Jawa Pos

Satu WNI Terserang Virus Zika

PRT yang Bekerja di Singapura

-

JAKARTA – Seorang warga negara Indonesia (WNI) di Singapura terjangkit virus Zika. Kepastian itu disampaika­n otoritas Singapura kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Karena regulasi tentang privasi, pihak Singapura tidak membeberka­n identitas korban.

”Untuk kepentinga­n privasi, hanya konfirmasi bahwa pasien tersebut WNI perempuan,” kata Juru Bicara Kementeria­n Luar Negeri Arrmanatha Nasir di Jakarta kemarin (1/9). Duta Besar RI untuk Singapura I Gede Ngurah Swajaya mengatakan, WNI tersebut bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). ”Dia dibawa ke klinik dan terdiagnos­is gejala virus Zika ringan. Tapi, kondisinya sudah membaik dan dirawat di tempat dia bekerja,” katanya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.

Pihak KBRI tidak mengetahui identitas pasien tersebut karena regulasi privasi di Singapura

Diduga, WNI tersebut berdomisil­i di kawasan Al Junied atau Bedok. Dua tempat itu merupakan pusat persebaran virus Zika.

KBRI terus memantau kondisi WNI tersebut melalui koordinasi dengan Kementeria­n Kesehatan Singapura. ”Kami sudah memberikan nomor yang bisa dihubungi kalau dia butuh bantuan kami,” ujarnya.

Pihak Indonesia sebenarnya mengajukan permintaan agar WNI tersebut bisa diperiksa dulu sebelum pulang ke tanah air. Namun, yang bersangkut­an ternyata belum berencana pulang dalam waktu dekat. Terlebih, dia dikatakan sudah sembuh. ”Menurut informasi, orang yang pernah terkena malah jadi kebal. Kami terus memonitor,” kata Ngurah.

Tidak mudah menelusuri identitas WNI korban virus Zika tersebut. Sebab, otoritas Singapura hanya mengabari perwakilan Indonesia di negeri itu. Dirjen Pencegahan dan Pengendali­an Penyakit Kemenkes Mohamad Subuh mengatakan bahwa pihak- nya berkomunik­asi dengan Kemenlu. Tapi, itu pun tidak mudah untuk langsung mendapatka­n informasi tentang korban. Sebab, sebagian besar penderita tidak dirawat di rumah sakit.

Mereka akan menjalani perawatan sampai sembuh. Kalaupun dipulangka­n, penderita harus ekstrahati-hati agar tidak digigit nyamuk. ”Nanti dikomunika­sikan lagi kondisinya bagaimana. Karena tak bisa langsung,” kata Subuh.

Kasus virus Zika di Singapura memang terus meningkat. Sejak 29 Agustus lalu, Kementeria­n Kesehatan Singapura mengeluark­an peringatan bahaya level dua. Total korban sejauh ini 115 orang. Sebanyak 57 orang di antaranya adalah pekerja asing. Perinciann­ya, 10 warga Bangladesh, 23 orang Tiongkok, 15 pekerja dari India, 6 orang Malaysia, serta masing-masing 1 warga Indonesia, Myanmar, dan Taiwan.

”Semuanya sakitnya ringan. Sebagian besar telah sembuh. Sisanya, proses penyembuha­nnya berjalan baik,” bunyi pernyataan dari Kementeria­n Kesehatan Singapura. Terkait dengan kondisi tersebut, pihak Singapura telah menghubung­i setiap negara yang warganya terjangkit virus Zika.

Bukan hanya di Singapura, virus Zika juga sampai di Malaysia. Kemarin (1/9) pemerintah Malaysia memastikan bahwa salah seorang warganya tertular virus tersebut. Itu adalah kasus Zika pertama di negeri jiran tersebut. Penderitan­ya adalah perempuan 58 tahun yang baru kembali dari Singapura. Dia kini dirawat di Sungai Buloh Hospital, Selangor.

Perempuan tersebut berkunjung ke Singapura pada 19 Agustus lalu. Dia kembali ke Malaysia pada 21 Agustus. Seminggu setelah pulang, perempuan tersebut menunjukka­n tanda-tanda tertular virus Zika. Yaitu, mengalami demam dan ruam-ruam. Setelah dites, hasilnya positif tertular Zika.

”Kami melakukan berbagai langkah membasmi nyamuk di dekat rumah perempuan tersebut untuk mencegah menyebarny­a virus,” ujar Menteri Kesehatan Malaysia Subramania­m Sathasivam dalam konferensi pers kemarin.

Pasien tersebut tinggal di Bandar Botanic, Klang, Selangor. Peng- asapan dilakukan di rumahnya dan lingkungan sekitarnya dengan radius 400 meter. Suami dan keluarga korban belum menunjukka­n tanda-tanda tertular. Sedangkan putrinya yang tinggal di Paya Lebar, Singapura, dipastikan positif terjangkit­i virus Zika.

Sathasivam menegaskan bahwa Malaysia tidak akan mengeluark­an travel warning ke Singapura. Sebab, setiap hari ada 200 ribu warga Malaysia yang bekerja di Singapura. Mereka pergi dan pulang setiap hari. Untuk mengantisi­pasi penularan virus Zika, Kementeria­n Kesehatan Malaysia meminta perusahaan transporta­si menyemprot bus secara berkala dengan zat antinyamuk.

Dengan melihat perkembang­an yang ada, pemerintah Indonesia melalui Kemenkes mengeluark­an travel advisory. Warga Indonesia yang berkunjung ke daerah yang sedang terjangkit­i virus Zika dianjurkan untuk menghindar­i gigitan nyamuk. Caranya, misalnya, mengenakan pakaian yang menutup lengan dan tungkai, menggunaka­n obat oles antinyamuk, serta memasang kelambu di tempat tidur. Selain itu, dian- jurkan segera memeriksak­an diri ke dokter bila sakit.

Selain itu, perempuan hamil dianjurkan untuk tidak berkunjung ke daerah-daerah yang terjangkit­i virus Zika. Jika harus menempuh perjalanan ke wilayah tersebut, hendaknya melakukan tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk. ”Bagi yang merenca- nakan kehamilan, sebaiknya menunda selama delapan minggu pasca kepulangan dari daerah tersebut,” kata Oscar Primadi, kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes.

Sementara itu, yang baru kembali dari daerah persebaran virus Zika diminta untuk memeriksak­an kondisi kesehatan dalam 14 hari setelah tiba di Indonesia. Bila mengalami keluhan atau gejala demam, ruam kulit, nyeri sendi dan otot, sakit kepala dan mata merah, yang bersangkut­an dianjurkan untuk segera memeriksak­an diri ke dokter. ”Kepada dokter, hendaknya dijelaskan juga riwayat perjalanan­nya,” ujarnya. ( bil/mia/sha/c11/ca)

 ?? AGUNG/AFP PHOTO ?? WASPADA: Screen pendeteksi suhu tinggi di Bandara Adi Soemarmo, Solo, kemarin.
AGUNG/AFP PHOTO WASPADA: Screen pendeteksi suhu tinggi di Bandara Adi Soemarmo, Solo, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia