Lega meski Tak Ikut Rasakan Hasil Perjuangan
Samari, Kepala Sekolah yang Berperan Memperjuangkan Undang-Undang tentang Desa
Perjalanan hidup memang sulit diterka. Samari contohnya. Siapa sangka. Setelah menjabat kepala desa selama dua periode, kini garis nasib membawanya menjadi kepala sekolah.
TULISAN yang terpampang di gerbang itu menyambut siapa saja yang masuk area MAN 2 Gresik. Bunyinya Selamat Datang di Sekolah Adiwiyata. Sekolah yang terletak di Desa Metatu, Benjeng, tersebut memang tengah bersolek.
Halaman sekolah bersih. Taman makin cantik dengan aneka bunga. MAN 2 Gresik siap menyambut tim penilai sekolah adiwiyata tingkat provinsi. ’’Setelah menem- bus provinsi, target berikutnya menjadi sekolah adiwiyata nasional,’’ kata Kepala MAN 2 Gresik Samari saat ditemui Jawa Pos pada Rabu (13/4).
Seluruh warga sekolah dilibatkan. Mulai guru, siswa, hingga wali murid. ’’Kuncinya adalah kemauan bersama,’’ tambah lelaki kelahiran 5 Mei 1970 itu. Dia optimistis sekolah yang dipimpinnya mampu menembus predikat sekolah adiwiyata Provinsi Jatim tahun ini.
Samari baru menjabat kepala MAN 2 Gresik. Persisnya 29 Februari 2016. Dia menggantikan M. Nasim yang kini menjadi Kasi Madrasah dan Pendidikan Agama (Mapenda) Kemenag Gresik. Ayah dua anak itu mengaku sama sekali tidak menyangka diangkat sebagai kepala sekolah. ’’Ini takdir saya. Ya, harus siap,’’ ujarnya, lalu tersenyum.
Mengapa begitu? Meski berstatus guru PNS, Samari sebenarnya cukup lama ’’pensiun’’ dari dunia pendidikan. Dia ber- karir sebagai kepala desa (Kades) selama dua periode. Yaitu 1999– 2013. Selama lebih dari satu dekade, dia menjabat kepala Desa Jrebeng, Kecamatan Dukun. ’’Selama mengurus desa, saya ajukan cuti (dari PNS),’’ tuturnya.
Selama menjadi Kades, banyak agenda besar yang dilakukan Samari. Salah satu yang besar menggagas lahirnya UndangUndang 6/2014 tentang Desa. Dia memperjuangkan RUU Desa sejak 2005. Puncaknya terjadi pada 2010. Ketika itu, dia terpilih sebagai ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Jatim hingga 2014.
Saat itu, dia aktif berjuang mendorong munculnya UU Desa. Di Jatim, Samari menjadi satu di antara empat anggota tim asistensi. Tim itu juga diisi pakar dari Universitas Airlangga (Unair), Universitas Brawijaya (UB), serta kepala Biro Pemerintahan Pemprov Jatim. Tim asistensi bertugas merancang naskah draf RUU Desa.
Selain itu, Samari aktif mengo-ordinasikan aksi unjuk rasa yang melibatkan AKD Jatim. Termasuk audiensi dengan DPR serta Kemendagri. Akhirnya, pada 12 Desember 2012, UU Desa disahkan. Dan, baru diundangkan mulai 2014.
Yang bangga, kata Samari, 80 persen draf UU Desa yang digagas AKD diakomodasi menjadi UU 6/2014 tentang Desa. ’’Kami sangat puas. Meskipun saya tidak menikmati secara langsung karena bukan kepala desa lagi. Namun, UU Desa telah dinikmati seluruh pemerintahan desa se-Indonesia,’’ tegasnya, lalu tersenyum.
Bukan itu saja, samari juga memperjuangan adanya menteri urusan desa. Menurut pandangan dia, harus ada kementerian yang fokus mengurus desa. Karena itu, saat pemerintahan Presiden Joko Widodo, lahirlah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). ’’Ini bukti aspirasi AKD Jatim didengar pemerintah,’’ imbuhnya.
Kini, medan pengabdian Samari telah jauh berbeda. Dulu mengurus rakyat di desa, kini mengurus sekolah sebagai kepala MAN 2 Gresik. Samari pun langsung tancap gas. Ada tiga fokus pekerjaan yang sedang dirancang. Yaitu, membawa MAN 2 Gresik sebagai sekolah adiwiyata. Samari juga tengah menyiapkan prestasi akademik siswa. Yang menjadi target utamanya Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat provinsi dan nasional.
Untuk bisa unjuk gigi dalam ajang OSN, MAN 2 mulai melakukan gebrakan. Yaitu, mendatangkan tutor dari perguruan tinggi di Jatim yang terlibat langsung dalam OSN. Dalam prestasi akademik, Samari mengakui lembaganya telah kalah start jauh dengan sekolah di bawah naungan dinas pendidikan (dispendik). Karena itu, ujar dia, harus dilakukan terobosan dan inovasi pembelajaran. ’’ Tidak cukup dengan berlari, tetapi juga harus melompat,’’ imbuhnya.
Fokus lainnya membentuk karakter dan budi pekerti siswa. Kini, MAN 2 menggalakkan kegiatan keagamaan di sekolah. Bahkan, pendekatan kepada siswa dilakukan langsung oleh guru. Guru harus menyalami siswa sambil memegang pundak siswa. ’’Sebab, apa artinya prestasi tanpa iman dan akhlak,’’ tandas suami Ucik Suherni tersebut.
Tiga rencana itu, jelas Sumari, sejalan dengan visi MAN 2 Gresik yang unggul dalam imtak dan imtek yang berwawasan lingkungan. (c19/roz)