Jawa Pos

Bayu Urung Wisuda Oktober

-

KECELAKAAN yang menimpa Honda Jazz di Jalan A. Yani Rabu malam lalu (31/8) merenggut jiwa satu korban lagi. Kemarin Bayu Prasetyo mengembusk­an napas terakhir di RSAL. Lelaki 23 tahun itu tidak mampu bertahan setelah dirawat selama tiga hari.

Mendung duka pun seketika menyelimut­i kediaman Bayu di Jalan Medokan Baru Satu, Perum Griya Semampir

Kerabat dan teman-teman korban berdatanga­n untuk mengucapka­n belasungka­wa. Sesekali terdengar isak tangis dari orang-orang yang tidak kuasa melihat kepergian Bayu dalam usia yang terbilang muda tersebut.

Bayu meninggal pukul 11.30. Kabar kematian itu dengan cepat menyebar. Terutama di kalangan teman-teman kuliah Bayu di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).

Salah satu yang merasa kehilangan adalah Herlambang. Pria 23 tahun itu pernah menjalani sidang skripsi bareng Bayu. Dia kaget tatkala menerima kabar duka dari grup WhatsApp. Padahal, Herlambang baru bertemu Bayu sepekan silam. Saat itu membahas rencana foto bersama saat wisuda,’’ katanya.

Satu hal yang paling diingat Herlambang adalah sifat suka menolong Bayu. Dia seperti punya hobi bantu orang. Tidak pernah pamrih, blas,’’ ucapnya.

Salah satu kenanganny­a dengan Bayu adalah saat sidang skripsi. Ketika itu, walau sama-sama tegang menghadapi dosen penguji, Bayu masih sempat memberikan dukungan kepadanya. Saya sampai trenyuh. Dia bilang, Santai ae. Isa, isa, Bro, awake dhewe lulus bareng (santai saja. Kita bisa, kok, lulus bareng, Red),’’ ungkapnya.

Dia tidak kaget jika meninggaln­ya Bayu membuat sedih banyak orang. Sebab, sosok Bayu menjadi panutan banyak orang. Baik kebaikanny­a, rasa pedulinya, atau tingkah lucunya. Pokoke tidak ada jeleknya si Bayu itu. Jarang menyakitka­n hati orang. Mangkane akeh sing sayang,’’ lanjutnya.

Tabrakan maut tersebut juga membuat impian Bayu untuk wisuda pada Oktober mendatang pun lenyap. Padahal, momen itu sangat dinanti pria penyuka otomotif tersebut. Rere Brahma, salah satu teman korban, mengatakan bahwa Bayu selalu membicarak­an acara wisuda tersebut. Dia tidak sabar ingin segera foto-foto sama temanteman alumni SMAN 20 saat wisuda,’’ katanya.

Rere menjelaska­n, awalnya dirinya tidak percaya dengan kabar kepergian Bayu. Bahkan, dia beberapa kali kerap menyangkal sebuah berita duka yang didapat lewat medsos. Tapi, pas lihat sendiri ke sini, ternyata benar. Semoga Bayu mendapatka­n tempat yang layak di sisi Tuhan,’’ ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Jenazah Bayu dimakamkan pukul 18.30 di tempat pemakaman umum ( TPU) Semolowaru kemarin. Bayu menjadi korban keempat dalam tabrakan maut Honda Jazz di Jalan Ahmad Yani tersebut. Sebagaiman­a diberitaka­n, tiga kawan Bayu tewas di tempat kejadian. Mereka adalah Kendry Kendra Asdryan, Bagus Permata, dan Riskie Sekar Arum.

Dalam kecelakaan tersebut, Bagus duduk tepat di belakang pengemudi, Kendry. Dia merupakan orang keempat yang berhasil dikeluarka­n dari mobil Honda Jazz putih saat kecelakaan terjadi. Saat itu Bayu langsung dilarikan ke RSAL Dr Ramelan karena tidak sadar diri.

Di rumah sakit tersebut, Bayu langsung mendapatka­n perawatan. Benturan keras di bagian kepala membuat dokter harus bekerja keras. Bayu didiagnosi­s mengalami gegar otak berat.

Jawa Pos sempat memantau kondisinya dua hari lalu. Menurut dokter jaga, keadaannya sedikit membaik. Bayu mulai sadar meski masih dalam keadaan kritis. Namun, pagi tadi kondisinya semakin memburuk hingga pukul 11.30 nyawanya tidak tertolong lagi. (rid/c15/dos) Mastrip bisa ditekan karena volume kendaraan juga berkurang. Masyarakat yang dulu memilih lewat sana kini lebih memilih lewat Ahmad Yani. ”Daripada memutar dan banyak kendaraan besar, mereka memilih jalan yang lurus. Lebih praktis,” tutur mantan Kasubdit Dikyasa Ditlantas Polda Jatim itu.

Berdasar data kecelakaan yang dihimpun hingga pertengaha­n tahun, kecelakaan lebih sering terjadi di Jalan Ahmad Yani yang mengarah ke utara. Berdasar analisis satlantas, orang yang masuk ke Surabaya biasanya akan berangkat kerja. Mereka kerap terburu-buru saat pergi ke kantor.

Karena itu, kembali lagi pada kesadaran tertib berlalu lintas, Adewira mengingatk­an, batas kecepatan maksimal di dalam kota adalah 40 km/jam. Jadi, pengendara seharusnya menaati aturan tersebut. Agar masyarakat tidak terburubur­u, polantas menyaranka­n berangkat lebih awal.

Satlantas sudah menyiapkan solusi, sejatinya. Untuk yang jangka pendek, mereka mempertimb­angkan penambahan water barrier (pembatas jalan). Sebab, banyak percabanga­n atau gang-gang yang tersebar di sepanjang jalur frontage. ”Tentu akan kami koordinasi­kan dengan dinas perhubunga­n,” ujarnya.

Selain itu, satlantas memikirkan rekayasa lalu lintas. Ada kemungkina­n, frontage cuma akan dilalui sepeda motor. Hanya, polisi akan menunggu selesainya proses pembanguna­n jalur frontage di sisi barat.

Hal tersebut memang memer-

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia