Jawa Pos

Warga pun Bersyukur

-

TERNYATA dua pelaku teror lempar batu itu sudah terkenal di kampungnya. Banyak warga yang takut pada geng tersebut. Saat Jawa Pos masuk ke kampung dan menyebut dua nama itu, beberapa warga ogah memberikan penjelasan. ”Selama ini sangat meresahkan warga desa. Mereka bagian dari gerombolan preman yang urakan,” kata warga yang mewanti-wanti agar namanya tidak disebutkan karena khawatir berurusan dengan te- man-teman pelaku.

Sejak teror lempar batu diberitaka­n media massa, warga desa sebenarnya mengetahui bahwa Dhoni dan Puguh adalah pelakunya. Meski begitu, tidak ada yang berani melapor ke polisi. Sebab, mereka takut tersangkut dalam perkara yang meresahkan masyarakat tersebut. Selain itu, mereka khawatir ikut menjadi sasaran amuk anggota geng lainnya

”Waktu mereka kumpul di jalan desa setelah kejadian itu, kan banyak orang. Jadi, ada juga warga yang tahu,” ungkapnya.

Kini warga pun lega setelah keduanya ditangkap. Bahkan, mereka berharap polisi juga menangkap para anggota geng yang berpotensi membuat ulah. ”Ketika keduanya ditangkap, banyak yang bersyukur,” lanjut warga tadi.

Hingga kini suasana duka juga masih menyelimut­i rumah almarhum M. Mustofa di Dusun Prumpon, Desa Suruh, Kecamatan Sukodono. Ketika dijumpai Jawa Pos kemarin (3/9), sang istri, Sri Murtini, masih menyiratka­n rasa duka mendalam. Terlebih ketika mendengar bahwa pelaku pelemparan batu itu sudah ditangkap polisi. ” Tangan saya jadi dingin,” kata Sri sambil berlinang air mata.

Ibu tiga anak tersebut tidak banyak berkomenta­r ketika mengetahui pelaku pelemparan batu tertangkap. Dia berusaha untuk tawakal dengan menyerahka­n semua prosesnya kepada pihak berwenang. ”Saya pasrah saja, biarkan hukum berjalan,” lanjut Sri sambil memeluk dua anaknya yang sore itu berada di sebelahnya. Yakni, Amiqul Murtadho, 8, dan Hilayatul Auliai, 5. Anak-anak itu pun kini menjadi yatim lantaran ditinggal meninggal ayahnya.

Sri kembali menegaskan, selama hidup, almarhum suaminya tidak pernah memiliki konflik dengan siapa pun. Baik dengan warga yang dikenal maupun tidak. Bahkan, suaminya dikenal sebagai sosok yang humoris.

Selain beban psikis, Sri kini menanggung beban ekonomi. Sebab, selama ini suaminya adalah tulang punggung keluarga. Sejak kepergian suami tercintany­a, perekonomi­an keluarga menjadi goyah. Sejauh ini, ekonomi Sri dibantu sanak saudara, keluarga, serta jamaah ponpes untuk menjalani kehidupan sehari-hari. ” Tiap Rabu malam Kamis, saya bertemu Gus Nizam (pengasuh Ponpes Ahlushofa Walfawa, Red). Beliau yang membimbing saya,” ungkapnya.

Bagi Sri, pengajian setiap Rabu malam di ponpes yang beralamat di Jalan Darmo 1 Simoketawa­ng, Wonoayu, tersebut memiliki peran berarti. Termasuk bagi anak-anaknya.

Sementara itu, seperti diberitaka­n, sejak terjadi serentetan kasus teror lempar batu, polisi bekerja sama dengan jajaran terkait membentuk tim khusus (timsus) 44. Tujuan pembentuka­n tim itu adalah mengantisi­pasi kejadian serupa. Anggota tim, antara lain, satpol PP, dinas sosial dan tenaga kerja, serta beberapa instansi lain. Tujuan lain adalah mengantisi­pasi kemungkina­n pelakunya adalah orang tidak waras seperti kejadian di Jalan Suko Legok, Sukodono.

Plt Kasatpol PP Sidoarjo Toriquddin mengungkap­kan, timsus 44 yang dibentuk dua minggu lalu sudah bekerja sama secara intens. Contohnya, mengadakan operasi beberapa kali. ”Operasi kami tingkatkan. Lihat saja di perempatan dan di jalanan. Jumlah gepeng maupun orang gila semakin berkurang,” ungkapnya. (edi/jos/c7/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia