Salah Paspor, CJH Malang Dideportasi
JEDDAH – Astutik, calon jamaah haji (CJH) asal Malang, Jatim, dideportasi pihak imigrasi Arab Saudi. Perempuan yang tergabung dalam kloter 52 Embarkasi Surabaya itu menggunakan paspor milik orang lain. Kementerian Agama (Kemenag) mengupayakan agar Astutik diterbangkan kembali ke Saudi sebelum kloter terakhir 5 September mendatang.
”Dugaan sementara, ada unsur kesengajaan dari KBIH mema- sukan nama orang lain dalam kuota tahun ini. Dan, paspor itu terbawa Bu Astutik,” ujar Irjen Kemenag M. Jasin kemarin.
Astutik tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, pada 30 Agustus pagi. Bersama suaminya, dia tergabung dalam rombongan 4 kloter 52 embarkasi Surabaya
Saat melewati pemeriksaan imigrasi, Astutik tertahan lantaran foto di paspor berbeda. Namanya pun beda. Sri Astutik.
Astutik lantas di tahan di ruang imigrasi. Konjen RI di Jeddah didatangkan untuk membuatkan paspor baru bagi Astutik. Namun, imigrasi Bandara Jeddah menolak. Astutik akhirnya dideportasi sore itu juga ke Indonesia dengan pesawat Saudi Arabia Airline.
Jika benar kesalahan itu karena ulah KBIH, Jasin memastikan akan ada tindakan tegas. ”Cabut saja izin KBIH kalau memang ada yang melanggar seperti itu,” ujar mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
Astutik diperjuangkan untuk tetap bisa berhaji tahun ini. Visa atas namanya sudah jadi. Tinggal memproses ulang kebarang-katannya. ”Alhamdulillah urusan di tanah air sudah beres,” kata Jasin. Menurut rencana, Astutik dijadwalkan terbang kembali ke Saudi bersama kloter 62 Surabaya dan tiba di Saudi pada Minggu (4/9) pukul 03.00.
Suhu udara di kompleks Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, meningkat dalam tiga hari terakhir. Jamaah yang mandi dan berganti kain ihram di ruang tunggu bandara pun kepanasan. Tim kesehatan panitia penyelenggaraan ibadah haji (PPIH) menyiapkan minuman yang mengandung oralit untuk jamaah yang mengalami dehidrasi.
Petugas harus memandu para jamaah melewati imigrasi, mengantar ke ruang tunggu, mengawasi proses miqat, dan mengawal sampai ke bus menuju Makkah. Seluruh rangkaian proses itu memakan waktu 4–6 jam. Proses terlama adalah di ruang tunggu yang hanya dipayungi tenda dan bersuhu udara tinggi.
Suhu di ruang tunggu bandara mencapai 40 derajat Celsius. Lantaran angin bertiup kencang, panasnya udara sangat terasa ketika menerpa wajah. Mayoritas anggota jamaah tidak sabar menunggu masuk bus setelah memakai kain ihram dan melaksanakan salat sunah.
Beberapa jamaah dirawat karena kelelahan. Rata-rata usia mereka lebih dari 60 tahun. ”Banyak yang sebenarnya secara persyaratan kesehatan tak layak untuk diberangkatkan. Sampai di Tanah Suci, akhirnya harus dirawat,” ujar dr Elvi SpPD, tim kesehatan di bandara.
Mengenai cuaca panas, tim kesehatan memasang banner peringatan untuk menghindari gejala heat stroke. Isinya adalah imbauan kepada jamaah untuk minum tiap 2–3 tiga jam, menyemprotkan air ke wajah, menggunakan pakaian yang longgar dan menyerap keringat, serta selalu ada pendamping untuk jamaah usia lanjut. (*/c5/ca)