbiasa mendengark­an musik. Hobi tersebut lantas menular kepada Heru muda. Termasuk menggandru­ngi piringan hitam. Sejak 1990 hingga sekarang, total koleksinya mencapai 3.000 piringan hitam. Koleksi Heru beragam aliran. Mulai musik pop, klasik, jazz, dan country. Dia menyatakan tidak pernah menarget untuk memiliki piringan hitam sejumlah tertentu.

’’Saya gampang suka sama musik. Apa saja, pokoknya enak, dibeli dan menumpuk. Tahu-tahu sudah banyak,’’ kata pria yang selalu membersihk­an koleksinya sebulan sekali itu.

Di antara piringan hitam tersebut, ada yang sengaja dibeli ketika bepergian ke luar negeri. Namun, ada juga yang diberi ttemannya. ’’ Ada ppula yang diberi anak-anak. Mereka kkini ada di Amerika Serikat dan Kanada,’’ tutur Heru.

Ditanya mengenai koleksi piringan hitam paling favorit, Heru menyebut Tammy Wynette, penyanyi country asal Amerika Serikat, dan Eiji Kitamura, Japanese jazz clarinetis­t. ’’Sekarang sudah langka untuk mencari piringan hitam tersebut,’’ paparnya.

Heru mengatakan suka mendengark­an musik bersama keluarga. Karena itu, pemutar piringan hitam dan music player sengaja diletakkan di ruang keluarga yang didominasi warna abu-abu. Di sana mereka bisa mendengark­an aliran musik apa saja. ’’Biasanya, saya suka pamer piringan baru. Lalu, saya setel biar didengar sekeluarga,’’ ujar laki-laki kelahiran 5 Desember 1940 tersebut.

Kebiasaan itu berubah ketika anak-anaknya mulai berkeluarg­a dan tinggal di rumahnya masingmasi­ng. Dia memilih mengajak teman-teman sesama penyuka audio untuk mendengark­an musik bersama. ’’Jadi, jika ada yang punya koleksi baru, pasti pamer. Undang teman-teman untuk mendengark­an bersama-sama,’’ lanjutnya.

Heru menuturkan tidak punya bujet khusus untuk membeli piringan hitam. Bisa dibeli di toko atau pasar loak. Karena itu, ada beberapa koleksinya yang ketika diputar suaranya tidak bagus. ’’ Karena itu, player- nya harus bagus. Player yang bagus sangat memengaruh­i kualitas suara,’’ jelas pria yang sering membeli piringan hitam di toko kaset Mega Audio tersebut.

Heru juga andal dalam memasang dan memilih komponen audio. Salah satu keinginann­ya adalah mencari pemutar audio yang meski didengarka­n dengan volume keras tidak mendengung di telinga.

Di sisi lain, anak-anak muda pun kini melirik hobi mengoleksi seperti Heru. Salah satunya Jody Muhammad yang masih berusia 17 tahun. Bahkan, siswa SMA Ciputra itu menuturkan sudah mengoleksi lebih dari 100 kaset pita hitam dari berbagai musisi dan ratusan CD musik lainnya.

Hobi tersebut berawal dari sang ayah yang juga menggemari musik. Awalnya, Jody tidak tertarik menjadi kolektor. Kemudahan mengunduh lagu-lagu dari internet membuatnya tidak melirik rilisan fisik sama sekali. ’’Ribet, beli CD, diformat dulu, baru dipindah ke smartphone. Mending download lebih cepat,’’ tegasnya.

Namun, pemikiran itu hilang saat dia melihat cover album Nirvana berjudul Nevermind. Bergambar seorang anak kecil yang tenggelam di air untuk mengambil uang 100 dolar. Album tersebut membuatnya jatuh cinta. ’’Saya nggak sadar, ternyata ada yang bisa kita nikmati selain lagu-lagu yang ada,’’ ucapnya.

Dari situ, pria yang juga berencana merilis album bersama bandnya pada peringatan Records Store Day tersebut langsung suka dengan rilisan fisik. Apa pun itu, entah pita hitam atau CD. Yang pasti, semua memiliki art work yang menarik. (cik/rid/c15/git)

 ?? ANGGER BONDAN/ JAWA POS ?? LEBIH MANUSIAWI: Heru Indargo, kolektor piringan hitam yang berharap rilisan fisik bisa terus ada sebagai wujud karya dari musisi.
ANGGER BONDAN/ JAWA POS LEBIH MANUSIAWI: Heru Indargo, kolektor piringan hitam yang berharap rilisan fisik bisa terus ada sebagai wujud karya dari musisi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia