Progres JLLT Masih Nol
Sebab, jalan itu akan menjadi penghubung JLLB dengan Jalur Lingkar Dalam Barat (JLDB). Jalan penghubung itu dinamakan radial road (RR).
Proyek tersebut ditargetkan rampung pada 2017. Total panjang RR adalah 4,2 kilometer. Separo jalan selebar 40 meter itu saat ini telah dikerjakan CitraLand.
Jalan tersebut berada di depan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat (AS) di Jalan Citra Raya Niaga. Di sisi timur, Pakuwon juga sudah mengerjakan jalur itu. Jalur yang dikerjakan menghubungkan bundaran PTC dengan JLLB. Karena belum tersambung, jalur tersebut belum bisa dilewati. ” Nanti tanah Kelurahan Lontar dan puskesmas terkena dampak penyambungan,” ujar alumnus ITS tersebut.
Kemarin Eri juga meninjau proyek JLLB. Dia ditemani Kepala Perizinan CitraLand Nada Putri. Saat ini CitraLand sedang mengerjakan JLLB sepanjang 500 meter di Jalan Made, Alas Malang. Jalan tersebut akan dibangun selebar 60 meter. Kemarin buldoser terlihat meratakan tanah di kedua sisi jalan. Sebelumnya CitraLand menyelesaikan 2 kilometer JLLB di dekat Ciputra Water Park. Total jalan yang harus dikerjakan mencapai 6 kilometer.
General Manager PT Ciputra Surya Tbk CitraLand Lauw Hendra menerangkan bahwa pihaknya Masih menunggu penetapan lokasi baru oleh gubernur. Banyak lahan calon JLLT yang tidak jelas pemiliknya. JLLT melewati sejumlah lahan perumahan yang ditinggal pengembangnya, padahal belum menyerahkan fasum. Masih sedikit pengembang yang proaktif membangun fisik jalan. Pembuatan peta bidang oleh kantor pertanahan belum selesai. akan membantu pemkot merealisasikan JLLB dan JLDB. ”Ini menjadi upaya kami bersama pemkot menyelesaikan problem kepadatan jalan,” papar Hendra saat ditemui di area Ciputra Golf.
Hendra mengeluhkan kema- cetan, terutama di bundaran PTC. Karena itu, dia menyadari pentingnya JLDB dan JLLB. ”Sudah parah. Apalagi kalau sore,” keluhnya, lalu geleng-geleng.
Eri menyambut baik sikap proaktif CitraLand. Dia berharap para pengembang lain mengikuti langkah tersebut. Salah satu yang akan memulai pengerjaan adalah Bukit Mas. Dia melanjutkan, setelah jalan itu jadi, para pengembang pulalah yang akan diuntungkan. Sebab, kanan kiri jalan tersebut bakal menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Pemkot pun tidak akan tinggal diam. Pengurusan izin akan dimudahkan. ”Maka, yang lain ayo ndang nyusul,” jelas Ery.
Sementara itu, pembangunan JLLT masih nol persen. Pemkot sama sekali belum membangun fisik jalan di sana. Bahkan, 21 pengembang yang lahannya dilalui JLLT juga belum menyerahkan prasarana dan sarana umum (PSU) ke pemkot.
Selain fisik yang belum digarap, pembebasan tanah untuk JLLT sepertinya lebih sulit daripada JLLB. Sebab, mayoritas tanah JLLT milik warga. Kondisinya pun beragam. Di sana ada lahan yang masih dalam sengketa, lahan perusahaan yang ditinggal pengembang, hingga lahan kosong tak bertuan.
City Home Regency merupakan salah satu perumahan yang ditinggal pengembangnya. Padahal, hampir semua rumah di City Home Regency terdampak proyek JLLT. Di antara total 139 rumah, 116 rumah harus dibebaskan untuk JLLT.
Namun, upaya pembebasan tersebut bisa jadi bakal berlangsung lama. ”Sertifikat tanahnya di bank. Jadi, kalau mau membebaskan, tidak bisa langsung dibeli,” kata Ketua Paguyuban City Home Regency Moh. Yusuf Arianto.
Di Gunung Anyar, pembebasan tanah juga diprediksi berjalan alot. Sebab, mayoritas lahan yang terdampak JLLT masih berupa tanah kosong. ” Jadi, siapa pemiliknya enggak jelas,” kata Lurah Gunung Anyar Tambak Jaelani. Meski begitu, dia menyatakan bahwa pihak kelurahan terus menginventarisasi tanah untuk pembangunan JLLT. (sal/rst/c6/git)
JLLT: