Mewahnya Kupu-Kupu Batu
SURABAYA–SURABAYA– Lukisan kupu-kupu itu tampak megah dengan taburan berbatuan di atas kanvas. Teksturnya begitu hidup. Tekstur yang terbentuk pada susunan permata, koral, mutiara, hingga kristal swarovski
Itulah salah satu masterpiece karya Sasya Tranggono dalam ajang Pameran Tunggal Seni Rupa Sasya Tranggono di Sumatra 36 Residence kemarin (21/10) hingga 24 Oktober.
Sasya adalah perupa kelahiran 25 Desember 1963. Dia mendalami berbagai teknik melukis. Mulai cat air, kertas, cat minyak, hingga mixed media. Selama lebih dari 25 tahun berkarya, Sasya melalui berbagai periodisasi lukisan. Misalnya, wayang, bunga, dan kupu-kupu.
Pameran bertajuk From Indonesia with Love tersebut menampilkan karya stone art dengan teknik mixed media. Dia mempunyai karya seni khas dalam menampilkan detaildetail yang menonjolkan ornamen. Goresan cat air pun tampak kaya dengan aksen glittery yang sekaligus memberikan kesan elegan dan mewah. Sebanyak 38 lukisan karyanya bercerita tentang flora, fauna, serta berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sang pelukis.
Misalnya, salah satu lukisan berwarna dasar merah berjudul Be Still and Know That I am God. Pada lukisan itu, Sasya menggambarkan filosofi kupu-kupu yang memiliki makna proses metamorfosis. ’’Begitu pula jalan kehidupan saya. Pada satu titik, saya mengalami metamorfosis untuk mencari jalan kehidupan yang disinari cahaya Ilahi,’’ tutur pelukis yang pernah mengadakan berbagai pameran di dalam maupun luar negeri tersebut. Dia juga pernah menyelenggarakan pameran di Jakarta, Bali, Belanda, Filipina, dan Malaysia.
Pada lukisan mixed media berukuran 120 x 180 sentimeter itu, tergambar sepasang kupukupu emas yang saling berhadapan. Kupu-kupu tersebut bertengger di atas ranting. ’’Saya menyelesai- kan lukisan ini hampir tiga bulan,’’ jelasnya. Jika dilihat secara detail, terdapat ribuan batu yang disusun sehingga membentuk perpaduan warna yang menawan. ’’Batu-batu itu saya dapatkan dari luar negeri seperti Afghanistan dan Pakistan,’’ papar lulusan business management di The Rotterdam School of Management Erasmus University, Belanda, tersebut.
Pada lukisan itu, Sasya menggunakan jenis batu koral, mutiara, moon stone, ametis, kerang, dan swarovski. ’’Semua batu yang digunakan asli. Bagi saya, ini sudah seperti perhiasan,’’ ujarnya, lalu tersenyum. Campuran bahan lain seperti serbuk kayu turut disertakan untuk membentuk tubuh kupu-kupu.
Selain itu, ada lukisan tiga kupukupu yang bertengger. Lukisan tersebut menggambarkan kehidupan sang pelukis. ’’Itu perumpamaan saya dan adik-adik. Saya adalah kupu-kupu yang paling besar (anak sulung, Red). Kalau yang hijau adik saya yang lakilaki. Ini (kupu-kupu berwarna krem) adik perempuan,’’ terangnya. Lukisan berjudul Throne itu memiliki warna dasar abu-abu. Detail dari batuan yang digunakan pun tidak kalah mewah. ’’Kurang lebih komposisi bahannya mirip dengan yang lain,’’ tambahnya.
Sembari menunjukkan lukisannya, Sasya menceritakan awal mula datangnya inspirasi untuk membuat lukisan mewah tersebut. Adalah Nicholas Hilman, putranya, yang memberikan kritik. ’’Dia sangat kritis. Your painting is so boring. Taruh saja perhiasanmu di lukisan itu,’’ tuturnya saat menirukan perkataan anaknya yang juga seorang fotografer. Selain tema kupu-kupu, dipamerkan karya seni rupa lain seperti lukisan wayang golek dan bunga yang diberi sentuhan glitter pada detailnya. (esa/c14/dos)