Paslon Hanya Dites Urine-Darah
Tanpa Tes Rambut, Uji Bebas Narkoba Kurang Akurat
JAKARTA – Hasil pemeriksaan bebas narkoba pasangan calon (paslon) peserta pilkada 2017 dengan melibatkan Badan Narkotika Nasional (BNN) berpotensi tidak maksimal. Sebab, standar pemeriksaan itu tidak dibarengi dengan perubahan waktu pemeriksaan. Sama halnya dengan tahun lalu, proses pemeriksaan hanya dilakukan selama sepekan.
Kepala Humas BNN Slamet Pribadi mengatakan, dengan waktu sepekan, pemeriksaan maksimal dengan mengambil sempel rambut sulit direalisasikan. ”Sebetulnya kalau mau detail harus rambut,” kata Slamet Pribadi setelah menggelar pertemuan dengan KPU di kantor KPU Jakarta kemarin (1/9).
Namun, dengan waktu yang hanya sepekan, BNN sulit memaksakan pemeriksaan melalui rambut. Sebab, pemeriksaan dengan sampel rambut membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Apalagi, peralatan pemeriksaan yang dimiliki BNN terbatas. Dengan kondisi seperti itu, metode yang paling mungkin untuk dilakukan hanyalah tes urine atau darah.
Tapi, terkait bagaimana kepastiannya, Slamet mengaku belum bisa memastikan. Saat ini pihaknya masih merumuskan metode apa yang bisa diterapkan. ”Sebatas urine, atau urine plus rambut. Itu nanti,” imbuhnya.
Adapun terkait lokasi pemeriksaan, pihaknya mengusulkan pemeriksaan dilakukan di BNN provinsi (BNNP). Sebab, tidak semua kabupaten/kota memiliki BNN kabupaten (BNNK). Kalaupun ada, infrastruktur maupun alat yang dimiliki berbeda-beda. Nah, dengan pemeriksaan dilakukan di BNNP, diharapkan bisa lebih tercipta keadilan di antara paslon.
Sementara itu, Komisioner KPU Ida Bu- dhiati mengatakan, tenggat waktu yang disediakan di tahapan tidak bisa diubah. Sebab, jika itu diutak-atik, dia khawatir rangkaian tahapan yang lainnya akan terganggu. ”Jadi, seminggu ya harus cukup,” ujarnya.
Terkait dengan potensi tidak bisa diterapkannya cara yang paling aktif melalui sampel rambut, Ida tak bisa menampik. Namun, pihaknya pun tidak bisa memaksakan cara tersebut. ”Bukan tidak bisa, tapi ada problem terkait ketersediaan sarananya,” imbuhnya diplomatis.
Meski demikian, pihaknya membantah jika tidak ada peningkatan standar yang dilakukan di tahun ini. Menurut dia, ditambahkannya darah sebagai sampel sudah menjadi salah satu instrumen untuk memperketat pemeriksaan. ”Sekarang diupayakan untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan yang lebih komprehensif. Tidak cukup dengan tes urine, tapi juga dengan tes darah,” tuturnya. (far/c10/agm)