Industri Mamin Tumbuh Subur
GRESIK – Industri makanan dan minuman (mamin) telah menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat Kota Pudak. Usaha baru sektor pangan itu terus bermunculan. Pemkab Gresik mencatat 1.600 industri mamin berskala menengah ke bawah berkembang di Kota Giri.
’’Memang, ada yang mati dan tidak berproduksi lagi. Namun, banyak pula yang lahir dan menjadi besar,’’ ujar Kepala Seksi (Kasi) Farmasi dan Mamin Dinkes Gresik Sya’i kemarin (16/4).
Lelaki 51 tahun itu menjelaskan, 160 usaha baru mamin bakal meramaikan kegiatan perdagangan. Hal tersebut terlihat dari dokumen permohonan sertifikat pangan industri rumah tangga (PIRT) sepanjang Januari–Maret 2016. Sya’i menegaskan, para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) mamin memang unik dan kreatif. Mereka menghasilkan beragam produk menarik. Kemasan pun tak kalah dari daerah lain. Potensi tersebut mendorong investor luar daerah untuk membantu memasarkan produk mamin di Gresik.
Menurut Sya’i, produk jenis minuman masih mendominasi. Dari 160 IKM baru, 20 persennya memproduksi minuman tradisional. Misalnya, minuman berbahan baku temulawak dan kencur. ’’Produk berbahan ikan juga mendominasi. Selain itu, ada banyak jenis kue,’’ ungkap Sya’i.
Bapak tiga anak itu menegaskan, dinkes terus bekerja sama dengan diskoperindag untuk mendorong pertumbuhan pelaku usaha. Salah satunya memberikan kemudahan dan bimbingan terkait dengan pembuatan sertifikat PIRT.
Sya’i tak menampik, program pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) sedikit membawa perubahan. Saat ini pengajuan PIRT harus melampirkan nomor pokok wajib pajak (NPWP). Program itu berlangsung mulai 2016. Meski begitu, pihaknya yakin kebijakan tersebut tidak banyak berdampak pada sektor IKM dan UMKM. ’’Kami tidak hanya diam. Pengawasan produk terus dilakukan,’’ ujar Sya’i.
Dia menambahkan, Dinkes Gresik gencar melakukan sidak ke sekolah dan pasar. Langkah itu dilakukan untuk mencegah kemungkinan menyebarnya zatzat berbahaya. Misalnya, boraks, formalin, dan makan berbakteri lainnya.
Program sidak dinkes tertolong dengan keberadaan alat food security kit. Alat yang dibeli dari APBD itu dioperasikan sejak Januari 2016. Peralatan di bidang farmasi tersebut juga dimanfaatkan untuk menyurvei produk IKM-IKM yang baru lahir. (hen/c7/roz)