Hati-Hati Filler Abal-Abal
SEBELUM melakukan treatment kecantikan apa pun, kita harus berkonsultasi dengan dokter. Kita juga harus memastikan apakah wajah memang perlu di- filler. Juga bagian mana saja. ’’Dokter biasanya akan memberi masukan mengenai daerah yang akan di- filler beserta jenis filler- nya,’’ ujar dr Lanny Juniarti Dipl AAAM dari Miracle Aesthetic Clinic.
Dalam kedokteran estetik, filler dibedakan menjadi dua macam. Pertama, filler permanen yang terdiri atas silikon dan bahan poliakrilamit. Jenis ini tidak disarankan karena kandungan bahan kimia yang berpotensi merusak wajah. ’’ Yang disarankan adalah filler nonpermanen dengan asam hialuronat,’’ jelas dr Fifin Marini M Biomed (AAM) dari Profira Aesthetic and Anti-Aging Clinic.
Asam hialuronat sejatinya adalah zat yang terdapat dalam tubuh semua makhluk hidup. Asam yang berada di jaringan kulit itu tersebar di seluruh bagian wajah, dengan jumlah terbanyak di sekitar mata. ’’Seiring bertambahnya usia, asam ini akan mengalami kerusakan dan pengurangan. Dengan filler, jumlah asam hialuronat bisa ditambah,’’ papar Fifin.
Karena asam hialuronat adalah zat yang merupakan bagian dari tubuh manusia, terapi filler terbilang jarang menimbulkan reaksi alergi. Kecuali, jika filler yang digunakan memiliki kandungan zat tertentu. ’’Makanya, jangan coba-coba beli filler di toko online atau tempat yang tidak jelas,’’ tambah Lanny. Bisa jadi, zat filler sudah dicampur bahan lain yang berbahaya.
Maraknya tren filler, tampaknya, dimanfaatkan sejumlah orang untuk membuka jasa serupa. Harganya lebih murah. Tapi, hasilnya bisa berbahaya. Inilah yang sering disebut sebagai filler abal-abal. Fifin menduga distribusi obat filler seperti itu tanpa pengawasan BPOM. Jadi, kandungannya juga belum tentu aman.
Intinya, filler harus dilakukan oleh tenaga berpengalaman di klinik resmi, tidak boleh sembarangan. Bahkan, prosedurnya pun harus tepat. Dokter atau tenaga medis yang bersangkutan harus memiliki sertifikasi. ’’Injeksinya kan di wajah. Kalau ada pembuluh darah yang rusak akibat injeksi, akibatnya bisa membuat hidung menjadi jaringan mati atau bahkan kebutaan,’’ tutur Lanny. (len/c17/na)