Jawa Pos

89 Jamaah Gangguan Kejiwaan

168 ”Haji Filipina” Pulang Hari Ini

- FATHONI P. NANDA

MAKKAH – Sejak kedatangan kelompok terbang (kloter) pertama pada 9 Agustus lalu, sebanyak 89 jamaah haji Indonesia mengalami gangguan jiwa. Sebagian besar telah melanjutka­n aktivitas ibadah setelah menjalani perawatan. Hingga kemarin (3/9), yang menjalani rawat inap di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sebanyak 16 orang

”Jenis gangguan jiwanya macammacam. Ada yang demensia, ada yang skizofreni­a, ada juga yang depresi berat,” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Indonesia di Arab Saudi dr Muchtarudd­in.

KKHI Makkah memiliki dua lantai ruangan rawat inap untuk jamaah yang mengalami gangguan jiwa. Saat Jawa Pos mengunjung­i tempat itu kemarin, rata-rata pasien tertidur pulas. Dua jamaah perempuan yang sudah agak normal duduk-duduk di lorong ruangan. Perawat yang menjaga para jamaah tersebut mengatakan, dua perempuan yang berbincang­bincang di lorong ruangan tersebut mungkin segera dikembalik­an ke pemondokan.

”Kalau bapak di pojokan itu sudah lama dirawat. Dia ngotot mau main golf terus. Katanya, masih merasa di Indonesia,” ujar seorang perawat sambil menunjuk pasien yang sedang tertidur pulas.

Muchtarudd­in mengatakan, rata-rata jamaah yang mengalami gangguan jiwa memang sudah lanjut usia. Mayoritas mengalami demensia sejak di tanah air. Kondisi mereka semakin parah saat tiba di Tanah Suci. ”Mereka itu jamaah haji yang sangat berpotensi tersesat, tidak bisa pulang ke pemondokan, dan akhirnya hilang,” ujarnya.

Petugas tetap mengupayak­an agar para jamaah itu bisa melanjutka­n ibadah haji. Terutama saat tiba hari wukuf di Arafah. ”Kalau tidak bisa disembuhka­n, secara agama kewajiban mereka untuk beribadah ya gugur,” katanya.

Sementara itu, hingga 26 hari sejak kedatangan kloter pertama, jamaah yang menjalani perawatan kesehatan mencapai 93.947 orang. Angka itu lebih dari separo dari total jamaah haji Indonesia tahun ini yang mencapai 168.800 orang.

”Temuan kami selama ini, banyak jamaah yang sakit dan akhirnya meninggal karena mengejar ibadah sunah. Misalnya umrah sunah. Tolong jaga kesehatan, tidak usah mengejar yang seperti itu,” tutur Muchtarudd­in.

Rata-rata jamaah itu ditangani terlebih dulu oleh dokter kloter. Jika tidak bisa ditangani, jamaah dikirim ke KKHI. Yang pernah dirujuk ke KKHI Madinah sebanyak 655 orang. Sedangkan yang dirujuk ke KKHI Makkah sebanyak 316 orang.

Total jamaah yang masih menjalani rawat inap 71 orang. Seluruhnya dirawat di KKHI Makkah. Sebab, operasi KKHI Madinah sudah ditutup dan tim kesehatan bergabung ke KKHI Makkah. ”Mayoritas jamaah yang menjalani rawat inap di sini laki-laki, sekitar 40 orang. Sisanya perempuan,” papar Muchtarudd­in.

Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi dr Eka Yusuf mengatakan, mayoritas jamaah yang menjalani rawat inap mengalami gangguan jantung. Kisarannya 80 persen. ”Lima persen mengalami gangguan paru. Sisanya diabetes me litus/ kencing manis dan kanker,” ujarnya.

Selain dirawat di KKHI, sebagian jamaah terpaksa dirujuk ke rumah sakit milik pemerintah Saudi. Yakni, 76 orang di Madinah dan 55 orang di Makkah. Namun, saat ini mayoritas sudah kembali ke pemondokan. Di Madinah tinggal 16 pasien, sementara di Makkah tersisa 28 pasien.

Untuk pasien meninggal, hingga kemarin jumlahnya mencapai 60 orang. Jumlah itu menurun jika dibandingk­an dengan data per hari yang sama tahun lalu. ”Tahun lalu per hari yang sama dengan tahun ini mencapai 89 orang. Tapi, itu karena ada kasus crane roboh yang mengakibat­kan 15 jamaah Indonesia meninggal,” papar Eka.

Jika dibandingk­an dengan 2014, jumlah jamaah meninggal per hari itu termasuk meningkat. Sebab, dua tahun lalu hanya mencapai 43 orang. ”Karena itu, kami imbau jamaah benar-benar menjaga kesehatan agar kuat menjalani puncak haji nanti. Energi yang dibutuhkan sangat besar,” tutur Eka.

Khusus untuk prosesi wukuf, tim kesehatan juga sudah melakukan beberapa persiapan. Di antaranya, mempersiap­kan klinik kesehatan di kantor misi haji Arafah, bus, serta ambulans untuk safari wukuf. Selain ditempatka­n di klinik kantor misi haji Arafah, petugas kesehatan akan disebar di enam sektor yang menjangkau 52 maktab.

Eka menjelaska­n, safari wukuf dilakukan dengan mengikuti prosedur dan persyarata­n yang ditetapkan Kantor Urusan Haji Indonesia. Jamaah yang benarbenar tidak mampu akan dikeliling­kan di Arafah dalam kondisi berbaring. Safari itu bisa menggunaka­n ambulans atau bus yang bagian dalamnya dimodifika­si agar jamaah bisa berbaring.

Kasus Haji Filipina Pemulangan WNI yang ditangkap ketika akan berhaji via Filipina dimulai hari ini. Dari total 177 orang, 168 di antaranya kembali ke tanah air hari ini. Sementara itu, sembilan orang lainnya masih dibutuhkan otoritas Filipina untuk proses hukum.

Kasubdit Verifikasi Dokumen Perjalanan Ditjen Imigrasi Kementeria­n Hukum dan HAM Elfinur menyatakan, sembilan orang tersebut belum bisa pulang karena dinilai pihak penegak hukum Filipina banyak tahu tentang kasus itu. Mereka mengerti banyak tentang perekrutan, pemberangk­atan dari Indonesia ke Filipina, dan informasi-informasi lain.

Sejauh ini otoritas Filipina belum bisa menangkap otak di balik pemberangk­atan para jamaah tersebut. Dia adalah pria yang dikenal di Filipina sebagai Haji Rasidin. Versi Malaysia, namanya Syekh Abdul Aziz. ” Yang tertangkap anak perempuan Rasidin bernama Busrah beserta suaminya,” kata Elfinur.

Direktur Perlindung­an WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal memastikan bahwa 168 WNI itu sudah mendapatka­n izin pulang dari Filipina. Pemerintah Indonesia juga memberikan surat jaminan. ”Duta besar RI untuk Filipina akan mendamping­i langsung pemulangan,” ujarnya.

Kepulangan jamaah ” haji Filipina” tersebut dibagi dalam dua kelompok. Mereka terbang dari Manila ke Makassar dan Jakarta. Sebanyak 100 WNI bakal diserahkan di Bandara Hasanuddin, Makassar. Jamaah terbesar memang berdomisil­i di Sulawesi Selatan. Sisanya, 68 WNI, dibawa ke Jakarta. Mereka berasal dari Jatim, Jateng, Jabar, Kaltim, Jakarta, Banten, Kaltara, Kepulauan Riau, dan Sumut.

Pengamat haji dari UIN Syarif Hidayatull­ah Jakarta Dadi Darmadi mengatakan, praktik berhaji via Filipina bukan kasus pertama. Menurut dia, tertangkap­nya 177 orang itu lebih disebabkan kesialan saja. ”Selain itu, karena rombongann­ya banyak sekali, maka terlihat mencolok,” ucapnya. Bila rombongan tidak terlalu banyak, misalnya lima sampai sepuluh orang, mereka bisa lolos sampai Makkah.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenag Syafrizal menerangka­n, travel yang terlibat dalam pemberangk­atan 177 orang ke Filipina tersebut bukan travel haji khusus maupun travel umrah resmi. ”Mereka mungkin punya izin, tetapi izin travel biasa,” ujarnya. Perusahaan travel biasa tidak bisa terlibat dalam pemberangk­atan dan perekrutan jamaah haji khusus maupun umrah. (wan/bil/c11/c9/ca)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia