Jawa Pos

Mulai Tertarik saat Melihat Kakak Berlatih

Prestasi membanggak­an kembali diraih pelajar Kota Delta. Kali ini adalah Aflah Alwy Imas, 14. Belum lama ini siswa kelas IX SMPN 1 Sidoarjo itu berhasil menyabet medali perunggu di Bandung Open Archery Tournament 2016. Aflah Alwy Imas, Pelajar dengan Bany

- SEPTINDA AYU P.

AFLAH berdiri tegap. Tangan kirinya memegang compound bow (salah satu jenis alat panahan). Tangan kanannya menggengga­m anak panah. Tatapannya fokus ke depan. Menuju target face (papan panah) di lapangan SMK Antartika kemarin (3/9). Sejurus kemudian, tangan kanannya mulai menarik dengan penuh kekuatan. Wushhh….! Lemparan anak panah itu pun melesat tepat mengenai target face.

Aflah mengulangi kegiatan itu beberapa kali selama dua jam. Meski cukup lelah dengan aktivitas di sekolah, selama ini siswa kelas IX SMPN 1 Sidoarjo tersebut tetap semangat berlatih.

Sebagai atlet panahan, bocah kelahiran 4 Oktober 2002 itu memang sangat konsisten berlatih. Latihan dilakukan sepulang sekolah. Minimal dua jam sehari. Biasanya, Aflah berlatih di dua tempat secara bergantian. Yakni, di lapangan panahan di kawasan Lebo dan lapangan SMK Antartika. ”Capek sih. Tapi, pintar-pintarnya saya membagi waktu,” katanya.

Perjuangan dan pengorbana­nnya rutin berlatih berbuah manis. Aflah kerap menjuarai berbagai event panahan. Baik tingkat provinsi maupun nasional. Prestasi terakhir yang ditorehkan Aflah adalah mendapatka­n medali perunggu di ajang Bandung Open Archery Tournament 2016 pada 17–21 Agustus lalu.

Aflah mendapatka­n juara 3 kategori compound pelajar putra. Dia bersaing dengan ratusan peserta pelajar. Baik SMP maupun SMA dari seluruh Indonesia. Ada yang dari Bandung, Jakarta, Surabaya, Sumenep, hingga Solo.

Prestasi tersebut bukan kali pertama diperoleh Aflah. Sebelumnya, tahun ini dia mendapatka­n medali perak di Kejurnas Panahan PPLP (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar) pada 25–29 Mei lalu di Jogjakarta yang diselengga­rakan Kementeria­n Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). ”Tahun ini saya berhasil menjadi tiga besar di dua event nasional,” ungkapnya.

Putra pasutri Imam Jawahir dan Siti Murthosiya­h itu menyatakan, dirinya gandrung dengan memanah sejak duduk di bangku kelas II SD

Awalnya, dia kerap diajak ayahnya ke tempat latihan memanah. Kebetulan saat itu kakaknya, Latifah Al Rosyidah Imas, juga atlet memanah. ”Tiba-tiba saja suka melihat orang memanah. Menyenangk­an,” ujar cowok penghobi traveling tersebut.

Dari situ, dia langsung meminta ayahnya untuk mendaftark­annya ke salah satu klub. Memang tidak mudah belajar memanah. Butuh penyesuaia­n diri serta penguasaan teknik dan konsentras­i. Namun, dalam waktu dua minggu, Aflah langsung bisa menggunaka­n alat panah.

Kini dia menggeluti panahan kelas compound. ”Dua minggu belajar, ayah langsung membelikan alat panahan. Dari situ saya semakin semangat berlatih,” paparnya.

Aflah butuh waktu sekitar dua tahun untuk bisa menguasai segala teknik memanah. Hingga akhirnya dia membuktika­n kemampuan memanahnya dengan mengikuti lomba Pekan Olahraga dan Kesenian (Porseni) jenjang SD tingkat provinsi. Kali pertama mengikuti event, Aflah berhasil menyabet medali emas.

”Saya juga tidak menyangka bisa langsung menang,” ungkapnya.

Dari situlah Aflah semakin bersemanga­t untuk menjadi atlet profesiona­l. Dia tertantang untuk terus memburu prestasi. Dia beberapa kali menjadi juara dalam Porseni jenjang SD di tingkat provinsi. Anak bungsu di antara dua bersaudara itu pun lolos masuk di pusat latihan (puslat) pada ajang pekan olahraga provinsi (porprov) saat kelas VII SMPN 1 Sidoarjo. ”Waktu porprov saya juara tiga se-Jatim. Event itu sangat mengesanka­n,” ungkapnya.

Menurut Aflah, porporv menjadi kesempatan besar untuk menggali ilmu dan mengumpulk­an pengalaman. Selama di puslat, Aflah bertemu banyak atlet dari berbagai daerah. Kemampuan memanah mereka rata-rata sangat hebat. Karena itu, ketika berhasil menjadi tiga besar terbaik, rasa bangga begitu dirasakan. ”Saingannya sangat berat saat itu,” jelasnya.

Aflah menuturkan, dirinya sudah mengikuti lebih dari 20 event. Dari beberapa event tersebut, hampir semua mendapatka­n juara. Meski cukup banyak medali yang telah terkumpul dari memanah, Aflah masih belum puas. Selain berhasil mengumpulk­an medali di tingkat nasional, dia ingin bisa mengikuti event tingkat internasio­nal. ”Mumpung masih muda, saya ingin terus mengumpulk­an prestasi,” ungkapnya.

Dia mengatakan, menjadi atlet memanah memang tidak mudah. Dia sadar butuh waktu lama. Meski sudah berulang-ulang menjuarai berbagai event, Aflah mengatakan belum bisa menguasai seluruh teknik. Salah satu teknik yang paling susah dilakukan adalah grip. Yakni, teknik memegang busur panah. ” Tidak bisa sembaranga­n. Semua perlu konsisten. Dan ini susah,” jelasnya.

Dalam memanah, lanjut dia, sangat dibutuhkan konsentras­i. Saat memanah pun harus menggunaka­n feeling (perasaan) agar bisa mencapai target face. Karena itu, dia harus tetap menjaga mood agar selalu bagus. Khususnya setiap akan mengikuti lomba dan ketika berlatih memanah. ”Kalau mood buruk, saya tidak bisa konsentras­i. Jadi tidak bisa fokus dengan sasaran panah,” paparnya.

Untuk menjaga mood, dia biasanya bermain dengan teman-temannya. Selain itu, Aflah selalu memanfaatk­an waktu senggang untuk traveling bersama ayahnya. ”Paling senang kalau traveling ke pantai dan gunung. Yang bernuansa alam,” ucapnya. (*)

 ?? SEPTINDA AYU PRAMITASAR­I/JAWA POS ?? FOKUS: Aflah Alwy Imas menunjukka­n cara memanah yang baik.
SEPTINDA AYU PRAMITASAR­I/JAWA POS FOKUS: Aflah Alwy Imas menunjukka­n cara memanah yang baik.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia