Terjerat Jaringan ISIS
Upaya Deradikalisasi Gagal Redam Pelaku
JAKARTA – Motif penyerangan terhadap tiga polisi di pos polisi Cikokol, Tangerang, dua hari lalu menemui titik terang. Sultan Aziansyah (SA) yang menjadi pelaku tunggal penyerangan diyakini terlibat kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah ( JAD) yang terafiliasi dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). SA pernah menjenguk dua terpidana kasus terorisme Amman Abdurrahman dan Abu Bakar Ba’asyir di Nusakambangan.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, SA terhubung dengan jaringan teror saat bergabung dengan Pesantren Anshoullah di Dusun Sembung Jaya, Mekar Mukti, Cisaga, Ciamis, Jabar. Pondok pesantren tersebut dipimpin almarhum Fauzan Al Anshori. Kelompoknya bernama JAD. ”Pelaku sudah sekitar setahun bergabung dengan JAD,” kata Kapolri setelah menjenguk korban di Rumah Sakit Siloam Tangerang kemarin (21/10)
JAD merupakan kelompok pecahan dari Jamaah Islamiyah (JI). Saat ini kelompok itu lebih con- dong kepada ISIS. Artinya, kelompok tersebut merupakan jaringan lama. Namun, SA adalah rekrutan baru. ”Kami telusuri terus apakah masih ada yang lainnya,” kata Tito.
SA pernah bersama rombongan Fauzan menemui Amman Abdurrahman dan Abu Bakar Ba’asyir pada Juni 2015. Keluarga pelaku sudah berupaya mencegah SA bergabung dengan kelompok teror. Mereka menjemput SA dari pesantren. Tapi, pemuda kelahiran 1994 itu sempat kabur. Setelah tinggal bersama keluarganya, aktivitas SA dengan kelompok teror terus berlanjut. Dia kerap berkomunikasi dengan anggota ISIS di Syria.
Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan, sangat mungkin anggota ISIS yang berkomunikasi dengan SA adalah Bahrun Naim, WNI anggota ISIS di Syria. Dia diyakini sebagai penyandang dana bom Thamrin dan Mapolres Solo. ”Dia komunikasi via chatting di media sosial,” katanya.
Polisi memeriksa alat komunikasi pelaku. Ada kemungkinan dia berkomunikasi dengan orang lain yang mencurigakan. ”Kami kloning alat komunikasinya dan sejumlah situs yang dikunjungi,” ungkap Boy.
Menurut keterangan keluarga, SA mengalami perubahan sikap sejak 2013. Saat itu dia berkuliah di sebuah lembaga pendidikan. ”Setelah itu dia mulai menjadi sosok yang tertutup dan pendiam. Pelaku kurang begitu terpantau aktivitasnya,” terang jenderal bintang dua tersebut.
Namun, gejala pelaku terlibat dengan kelompok teror sebenarnya sudah coba diantisipasi keluarga. Sekitar dua bulan yang lalu, kakak pelaku yang anggota Polres Tangerang melaporkan kondisi adiknya ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Bersama keluarga, ada sejumlah materi yang diberikan kepada pelaku. ”Materi itu ditujukan untuk menyadarkan pelaku, tapi ternyata tidak berpengaruh,” ujar Boy.
Pengamat terorisme Al Chaidar menilai saat ini ada kecenderungan pelaku teror bertindak sendiri alias lone wolf. Hal tersebut sesuai dengan perintah pemimpin ISIS Asia Tenggara Abu Abdullah Al Filipini. ”Ada video yang digunakan untuk memberikan perintah melakukan aksi tunggal,” ucapnya.
Dalam video itu dijelaskan, pelaku teror bisa melakukan aksinya dengan berbagai senjata tajam seperti pisau atau golok. Penggunaan sepeda motor juga dianjurkan dalam video tersebut. ”Aksi semacam itu diinstruksikan Abu Abdullah yang berasal dari kelompok Abu Sayyaf,” katanya.
Dengan menguatnya gejala aksi teror lone wolf, yang menyulitkan adalah jaringan tersebut seakan terputus. Sebab, pelaku aksi melakukan teror sendiri-sendiri. ”Berbeda dengan pelaku aksi berkelompok yang akhirnya jaringannya bisa terdeteksi semua,” kata Al Chaidar.
Langkah yang penting untuk ditempuh ialah mengevaluasi upaya deradikalisasi yang sela- ma ini telah dilakukan. Deradikalisasi ternyata belum efektif mencegah seseorang direkrut kelompok teror. ”Seperti yang terjadi pada pelaku penusukan kali ini,” ujarnya.
Diperlukan penguatan counter discourse atau kontrawacana dalam upaya deradikalisasi. Selama ini wacana dari kelompok teror tidak dibantah secara menyeluruh. Padahal, wacana tersebut harus ditanggulangi. ”Biar semua yang ragu bisa lebih jelas memahami bahwa pemahaman itu sesat,” tuturnya.
Sementara itu, kemarin polisi menggeledah rumah pelaku dan menyisir kembali tempat kejadian perkara (TKP). Ada beberapa barang bukti yang diamankan. Yakni 2 bilah pisau, 2 bom lempar, gulungan kawat tembaga, korek api, sajam jenis samurai, pisau kujang, busur panah, ranjau paku, 1 amunisi kaliber 3,8 mm, dan 4 selongsong amunisi.
Selain itu, petugas menemukan sejumlah buku yang mungkin menjadi salah satu pemicu pelaku beraksi. Antara lain enam lembar catatan Imam Malik dan Imam Akhmad, buku kiblat ”Mata Ksatria Alloh”, serta sejumlah buku harian. (idr/c9/ca)