Sempat Takut, tapi lantas Keasyikan
Sedapnya Melayang Pakai Balon Udara Pertama di Surabaya
Menikmati suasana Surabaya dari atas gedung pencakar langit mungkin sudah biasa. Tapi, bagaimana jika menikmatinya sembari menaiki balon udara? Tentu ada sensasi yang berbeda. Ngeri-ngeri sedap.
ITU dirasakan Rizka Rahayu Putri dalam event bertajuk Grand Balloon Festival Venetian di Grand Sungkono Lagoon kemarin pagi (16/4). Dinginnya udara Surabaya pagi itu masih kalah dengan dingin dua telapak tangannya yang sangat ketakutan untuk mencoba balon udara tersebut. Keringat pun mulai terlihat dari wajahnya. ”Aku tidak ikut ya, tinggi sekali itu,” ujarnya kepada tiga temannya.
Rayuan demi rayuan kawannya pun menyulutkan keberanian dari Rizka. Dengan langkah kaki sedikit gemetar, alumnus ITB itu mulai berani masuk dan berpegangan pada keranjang rotan berukuran 1,5 x 1,1 meter. Senyum sempat terlihat dari wajahnya saat sang pilot balon menyalaminya dan mengatakan bahwa balon udara itu aman.
Setelah mendengarkan instruksi keselamatan dari sang pilot balon udara asal Malaysia, Hardi Razali, hati Rizka terlihat tenang. Sambil berpegang pada besi di pinggiran keranjang, lutut Rizka dan dua penumpang lainnya mulai ditekuk. Sesuai dengan instruksi, hal itu dilakukan untuk menghindari guncangan saat balon udara tersebut akan boarding. Mulut Rizka pun terlihat bergumam melantunkan sebuah doa. Di tengah gemuruh api yang menyemburkan udara panas ke dalam balon berbahan nilon itu, suara perempuan 23 tahun tersebut terdengar sekali lagi dan cukup lantang.
Balon udara mulai boarding saat peluit dibunyikan. Secara perlahan, balon udara berkapasitas maksimal 200 kilogram itu melayang di udara. Naik perlahan, menembus dinginnya udara Surabaya kemarin pagi. Getaran alias turbulensi sempat dirasakan para penumpangnya. ”Tenang, tiupan angin sedang kencang. Kalau sampai puncak, kita bisa tenang,” ujar Hardi.
Sekitar 5 menit kemudian, saat Rizky dan dua sahabatnya sudah nyaman dengan ketinggian, balon udara itu sampai puncak. Semilir angin yang lumayan kencang ternyata tidak membuat balon udara dari perusahaan asal Malaysia, AKA Balloon, tersebut bergoyang. Suasana sekejap berangsur tenang, meninggalkan kebisingan Surabaya di pagi. Balon udara yang hadir dalam
event tersebut memang berjenis kecil. Berisi maksimal empat penumpang. Balon tersebut paling lama bisa digunakan terbang selama 500 jam. Di suhu yang relatif sangat panas seperti Surabaya, penggunaannya pun diharuskan pada pagi dan malam untuk menghindari persamaan suhu udara di luar serta dalam balon. ”Nanti takutnya kalau suhu dalam balon terus dipanaskan, nilon akan menyusut (tipis), risiko fatal,” terang Hardi yang menjadi pilot sejak 1995 dengan pengalaman terbang selama 800 jam.
Dengan bantuan empat tali yang dipasang di tanah, balon itu layaknya sebuah lift yang hanya bergerak naik dan turun. Tapi, tetap tidak mengurangi keasyikan menaikinya. Keasyikan melihat keindahan Surabaya dari angle yang berbeda.
Muhammad Iswan, senior marketing communication Grand Sungkono Lagoon, menyatakan senang dengan antusiasme masyarakat yang hadir. ”Apalagi, kehadiran balon udara begini kan baru pertama di Surabaya. Jadi, masyarakat bisa menikmatinya secara bebas,” tegasnya. (*/c19/dos)