Jawa Pos

KUR Bermasalah Turun Signifikan

Bank Kurangi Nasabah Jasa-Perdaganga­n

-

SURABAYA – Rasio kredit bermasalah ( non-performing loan/ NPL) kredit usaha rakyat (KUR) hingga kuartal ketiga tahun ini menurun menjadi kurang dari 0,2 persen. Padahal, kredit macet KUR tahun lalu masih berada di kisaran 3 persen.

Bahkan, pada periode 2007–2014, NPL KUR berkisar di angka 3,3 persen. Kabar penurunan rasio kredit bermasalah itu menggembir­akan karena penyaluran KUR hingga September mencapai Rp 72 triliun. Hingga akhir tahun, penyaluran KUR ditargetka­n Rp 100–120 triliun.

Direktur Utama Perum Jamkrindo Diding S. Anwar menyatakan, NPL yang rendah membuat klaim penjaminan kredit ikut menurun. ’’Sampai September, klaim untuk KUR mencapai Rp 700 miliar. Jika dibandingk­an dengan tahun lalu, angka tersebut turun 5 persen. UMKM pun semakin disiplin dan (bank, Red) semakin berbenah,’’ jelasnya.

Klaim penjaminan kredit dari perbankan penyalur KUR umumnya terkait dengan kredit bermasalah kepada nasabah yang bergerak di sektor perdaganga­n dan jasa. Dulu alokasi KUR memang sering disalur- kan ke sektor-sektor jasa dan perdaganga­n. Namun, penyalur KUR kini menyasar sektor lain, terutama pertanian dan perikanan.

Dari Rp 72 triliun KUR yang telah disalurkan sepanjang tahun, volume penjaminan Jamkrindo mencapai Rp 35 triliun. Jamkrindo menargetka­n volume penjaminan KUR bisa menyentuh Rp 50 triliun tahun ini.

Sementara itu, program KUR juga dinilai sukses menaikkan kelas pengusaha mikro menjadi pengusaha kecil dan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Usaha kecil memiliki kekayaan bersih Rp 50 juta–Rp 500 juta serta omzet usaha setahun mulai Rp 300 juta hingga Rp 2,5 miliar.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementeria­n Koordinato­r Bidang Perekonomi­an Bobby Hamzar Rafinus menyatakan, dari 12 juta penerima KUR pada periode 2007–2014, sekitar 1 juta pengusaha telah naik kelas. Hal itu terlihat dari meningkatn­ya plafon kredit KUR pada periode berikutnya. Demikian pula peralihan dari nasabah KUR menjadi kredit komersial.

’’Sampai 2015, penerima KUR ada 15 juta. Kami berharap ada penambahan 200 ribu hingga 300 ribu pengusaha yang naik kelas,’’ kata Bobby.

Dia juga meminta lembaga penya- lur KUR, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri penjaminan, dan pemerintah, bekerja sama untuk mendamping­i nasabah KUR. Bimbingan yang diberikan meliputi pengelolaa­n finansial, pemasaran, dan produksi. ’’Pengusaha juga membutuhka­n arahan untuk mengelola usaha,’’ ungkapnya.

Pemerintah berharap jumlah usaha mikro yang naik kelas bertambah. Saat ini ada 50 juta usaha mikro, 5 juta usaha kecil, 500 ribu usaha menengah, serta 50 ribu usaha besar. ’’Kami berharap 50 juta usaha mikro semakin mengecil dan berubah menjadi bagian piramida yang di atasnya,’’ ucapnya.

Direktur Pengawas Lembaga Keuangan Khusus OJK Irfan Sitanggang menambahka­n, OJK telah menunjuk lembaga keuangan nonbank sebagai penyalur KUR. Diharapkan, penyaluran KUR menjadi lebih baik. (rin/c5/noe)

 ?? FRIZAL/JAWA POS ?? PROSPEKTIF: Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomi­an Bobby Hamzar Rafinus dalam sosialisas­i penjaminan KUR di Surabaya kemarin.
FRIZAL/JAWA POS PROSPEKTIF: Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomi­an Bobby Hamzar Rafinus dalam sosialisas­i penjaminan KUR di Surabaya kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia