Dirikan Usaha Sandal, Pemasaran Tembus Luar Pulau
Rumah Equitas, Tempat Pemberdayaan Para Mantan Pecandu Narkoba
Para mantan pecandu narkoba harus terus dibina agar tidak terjerumus kembali. Itulah yang kini dilakukan di Rumah Equitas. Di sana para mantan pecandu dididik untuk hidup mandiri dan produktif.
PEMUDA itu bernama Cici. Usianya 26 tahun. Dia pernah terjerumus dalam pusaran narkoba. Tetapi, itu dulu, dia kini kapok dengan surgawi fatamorgana sabu-sabu. Dia memilih melanjutkan hidup di Rumah Equitas. Yakni, sebuah rumah di salah satu sudut perumahan Griya Permata Gedangan, Blok N-1, Nomor 26. Di sanalah Cici menjalani program pascarehabilitasi. Dia ingin memperbaiki hidup dari masa lalu yang hitam. ’’Di sini saya merasa semangat lagi,’’ ujar Cici setelah mengikuti rapat koordinasi bersama para konselor kemarin (16/4).
Cici mengaku bergabung dengan Rumah Equitas atas kesadaran sendiri. Dia memutuskan bergabung setelah menjalani rehabilitasi di salah satu panti rehab di Jakarta. Dia menyatakan, program pascarehab di Rumah Equitas menawarkan hidup yang lebih hidup. Salah satunya, belajar dan berlatih mendirikan usaha di bidang ekonomi.
Rumah Equitas memberdayakan para residen (sebutan untuk para mantan pecandu) untuk mendirikan UMKM. Produk andalannya, sandal. ’’Kami berdayakan para residen, baik mantan pecandu, pengidap HIV/AIDS, maupun kaum miskin kota, untuk memproduksi sandal,’’ kata Ketua Umum Rumah Equitas Sudiro Husodo. Program UMKM sandal itu bermula pada September 2015. Kini distribusinya menjangkau pasar yang cukup luas. Misalnya, Palembang, Nusa Tenggara Barat, Jakarta, Makassar, dan kota besar lain. Dalam sebulan, omzetnya bisa mencapai Rp 3 juta.
Dengan senyum dan tatapan optimistis, Sudiro mengungkapkan keyakinannya bahwa program tersebut sangat membantu para residen agar sehat kembali
Sebab, keuntungan dari penjualan produk itu dimanfaatkan untuk program lain. Yaitu, konservasi alam, edukasi green government, budi daya peternakan, dan pembibitan. ’’Semua program ditujukan membangun jiwa kemandirian para residen,’’ terangnya.
Di dalam Rumah Equitas, berjajar banyak ruangan. Di bagian tengah terdapat kasurkasur untuk para residen. Ke belakang rumah, suara gelak tawa akan terdengar semakin keras. Ya, di halaman seluas 5 x 4 meter itulah puluhan residen memanfaatkan waktu untuk bekerja. Mereka memotongi karet dan merakitnya menjadi sandal. Gerakan tangan yang cekatan seperti menggambarkan semangat mereka untuk hidup lebih baik. Mereka berusaha mendongkrak kembali martabat dan harga diri sebagai manusia.
Di bagian lain, ada ruang konselor. Di situlah setiap hari Siswanto berhadap-hadapan langsung dengan para residen. Dia seakan menjadi sepasang telapak tangan yang terbuka untuk menampung keluh kesah, jeritan putus asa, kemarahan, dan rasa sesal para residen.
Siswanto mengakui, setiap residen memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Terutama tentang cara menanganinya. Biasanya, kata Siswanto, pecandu sabu-sabu lebih sukar ditangani. Sebab, zat adiktif yang meracuni tubuh serta sentimen dan emosi mereka cenderung menonjol. Dia juga pernah menampung curahan hati mantan pecandu sabusabu yang suka ngeyel. ’’Beda kalau pecandu putau yang slow. Beda lagi sama penderita HIV/AIDS yang gampang putus asa. Tapi, alhamdulillah bisa teratasi,’’ kenangnya.
Jika kamu tidak pernah mencoba, kamu tak akan pernah tahu. Ungkapan bijak tersebut sangat dirasakan oleh konselor 29 tahun itu. Siswanto juga mempunyai masa lalu yang erat dengan dunia narkotika. Dia adalah mantan pecandu. Namun, kini hidupnya dimanfaatkan untuk membimbing para residen. ’’Ya, semua konselor di sini memang mantan pecandu,’’ tegasnya. Mungkin itulah yang membuat para konselor bisa lebih mudah menangani para residen.
Rumah Equitas kini bukan sekadar tempat berteduh puluhan residen. Banyak prestasi yang dihasilkan dari tempat tersebut. Misalnya, juara I tenis meja dan sepak bola seSurabaya. Bahkan, ada residen yang sudah melanglang buana ke Mexico, Prancis, dan Polandia. ’’Mereka gabung klub sepak bola dan tanding di sana,’’ jelas Siswanto.
Ke depan, Rumah Equitas akan bersiap menjalankan program 2016. Sandal karya mereka dipasarkan semakin luas. Budi daya ikan lele dan patin digenjot lebih baik. Pembibitan tanaman dan perkebunan juga lebih diberdayakan. ’’Jika nanti mereka kembali ke masyarakat, pasti bisa hidup lebih mandiri, bermanfaat, dan setara dengan lainnya,’’ katanya. (*/c20/oni)