Peta Suara Pilgub Jadi Tak Menentu
Soal Isu Penistaan Agama
JAKPUS – Ramai-ramai isu penistaan agama dan rencana demo besar-besaran pada 4 November berimbas terhadap peta suara terkini dalam pilgub Jakarta. Salah satunya, elektabilitas pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat diklaim terus merosot. Setidaknya, hal itu diungkapkan lembaga survei Kedai KOPI.
Direktur Eksekutif Kedai KOPI Sri Aryani menyatakan, berdasar survei terakhir lembaganya mengenai Pilgub DKI 2017, isu penistaan agama sangat memengaruhi elektabilitas pasangan tersebut. ’’Jadi, dalam survei itu, kami memiliki pertanyaan. Faktor apa saja yang dapat membuat tingkat keterpilihan Ahok turun?’’ ujarnya.
Aryani melanjutkan, 54,4 persen masyarakat menjawab, Ahok pernah dicitrakan menistakan salah satu agama. Kemudian, 24,2 persen masyarakat menilai gaya komunikasi yang tidak santun. ’’Sepuluh persen menyatakan, Ahok kerap melakukan penggusuran; 1,3 persen karena pernah dipanggil KPK; 5,1 persen tidak tahu; dan 3,8 persen menjawab lain-lain,’’ jelasnya.
Dosen ilmu politik Universitas Indonesia (UI) Sri Budi Eko Wardani menilai, sedikit atau banyak, isu penistaan agama akan berpengaruh terhadap elektabilitas tiga pasangan cagub-cawagub DKI. ’’Itu bisa terjadi karena perubahan jumlah suara mengambang. Misalnya, dari kelompok mengambang yang menentukan pilihan ke lawan Ahok,’’ katanya.
Atau, kata dia, ada yang sebelumnya menentukan pilihan, tapi berubah dengan memilih jawaban tidak tahu. ’’Mereka pun masuk ke kelompok mengambang. Ini masih serba-prediksi. Perubahan cepat sekali,’’ tuturnya.
Soal aksi pada 4 November mendatang, Sri menyatakan hal itu sangat menentukan. Menariknya, aksi tersebut bisa jadi malah meroketkan suara petahana atau bahkan menguatkan dukungan. ’’Kalau ada kesan itu untuk menjegal Ahok ke arena pilgub, justru saya melihat itu peluang bagi Ahok,’’ katanya.
Selain itu, sebagian pemegang hak pilih diyakini akan memperhatikan proses hukum. Selama Ahok belum dinyatakan bersalah, mereka akan terus menunda keputusan.
Bagaimana dengan elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies BaswedanSandiaga Uno? Menurut Sri, kedua kubu memperebutkan suara barisan anti-Ahok. ’’Selain itu, suara mengambang. Jika isu penistaan agama itu membuat suara mengambang membesar, para penantang Ahok untung,’’ bebernya.
Analisis dua ahli politik tersebut cukup selaras dengan kondisi di lapangan. Sebagian masyarakat anti-Ahok semakin berani bersuara. Bahkan, kemarin ketika blusukan ke Jalan Ayub, Rawabelong, Ahok mendapat penolakan keras.
Mantan bupati Belitung Timur itu sampai harus dievakuasi dengan menggunakan angkot. Suasana di lokasi ricuh sekitar pukul 16.30. Sekelompok warga meneriakkan penolakan terhadap kedatangan Ahok. Polisi langsung sigap memperketat pengamanan. Keciruhan pun terjadi. Ketika situasi kian panas, Ahok dievakuasi. (ydh/c5c/ano)