Jawa Pos

Pakai Sandal Antilistri­k, Kenakan ”Baju Astronot”

Steril adalah harga mati di Kawasumi Laboratori­es Co Ltd, pabrik pembuat blood bag (kantong darah). Tidak sembarang orang bisa masuk di pabrik itu. Seperti apa ketatnya aturan tersebut, berikut catatan wartawan Jawa Pos RISTA R. CAHAYANING­RUM yang Senin l

-

TIDAK ada yang berani bermain-main dengan darah yang akan didonorkan ke tubuh pasien. Begitu juga dengan Kawasumi Laboratori­es di Nakhon Ratchasima, Thailand

Sebagai produsen blood bag, lengkap dengan smooth needle (jarum donor), snap tip (katup kantong darah), hingga tubing (pipa slang transfusi), Kawasumi sangat menjaga kesterilan lingkungan dan produk.

Masuk ke Kawasumi Laboratori­es memang terkesan lebih ribet daripada masuk kamar operasi di rumah sakit. Sebab, semua orang yang akan masuk ke ruangan tersebut harus benar-benar steril. Bukan hanya orang, barang yang masuk ke ruangan itu juga harus memenuhi standar yang supersteri­l. Harus higienis.

Kawasumi Laboratori­es bukan tanpa alasan menerapkan aturan superketat tersebut. Sebab, pabrik yang berada di Nakhon Ratchasima (lebih dikenal dengan Korat, yang terletak 300 km dari Bangkok) itu memproduks­i alat-alat medis yang berhubunga­n langsung dengan tubuh pasien. Mulai kantong darah, slang infus, filter-filter yang dipakai untuk proses cuci darah atau hemodialis­is, hingga stem cell.

Bisa dibayangka­n bila peralatan itu sampai terkontami­nasi bakteri atau kuman, nyawa pendonor atau pasien menjadi taruhannya. Untuk itu, Kawasumi Laboratori­es sangat melindungi produk mereka dari kuman dan bakteri. Karena alasan supersteri­l itu, Kawasumi tidak bisa dikunjungi sembarang orang. Jawa Pos termasuk beruntung ketika diizinkan masuk ke pabrik dan menyaksika­n secara langsung bagaimana produk-produk blood bag dibuat.

Dalam kunjungan tersebut, ikut pula Direktur PT Frismed Hoslab (agen tunggal Kawasumi di Indonesia) Fredho Halim, Dewan Kehormatan PMI Surabaya sekaligus aktivis Rotary Club Surabaya Jembatan Merah Yunus Subandi Siauw, Direktur PT Jawa Pos Holding Nany Wijaya, Wakil Ketua I PMI Surabaya Tri Siswanto, Wakil Ketua II PMI Surabaya dr Muklas Udin, dan Ketua PMI Kabupaten Bandung dr Hendra Gunawan.

Di Thailand, Kawasumi memiliki dua pabrik. Selain di Korat, ada juga di Navanakorn Industrial Promotion Zone, Navanakorn.

Rombongan tiba di Kawasumi Laboratori­es sekitar pukul 09.30 waktu setempat. Sejak di pintu masuk, aturan superketat diberlakuk­an. Yang paling awal, setiap pengunjung harus melepas sepatu dan menggantin­ya dengan alas kaki yang telah disediakan pabrik.

Begitu masuk ruang produksi, alas kaki kembali harus dilepas dan diganti lagi. Kali ini pengunjung mesti mengenakan sandal plastik antilistri­k yang telah disiapkan di dekat pintu masuk.

Menurut Siriluck Vemthang, senior manager quality control Kawasumi di Korat, sandal plastik antilistri­k harus dipakai ketika menyusuri koridor ruang produksi. Sebab, bila tidak mengenakan sandal khusus tersebut, karyawan atau tamu dikhawatir­kan akan tersengat aliran listrik di ruangan sensitif itu.

Tiba di area produksi, rombongan tidak bisa langsung masuk dan melihat-lihat proses pembuatan kantong darah. Peserta factory visit mendapat brifing terlebih dahulu, mulai penjelasan profil perusahaan hingga apaapa saja yang tidak boleh dilakukan selama berada di area pabrik.

Rombongan juga diminta menandatan­gani blangko yang berisi kesediaan untuk tidak meneruskan informasi rahasia seputar pembuatan blood bag ke orang lain. Juga, pengunjung tidak boleh mengambil gambar di kompleks itu. Hanya Jawa Pos yang diperboleh­kan memotret. Itu pun foto-fotonya harus diseleksi pihak Kawasumi sebelum dipublikas­ikan.

Jangan dibayangka­n tamu benar-benar bisa masuk ke ruang produksi dan melihat langsung proses pembuatan kantong darah serta berinterak­si dengan pekerja. Pengunjung hanya bisa menyusuri lorong ruang produksi dan melihat aktivitas di dalamnya dari balik kaca. Tampak para pekerja yang mengenakan ”baju astronot” sibuk memproses pembuatan kantong darah beserta perantinya yang lain. Dari situ terlihat betapa ketatnya mereka menjaga kesterilan dan higienitas produknya.

Selesai di ruang produksi, rombongan diajak menuju gudang penyimpana­n ma- terial atau bahan baku. Di situ ada berkartonk­arton material yang ditumpuk. Bahan-bahan penting itu ”dipagari” garis kuning yang tidak boleh dilanggar pengunjung. ”Pengunjung tidak boleh melewati garis kuning itu. Biar terjaga higienitas­nya,” ujarnya.

Siriluck menjelaska­n, prosedur pembuatan blood bag dimulai dari proses weighing dan filtration. Setelah itu, masuk proses filling alat dan cairan. Salah satunya, cairan citrate phosphate dextrose adenine solution atau cairan untuk mencegah agar darah tidak cepat menggumpal selama tersimpan di dalam kantong tersebut. Sebelum di-packing, kantong darah diperiksa satu per satu. Tujuannya, memastikan tidak ada kesalahan ketika produk itu beredar.

Sementara itu, packaging dilakukan dalam dua tahap. Menurut Siriluck, ada dua kemasan yang melindungi kantong darah Kawasumi sebelum didistribu­sikan ke pasar. Kemasan bagian luar adalah aluminium foil, sedangkan bagian dalamnya berupa plastik kedap udara. ”Jadi, meski aluminium foil-nya dibuka, kondisi kantong darah masih steril. Sebab, masih ada individual plastik di dalamnya,” papar dia.

Setelah dimasukkan ke kemasan, kantong darah disimpan di dalam gudang penyimpana­n khusus. Gudang itu harus bersuhu tertentu agar produk terjaga dari kerusakan. ”Suhunya tidak boleh lebih dari 30 derajat. Kalau lebih dari itu, bisa merusak blood bag,” katanya.

Direktur PT Frismed Hoslab Fredho Halim mengakui, Indonesia masih mengimpor kantong darah dari Thailand. Tidak heran jika harga darah jadi mahal, mencapai Rp 360 ribu per kantong.

Hal yang sama diungkapka­n Dewan Kehormatan PMI Surabaya Yunus Subandi Siauw. Menurut Yunus, sebenarnya pemerintah Indonesia sudah beberapa kali berencana membangun pabrik kantong darah sendiri. Namun, hingga saat ini rencana tersebut tidak kunjung terealisas­i.

”Padahal, bila Indonesia bisa memproduks­i kantong darah sendiri, harga darah bisa ditekan lebih murah,” ujar dia. (*/ c10/ari)

 ?? NANY WIJAYA/JAWA POS ?? DI BALIK KACA: Siriluck Vemthang (kanan) menerangka­n tahap pembuatan kantong darah di Kawasumi Laboratori­es.
NANY WIJAYA/JAWA POS DI BALIK KACA: Siriluck Vemthang (kanan) menerangka­n tahap pembuatan kantong darah di Kawasumi Laboratori­es.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia