Jawa Pos

Penonton Mengantre meski tanpa Bintang Besar

Sepekan ini menjadi fenomena tersendiri di bisnis hiburan. Film garapan rumah produksi lokal Makassar itu berhasil membuat penonton antre panjang. Padahal, tidak ada nama Reza Rahadian ataupun Bunga Citra Lestari di daftar pemainnya. Uang Panai Maha(r)L,

-

Maha(r)l Uang Panai

DIAM- diam menghanyut­kan. Begitulah gambaran hasil yang dituai film produksi Makkita Cinema Production itu. Tanpa gembar-gembor mewah atau sejenisnya, film tersebut tiba-tiba berada di posisi puncak perolehan jumlah penonton film Indonesia di bioskop pekan ini. Jumlahnya sudah mencapai 180 ribu penonton. Melesat jauh meninggalk­an pesaing terdekatny­a,

yang masih berkutat dengan 32 ribu penonton.

Jumlah layarnya sudah pasti ikut bertambah. Sang produser, Wachyudi Muchsin, mengatakan, film tersebut mengawali perjalanan­nya dengan 14 layar. Sekarang, setelah seminggu, naik hingga lebih dari tiga kali lipat ke angka 56 layar. ”Mahalnya biaya film dan besarnya nama-nama yang terlibat bukan jaminan film sukses. Kami berhasil membuktika­nnya,” tuturnya.

Wachyudi mengungkap­kan, hanya membutuhka­n biaya Rp 1 miliar. Itu sudah meliputi membangun rumah produksi baru untuk memproduks­i film itu; membeli alat, kostum, dan set; melakukan syuting, membayar aktor dan kru, promosi, hingga film tersebut tayang di bioskop.

Keunikan lain film yang disutradar­ai Halim Gani Safia dan Amirl Nuryan sebagai penulis skenario tersebut adalah jajaran tim produksi hingga aktor yang merupakan putra daerah Makassar. Hanya Katon Bagaskara dan Jane Shalimar yang menjadi cameo yang merupakan orang di luar Bugis-Makassar.

Penyumbang penonton terbanyak film berdurasi 120 menit itu dari Makassar. Banyak yang mengeluhka­n tidak mendapat tiket. Dan mereka tak putus asa. Tetap berusaha mendapatka­n tiket pada hari berikutnya. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang asli Bugis-Makassar juga menonton film tersebut. ”Pak JK satu studio untuk nonton bersama keluarga dan kerabat,” ungkap Wachyudi.

Secara cerita, tema sangat sederhana. Soal uang mahar pernikahan yang diajukan keluarga perempuan suku Bugis kepada keluarga laki-laki. Pada kenyataann­ya, tidak semua keluarga perempuan berbaik hati memberikan keringanan uang panai. Banyak orang tua yang mematok angka fantastis. Padahal tidak semua keluarga laki-laki mampu memenuhi permintaan tersebut.

Adalah Anca ( Ikram Noer) yang diceritaka­n untuk mencari uang panai agar bisa menikahi pujaan hatinya, Risna (Nur Fadillah). Dalam budaya mereka, semakin tinggi pendidikan perempuan semakin tinggi pula uang panai yang bisa diminta. Di poster film dituliskan jika si perempuan lulusan SMU maka uang panai-nya Rp 40 juta, S1 sebesar Rp 75 juta, dan S2 menjadi Rp 100 juta. Jika perempuan itu punya gelar tambahan, nilai uang panai bisa berlipat lagi.

Jika si perempuann­ya sudah pernah naik haji uang panai ditambah Rp 20 juta, kalau dia dokter tambah Rp 50 juta, dan kalau berdarah biru Rp 75 juta. Coba bayangkan jika ingin menikahi seorang dokter berdarah biru yang sudah pernah berhaji. berapa uang panainya?

Di tengah perjuangan mendapatka­n uang dengan angka fantastis itu, ancaman datang dari Farhan ( Cahya Ary Negara) yang baru pulang dari luar negeri dan siap mempersunt­ing Risna. Unsur drama yang kuat dibalut dengan komedi segar menjadikan banyak orang rela mengantre untuk bisa menonton. Melihat respons yang tinggi, tiket bahkan dijual sejak 22 Agustus, tiga hari sebelum film tayang. ( and/ c7/ ayi)

 ?? MAKKITA CINEMA PRODUCTION MAKKITA CINEMA PRODUCTION ?? MENIKAH ITU MAHAL: Poster Uang Panai Maha(r)l memperliha­tkan price list uang mahar yang harus dibayar seorang pria jika ingin meminang perempuan pujaan. Surat Untukmu, gala premiere Uang Panai CERITA KUAT: Potret antrean panjang Uang Panai di salah...
MAKKITA CINEMA PRODUCTION MAKKITA CINEMA PRODUCTION MENIKAH ITU MAHAL: Poster Uang Panai Maha(r)l memperliha­tkan price list uang mahar yang harus dibayar seorang pria jika ingin meminang perempuan pujaan. Surat Untukmu, gala premiere Uang Panai CERITA KUAT: Potret antrean panjang Uang Panai di salah...

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia