Belajar Bikin Menu Istimewa saat Merantau di Taiwan
Bagi Sutomo, memasak bukan sekadar sarana untuk menjaga keharmonisan anggota keluarganya. Tetapi juga mampu merekatkan hubungan antarwarga desa. Sutomo, Kepala Desa Jago Masak dari Jiken
PRIA 53 tahun itu sehari-hari berkantor di Balai Desa Jiken, Kecamatan Tulangan. Sudah tiga tahun, Sutomo, begitu namanya, menjabat kepala desa (Kades). Desa yang terletak sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Sidoarjo itu tampak tertata rapi dengan ruas-ruas jalan layaknya kawasan perumahan modern. Pagar-pagar rumah warga yang dicat seragam semakin memberikan kesan bersih dan guyub.
Tidak cuma piawai memimpin desa dan warga, Sutomo ternyata juga dikenal sebagai juru masak yang andal. Gelar juara I lomba memasak dalam ajang Kado Merdeka yang diselenggarakan Tim Desa Melangkah Jawa Po Pos bersama Universitas Muhammadiyah Sid Sidoarjo (Umsida) menjadi buktinya.
K Ketika itu dia membuat nasi goreng spesial ya yang diberi nama Nasi Goreng Arjik alias Ar Arek Jiken. Resep rahasianya adalah campuran ka kaldu ayam, ikan patin, dan udang. ’’Sejak bu bujang sudah biasa masak,’’ kata Sutomo Ka Kamis (1/9). Ketika itu dia memulainya dengan me menu-menu sederhana. Misalnya, mi goreng, na nasi goreng, atau tumis sayur. ’’ Yang tinggal ce cemplung-cemplung,’’ kata bapak dua anak itu itu, lantas tertawa.
K Ketika usia Sutomo 29 tahun, dia memutuskan m merantau ke negeri orang. Dia bekerja di seb sebuah pabrik kertas di Taiwan. ’’ Tepat tujuh bulan setelah kawin,’’ katanya
Meski masih pengantin baru, Sutomo nekat berangkat. Dia merasa harus punya penghasilan yang menjanjikan. Saat itulah Sutomo berkesempatan merasakan suasana Hari Raya Idul Fitri di negeri berjuluk Naga Kecil Asia tersebut.
Sutomo diminta pimpinan pekerja asal Indonesia di pabrik kertas tersebut memasak menu Lebaran untuk para pekerja muslim. Dia lantas menyiapkan beberapa masakan seperti kari dan sayur bening. ’’Sama bos disiapin dapur dan bahan makanan. Di situlah saya belajar masak (menu yang lebih kompleks, Red),’’ jelas suami Siti Qoimah itu.
Sutomo bekerja di Taiwan selama 1,5 tahun. Sepulangnya ke tanah air, dia sempat bekerja sebagai penjual material bangunan keliling. Belakangan Sutomo bersama istri berjualan ikan segar. Usaha tersebut terus bertahan hingga kini. Dia menjual ikan setiap pagi di halaman rumahnya.
Berkaca dari pengalaman, kedua anaknya, yaitu Riqul Qomariah dan M. Roqib Al Khariri, pun diajari memasak sejak usia belia. Siapa yang ada di rumah, dialah yang bertanggung jawab memasak. Mereka sekeluarga juga kerap menghabiskan hari libur dengan kegiatan memasak bersama. Menurut Sutomo, beberapa hasil olahan ikan seperti mujair goreng, pepes patin, atau gurami bakar adalah menu favorit keluarganya.
Setiap ada acara bersama warga, masakan Sutomo dan istri juga tidak pernah absen. Menu andalannya pasti bernuansa olahan ikan. ’’Kalau pas ruwah (bersih, Red) desa, pasti (warga, Red) pada nyari masakan kiriman kami,’’ kata Sutomo.
Karena itu, dalam ajang Kado Merdeka beberapa waktu lalu, Sutomo sengaja mengajukan lomba memasak. Selain ’’mengajari’’ para suami agar lebih menghargai masakan istri, Sutomo merasa memasak merupakan sarana yang cukup efektif untuk merukunkan warga. (*/c15/pri)