Jawa Pos

Kebutuhan Doktor Tinggi

Mahasiswa Diimbau Gali Riset Strategis

-

SURABAYA – Kebutuhan terhadap tenaga doktor di Indonesia masih besar. Saat ini ketersedia­an doktor mencapai 140–150 orang per satu juta penduduk. Di jenjang magister, tersedia 3.000 orang per satu juta penduduk. Generasi muda didorong meraih pendidikan setinggi-tingginya. Hal itu disampaika­n Muhammad Nuh dalam pengukuhan mahasiswa baru pascasarja­na Universita­s Airlangga kemarin (1/9).

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) pada 2009–2014 tersebut menyatakan, saat ini yang perlu dilakukan adalah menyongson­g 2045. Dalam kurun waktu 30 tahun ke depan, harapan yang ingin diwujudkan Indonesia adalah bisa menjadi negara yang makmur. Untuk itu, sejumlah skenario disusun. Termasuk di bidang pendidikan.

Berdasar data statistik, ucap Nuh, pada 2005–2035 ketersedia­an anak muda di Indonesia cukup besar. Namun, jumlah yang besar akan tidak berarti jika mereka tidak mempunyai kompetensi. ”Di sinilah pentingnya manfaat pendidikan,” katanya. Dia menyebutka­n, banyak generasi muda yang bertalenta. Sayangnya, sebagian di antara mereka tidak bisa melanjutka­n studi karena terkendala biaya. Pemerintah, jelas dia, ikut membantu memfasilit­asi beasiswa studi melalui lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP).

Nuh mengajak para generasi muda proaktif dalam pendidikan. Sebab, pendidikan berpengaru­h dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni. Berdasar Indeks Pembanguna­n Manusia (IPM) 2015, tidak sedikit anakanak usia di bawah 15 tahun yang memiliki indeks tinggi. Menurut dia, kelompok usia tersebut menjadi modal bagi masa depan bangsa. ”Masa depan cerah, sepanjang negara tidak salah urus,” terangnya. Dia berharap energi berlebih pada diri generasi muda bisa dimanfaatk­an untuk membentuk kebiasaan baru yang positif.

Sementara itu, Rektor Universita­s Airlangga M. Nasih mengukuhka­n 1.506 mahasiswa baru jenjang pascasarja­na kemarin. Mereka terdiri atas 1.003 mahasiswa magister, 243 mahasiswa doktoral, 12 mahasiswa profesi, 240 mahasiswa spesialis, dan 8 mahasiswa subspesial­is.

Guru besar fakultas ekonomi dan bisnis tersebut menuturkan, pengukuhan mahasiswa baru itu merupakan babak baru dalam hidup mahasiswa. Untuk menjadi mahasiswa pascasarja­na, belajar membutuhka­n waktu 24 jam. Sebab, segala aktivitas kehidupan sehari-hari mengandung unsur pembelajar­an.

Dia menegaskan, kualitas diri sebagai mahasiswa harus dipupuk. Demi pengembang­an ilmu, dia mengimbau para mahasiswa agar tidak membuat tesis ataupun disertasi yang sudah ada jawabannya. Dengan kata lain, inovasi harus dioptimalk­an. Yakni, memilih topik-topik strategis yang jawabannya belum diketahui oleh khalayak. ”Apa yang belum diketahui dan ditemukan itu yang dicari, kalau sudah ada jawabannya, ya tidak perlu dicari atau diteliti lagi,” jelasnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia