Jatuh Bangun Berebut Queen of the Mountain
Panas Derajat Celsius Membuat Bromo Makin Seru
PASURUAN – Event bersepeda Jawa Pos Cycling Bromo 100 KM mungkin semakin mengukuhkan diri sebagai ajang paling heboh dan menantang di Indonesia. Selain harus menanjak dari nol hingga ketinggian 2.000 meter pada 30 km terakhir, hampir seribu peserta kemarin (16/4) harus mengatasi panas hebat
Start dari Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur pada pukul 06.00 WIB, tanda-tanda hari bakal panas sudah terlihat. Saat Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Kapolda Jatim Anton Setiadji bersama mengibarkan bendera start, langit sangat terang, nyaris tanpa awan.
Setelah pit stop pertama di Kabupaten Pasuruan, sekitar pukul 08.45, suhu udara terus konstan di atas 35 derajat Celsius. Bahkan mencapai 39 derajat Celsius. Terus panas sampai sekitar 5 km sebelum finis.
Panasnya udara itu menambah panas pula persaingan perebutan King dan Queen of The Mountain (KoM dan QoM) yang menjadi bumbu baru penyelenggaraan tahun ketiga ini. Perebutan juara tanjakan itu dihitung mulai pit stop kedua di Desa Puspo hingga finis di Desa Wonokitri. Total sekitar 15 km.
Sementara itu, para atlet mendominasi persaingan KoM di semua kelompok umur. Persaingan paling dramatis mungkin yang melibatkan para cyclist perempuan yang berebut QoM. Yaitu, antara Celine Cecylia dari Surabaya Road Bike Community dan Eileen Suhardjo dari Women Cycling Club (WCC) Jakarta. Keduanya sama-sama bukan atlet, sama-sama istri pengusaha.
Celine, 31, yang sempat unggul duluan, dengan sabar mengayuh pedal menuju puncak. Eileen, 34, terus mengejar dan ”menangkap” Celine di pertigaan Tosari, hanya 2 km dari finis.
Dua kilometer terakhir itu pun menjadi panggung seru persaingan. Apalagi dibumbui dengan jalur finis yang menyeramkan, sekitar 200 meter terakhir dengan kemiringan 15–18 persen.
Eileen sempat menyalip setelah pertigaan. Tapi, dia lantas kram dan terjatuh saat kemiringan mencapai 12 persen. Celine menyalip lagi. Walau siku kirinya terluka dan berdarah, Eileen tidak mau menyerah. Di ”dataran” pendek menjelang cobaan terakhir, Eileen kembali menyalip.
Lagi-lagi, hanya sekitar 100 meter sebelum finis, Eileen kembali kram. Celine kembali menyalip. Nah, di tikungan terakhir alias sekitar 50 meter sebelum finis, Celine juga sudah tak sanggup dan harus turun dari sepeda.
Sama-sama menuntun sepeda, Celine finis duluan. Dia mencatat waktu 2 jam 1 menit 24 detik, hanya menang hitungan detik atas Eileen. Luar biasa! Eileen mengatakan baru kali pertama mengikuti Jawa Pos Cycling Bromo 100 KM. Meski demikian, dia tak gentar menghadapi tanjakan superberat. ”Pokoknya, dicoba terus aja. Dan ternyata, saya bisa menaklukkannya,” katanya.
Eileen mengaku mengetahui event itu dari sang suami. ”Dari situ, saya jadi penasaran. Suami dan teman-teman kayaknya enjoy sekali sama acara ini. Saya akhirnya memberanikan diri untuk coba juga,” ucapnya.
Dia juga memuji penyelenggaraan Jawa Pos Cycling Bromo 100 KM. Menurut dia itu merupakan acara cycling paling terorganisasi yang pernah diikutinya. ”Kalau tahun depan ada lagi, saya pasti ikut!” janji Eileen.
Celine mengatakan, persiapan yang dilakukannya menjelang ajang itu sampai dua bulan. Tiga kali dalam sepekan dia berlatih 70–150 km. Dia sama sekali tidak menyangka bisa memenangi QoM. Sebab, tahun lalu, sejak Desa Puspo, dia didorong marshal sampai finis.
”Saya juga tidak menyangka bisa menang karena informasi yang saya dapat, lawan-lawannya sangat berat. Intinya ya pelanpelan dan sabar. Terutama di tanjakan,” katanya.
Marthijn Kort, cyclist dari Belanda yang menjadi runner-up KoM di kategori 41 tahun ke atas, memuji Jawa Pos Cycling Bromo 100 KM. Dia, yang juga baru kali pertama mengikuti ajang itu, mengaku kagum dengan pen-gorganisasian acara yang rapi. ”Saya pikir, event ini lebih baik daripada yang pernah saya ikuti di Eropa. Jalanan steril dan rasio panitia dengan peserta cukup imbang,” katanya.
Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf juga tak ketinggalan memberikan pujian. ”Ini kebanggaan bagi kami, mendapat tamu dari mancanegara. Memacu saya untuk memperbaiki daerah agar lebih baik,” kata Irsyad.
Dalam ajang kemarin, ada juga peserta yang ”nekat” menggunakan sepeda tandem. Cara unik dan anti-mainstream itu dilakukan pasangan Widi Nugrahati dan Francesco Bruno. ”Sensasinya saat di tanjakan. Jelas, secara berat sepeda, gir, dan semuanya, bersepeda tandem akan lebih berat,” ujar Widi. Bruno mengangguk setuju.
Selain kompetisi KoM, kemarin cyclist pun merasakan beberapa gimmick seru. Selepas pit stop pertama di pendapa Kabupaten Pasuruan, mereka berpapasan dengan cyclist cantik yang sedang memompa ban yang kempis. Cyclist bernomor urut 605 yang bernama Eko Djuali lantas turun dari sepeda untuk membantu cyclist perempuan tersebut. Pa- dahal, itu merupakan gimmick penggoda yang dihadirkan oleh panitia. Tak ayal, cyclist lain yang sudah mengetahuinya tertawa saat melihat aksi Eko.
Berikutnya, para cyclist dihadang dua transgender yang sudah siap menggoda mereka sebelum sampai di titik pit stop kedua di KUD Sembada Puspo. Beberapa cyclist yang tak mau disentuh dua waria itu pun berusaha mati-matian mengayuh pedal untuk menghindar.
”Sempat bikin kesal sih. Capekcapek, malah ketemu yang seperti itu. Tapi, seru juga waktu kami dikibas-kibasi baju basah sama perempuan yang pura-pura sedang menjemur baju,” kata Nor Rahim Abdul, cyclist dari Singapura.
Rahim memang baru kali pertama mengikuti event itu. Dia juga mengaku terhibur dengan keberadaan para binaragawan dadakan 3 km menjelang finis. Kata Rahim, ajang itu benarbenar menghibur.
Direktur Utama PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda mengatakan bahwa pihaknya makin bersemangat untuk menyelenggarakan event itu tahun depan. ”Hari ini (kemarin, Red) luar biasa. Total, 938 peserta mengikuti start, terus bertambah dalam tiga tahun penyelenggaraan. Padahal, tantangannya makin berat. Panas hari ini luar biasa. Saya saja sempat muntah-muntah di pit stop kedua,” tutur Azrul.
”Terima kasih kepada seluruh peserta, khususnya yang datang dari jauh. Terima kasih kepada Pak Gubernur, Pak Kapolda, serta terima kasih khusus untuk Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf. Bersama, kita kembali menjadikan Jawa Timur sebagai tempat penyelenggaraan event sepeda terbaik di Indonesia,” tambahnya. (mat/nes/ano/c11/nur)