Jawa Pos

Era Baru Masih Kelabu

-

BARI – Tidak salah jika publik Italia mencibir penunjukan Giampiero Ventura sebagai pelatih timnas. Selain bukan sosok yang populer, pria 68 tahun tersebut tidak punya catatan prestasi yang mentereng. Praktis, prestasi terbaik Ventura selama 40 tahun menjadi pelatih ialah membawa Lecce juara Serie C (kasta ketiga di Liga Italia) pada musim 1995–1996.

Nah, publik semakin meragukan kinerja Ventura. Itu seiring dengan kekalahan Italia 1- 3 ( 1- 2) saat meladeni Prancis. Memang, laga di San Nicola kemarin hanya berlabel uji coba. Namun, tifosi (suporter) Italia tetap saja cemas. Apalagi, uji coba tersebut merupakan bagian dari persiapan Gli Azzurri –julukan timnas Italia– untuk kualifikas­i Piala Dunia 2018. Italia berada di grup G bersama Spanyol, Albania, Israel, Makedonia, dan Liechtenst­ein. Jika tidak segera berbenah, kans Gianluigi Buffon dkk untuk lolos ke Rusia ( host Piala Dunia 2018) bakal berat. Apalagi, hanya juara grup yang berhak lolos langsung ke Rusia.

Namun, Ventura tetap optimistis. Mantan pelatih Torino itu yakin penampilan anak asuhnya bisa lebih baik Senin mendatang (6/9). Yakni, saat Italia menghadapi Israel dalam laga perdana kualifikas­i Piala Dunia 2018. Ventura juga berdalih, minimnya masa persiapanl­ah yang membuat babak belur anak asuhnya. Italia hanya bisa mencetak satu gol melalui Graziano Pelle (21’). Namun, Prancis mampu melesakkan tiga gol balasan lewat Anthony Martial (17’), Olivier Giroud (28’), dan Layvin Kurzawa (81’).

’’Saya hanya punya waktu tiga hari untuk bekerja dengan skuad ini,’’ kilah Ventura sebagaiman­a dikutip Football Italia. ’’Jadi, saya tetap merasa puas,’’ ujarnya. ’’Jika saya menganalis­is pertanding­an ini, kami kemasukan dua gol yang sebetulnya tidak perlu terjadi. Itu hanya sebuah kesalahan pemain yang mungkin berstatus terbaik di Italia,’’ ujar Ventura merujuk kesalahan yang dilakukan bek Giorgio Chiellini.

Ventura menilai, performa Italia jauh lebih baik saat memasuki babak kedua. Tidak banyak peluang yang dimiliki tim tamu. ’’Namun, dalam sepak bola, yang dilihat adalah hasil akhir. Saya senang dengan permai- nan ngotot yang diperlihat­kan pemain. Optimisme saya datang setelah melihat fakta bahwa tidak sulit untuk membuat tahapan yang lebih baik,’’ ucapnya. Apa pun dalihnya, tifosi melihat Italia di era Ventura memang jauh berbeda ketimbang saat ditangani Antonio Conte. Jika biasanya Conte menggunaka­n formasi 3-5-2, Ventura justru menerapkan formasi yang tidak lazim. Yakni, 4-2-4. Ventura menegaskan, dirinya akan tetap mempertaha­nkan formasi tersebut. ’’Ketika saya mengambil job ini (pelatih Italia, Red), banyak yang bilang problem yang saya hadapi adalah waktu. Mereka bilang saya tidak punya cukup waktu,’’ jelasnya. ’’Jadi, jika Anda ingin menjembata­ni gap di tim Anda, Anda harus membangun organisasi yang kuat,’’ tandasnya.

Di kubu Prancis, sorotan ditujukan kepada Anthony Martial. Seperti diberitaka­n L’Equipe, en

traineur Didier Deschamps senang melihat Martial mencetak gol perdana buat Prancis. ’’Terkadang Martial harus menekan dirinya sampai limit tertentu agar mengetahui batas kemampuann­ya. Dia harus berjuang dengan melawan diri sendiri,’’ tutur Deschamps.

Uji coba di Bari kemarin dimanfaatk­an FIFA untuk memperkena­lkan teknologi baru mereka. Di mana, FIFA memberlaku­kan video

replay sebagai alat bantu buat wasit. Dengan alat ini, wasit bisa tertolong saat mengambil keputusan. Namun, video itu hanya digunakan untuk membantu putusan wasit soal pengesahan gol. Dan, tidak bisa dipakai untuk masalah pemberian penalti dan kartu merah kepada pemain. (dra/c4/bas)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia