Jawa Pos

Segarnya Siraman Penyemprot Hama

Catatan Gran Fondo Jawa Pos Prambanan 2016

-

Oleh DEWO PRATOMO

BANYAK pihak boleh jadi penyelengg­ara event bersepeda. Tapi, garapan Jawa Pos Cycling (dengan support Otak-Otak) kini sudah punya ciri khas yang menghibur peserta sekaligus membuatnya dirindukan di event-event selanjutny­a. Apa lagi kalau bukan ”godaan-godaan” yang tersebar di lokasi-lokasi tertentu.

Tradisi itu dimulai saat tur ulang tahun Surabaya Road Bike Community (SRBC) di Jogjakarta tahun lalu. Ketika itu sejumlah waria menggoda peserta yang sedang mencoba menaklukka­n tanjakan paling curam.

Tradisi tersebut lantas diterapkan di Bromo 100 Km awal tahun ini. Misalnya, ketika ada cewek cantik yang berpura-pura memompa ban di pinggir jalan atau mencuci pakaian dalam, pria kekar yang menyambut menjelang finis, dan lain sebagainya.

Lantas, akhir pekan lalu (27 Agustus), tradisi itu berlanjut di Gran Fondo Jawa Pos Prambanan 2016. Baru sekitar satu jam bersepeda di rute sepanjang 181 km itu, peloton dibuat gaduh di sekitar Pantai Cemara, dekat Kabupaten Bantul. Peloton yang sebelumnya rapi jadi agak semburat gara-gara melihat seorang perempuan cantik mengenakan celana pendek sedang menunggang kuda.

Rengkong Wangsa, cyclist asal Gorontalo, mengira gadis itu sedang santai menyewa kuda di pantai. Dia pun iseng menjulurka­n tangan untuk tos. Helena, sang cewek, menyambut dengan mesra. Momen itu langsung diabadikan. Ketika mendengar bunyi kamera, Rengkong langsung kembali bersepeda. Dia sadar ini ”jebakan Batman” untuk peserta!

Kemudian, ada tiga cyclist asal Surabaya Barat berinisial DI, RO, dan RC yang menyempatk­an berhenti. Mereka mengajak Helena bersalaman, bahkan minta nomor telepon. Auuuuu….

Ada pula yang sibuk berdebat saat posisi masih di belakang. Mereka bertaruh, yang naik kuda itu cewek beneran atau lagi-lagi waria. Ternyata perempuan beneran!

Godaan menjebak kembali nongol saat menanjak, menjelang Waduk Sermo. Di ujung salah satu tanjakan, tampak seorang cewek sedang mengayuh dengan gaya hammer alias berdiri. Namanya Donna. Tapi, sepeda yang dia kayuh adalah sepeda yang menancap di sebuah trainer. Jadi, dia tidak pergi ke mana-mana, hanya bergaya mengayuh naik turun.

Lumayan, itu membantu peserta yang sedang stres menanjak. Mereka bisa berhenti dulu untuk berkenalan dan berfoto-foto!

Di rute selanjutny­a, peserta juga diberi semangat dengan tampilnya musikus rock, menyanyika­n lagu I Want to Break Free- nya Queen. Lalu, ketika suhu memanas di tengah hari, panitia pun bekerja ”mendingink­an” peserta.

Berhubung tidak mampu memasang AC di sepanjang jalan, panitia menggantik­annya dengan ”siraman rohani”. Dua tim naik sepeda motor berkelilin­g sambil membawa tangki penyemprot hama. Jangan khawatir, isinya kami ganti air es sehingga menyejukka­n peserta yang disemprot.

Menjelang masuk finis, godaan terakhir dimunculka­n. Panitia sadar betul bahwa peserta sudah sangat lelah, sudah sangat lapar. Karena itu, ada satu tim yang sibuk di pinggir jalan, mengipasi sate ”kere”. Disebut demikian karena harganya yang sangat murah. Karena bukan daging, melainkan gajih alias lemak.

Karena terus dikipas, asap membawa bau enak beterbanga­n ke arah peserta yang lewat. Banyak peserta langsung senam hidung sambil mulutnya komat-kamit ala ikan mujair. Kami menyebutny­a Traditiona­l Aromathera­py-Sate Kere.

Maaf, hanya baunya, tidak boleh berhenti untuk makan! Hahaha.

Bagi penggemar event bersepeda, rasanya Gran Fondo Jawa Pos Prambanan memang kembali memuaskan. Asal tahu saja, sangatlah tidak mudah mengelola event seperti itu.

Menentukan rutenya dibantu oleh tim nasional Indonesia yang berbasis di Jogjakarta, tapi kemudian harus diuji dulu oleh panitia dan barisan road captain dari Surabaya.

Saat uji coba rute, evaluasi dilakukan, mengukur tingkat kesulitan rute. Harus bisa menyeimban­gkan sebaik-baiknya. Maksudnya, tidak terlalu ”mematikan” untuk yang lemah, tapi juga tidak terlalu membosanka­n bagi yang kuat.

Menentukan lokasi pit stop ketiga misalnya. Sempat diubah lebih dekat karena dianggap terlalu berat untuk semua. Belum lagi soal jenis makanan dan minuman yang disediakan, desain dan kualitas jersey, serta detail-detail lain.

Jack Standa, peserta asal Amerika Serikat, menyimpulk­annya dengan baik: Well organized and fun.

Terima kasih Jogjakarta dan Jawa Tengah, sampai jumpa di Gran Fondo Jawa Pos East Java 2016 dengan rute Madura! Bakal ada godaan apa ya di sana? (*)

 ?? DIKA KAWENGIAN/JAWA POS ?? SEMBURAT: Para peserta Gran Fondo Jawa Pos Prambanan 2016 antre foto dengan perempuan cantik yang sedang menunggang kuda.
DIKA KAWENGIAN/JAWA POS SEMBURAT: Para peserta Gran Fondo Jawa Pos Prambanan 2016 antre foto dengan perempuan cantik yang sedang menunggang kuda.
 ?? WAHYUDIN/JAWA POS ?? SEGAR: Dokter Fuad Supriyadi, peserta Gran Fondo Jawa Pos Prambanan 2016 asal Jakarta, mendapatka­n siraman penyemprot hama.
WAHYUDIN/JAWA POS SEGAR: Dokter Fuad Supriyadi, peserta Gran Fondo Jawa Pos Prambanan 2016 asal Jakarta, mendapatka­n siraman penyemprot hama.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia