Delapan Bayi Alami Gizi Buruk
Kasus Paling Banyak di Kecamatan Jabon
SIDOARJO – Kasus bayi dengan gizi buruk masih ditemukan di Kota Delta. Hingga Juli tahun ini, terdapat delapan bayi yang mengalami gizi buruk. Rata-rata ditemukan dengan penyakit penyerta. Di antaranya, tuberkulosis kelenjar dan kelainan jantung, cacat bawaan, tuberkulosis paru-paru, diare dan muntah, serta kelainan pada mata sehingga membuat bayi tidak bisa melihat.
”Ada lima bayi gizi buruk dengan penyakit bawaan,” kata Kepala Seksi (Kasi) Gizi Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat (PKM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo Sri Undari kemarin (3/9).
Undari mengatakan, kasus gizi buruk paling banyak terjadi di Kecamatan Jabon. Sebab, kondisi alam di wilayah Jabon kurang mendukung untuk mendapatkan air bersih.
Kepala Puskesmas Kecamatan Jabon Djoko Setijono membenarkan hal itu. Air sumur yang biasa dikonsumsi warga mengandung bahan logam berat (timbal). Kandungan itu menghambat balita mendapatkan asupan gizi yang baik. ”Dari dulu air sumur di Jabon tercemar timbal. Beberapa bantuan air bersih dari pemerintah juga diberikan, tetapi belum berjalan maksimal,” terang dia.
Masyarakat saat ini, lanjut dia, sudah berangsur-angsur menggunakan air bersih. Beberapa bantuan dari berbagai lembaga agar warga Jabon bisa mendapatkan air bersih telah diberikan. ”Tapi, ada juga yang masih pakai air sumur,” ung- kapnya. Tak heran, hampir setiap bulan ditemukan kasus gizi buruk di Kecamatan Jabon.
Pola asuh yang salah dari orang tua memperparahnya. Gizi buruk bahkan terjadi sejak sang ibu masih mengandung. ”Biasanya, hamil kekurangan energi (gizi, Red). Saat dilahirkan, berat bayi rendah,” katanya.
Saat ini dinkes sudah memberikan kuota untuk melakukan skrining hormon hipotiroid pada ibu hamil. Langkah itu dilakukan untuk menghindari kemungkinan bayi lahir dengan keterbelakangan mental. Bahkan, kuota skrining hipotiroid untuk Kecamatan Jabon lebih banyak.
Dia menyampaikan, seluruh temuan kasus gizi buruk di Kecamatan Jabon telah ditangani oleh tim gizi dari puskesmas. Ketika kasus ditemukan, pihak puskesmas langsung memberikan terapi kepada bayi tersebut. Mulai pendampingan hingga pemberian makanan tambahan dan susu. ”Sebagian sudah sembuh dan dipulangkan,” terang dia. Orang tua juga diundang untuk diberi pengarahan tentang cara mengasuh anak yang baik. (ayu/c11/pri)