Jawa Pos

Semua Bagian Tubuh Berfungsi Pembelajar­an

Usia yang sudah mencapai kepala lima tak membuat Dwi Susiyanti berhenti berinovasi. Karya terbarunya adalah alat permainan edukatif (APE) yang bernama robot piyo-piyo. Dwi Susiyanti, Guru TK Pencipta Robot Piyo-Piyo

- FIRMA ZUHDI AL FAUZI

TINGGINYA sekitar 70 sentimeter. Meskipun disebut robot piyo-piyo, benda itu bukanlah robot pada umumnya yang memiliki mesin. Sama sekali tak ada sistem mekanik dan alat elektronik di tubuh piyo-piyo. Cara menggerakk­annya pun harus didorong. Namun, tampilanny­a memang mirip robot. Itulah yang membuat Dwi Susiyanti tetap menyebutny­a robot.

’’Ini tangannya ada dua, terbuat dari tongkat pramuka yang saya potong sekitar 20 senti- meter,’’ jelas Susi di ruang kelas TK Dharma Wanita Terungkulo­n 2, Jalan Desa Terungkulo­n, Krian, Selasa (1/11).

Tangan robot yang bisa dicopot alias bongkar pasang itu tidak hanya berfungsi sebagai penghias, namun juga pembelajar­an. Dari tangan itu, anak didiknya bisa belajar tentang beragam bentuk. Misalnya, bentuk tabung.

Mereka juga bisa belajar mengenal warna. Sebab, tangan tersebut dibalut kain flanel warna-warni. Bahkan, tangan itu bisa digunakan untuk pembelajar­an arah. Caranya, tangan tersebut diarahkan ke atas, samping depan, dan belakang.

Sementara itu, kepala robot berbentuk bola. Ada pembelajar­an bentuk bulat di sana. Mata yang ditempelka­n di bola bisa digunakan untuk pembelajar­an bentuk lingkaran. Topinya digunakan untuk pembelajar­an bentuk kerucut

Badannya untuk pembelajar­an jenis kotak. Semua berwarna-warni agar lebih banyak warna yang bisa dipelajari.

’’Badannya ini terbuat dari kotak sound system, tapi yang setengah jadi. Rambutnya dari sapu berwarna-warni,’’ jelas perempuan kelahiran Sidoarjo, 28 September 1966, itu.

Di bagian bawah piyo-piyo masih ada roda sehingga robot bisa lebih mudah bergerak. ’’Nah, robot saat didorong maju, dijelaskan kepada anak-anak, ini lho maju. Kalau mundur begini, ke arah kanan begini, berputar itu begini,’’ ujar Susi sambil menggerakk­an piyo-piyo. Nama itu diambil dari penggalan nama depan anak perempuan Susi. Yakni, Nofio Liyan Anggraeni.

Susi lantas memperliha­tkan bagian depan robot yang dilekatkan dengan lima kotak kecil yang memuat beragam barang. Ada yang berisi angka, huruf, miniatur buahbuahan, puzzle, dan lego. Selain itu, ada sedotan yang dipotong kecil-kecil. Potongan sedotan tersebut bisa dilekatkan dengan malam untuk menjadi bentuk tertentu.

Menurut Susi, semua benda itu bisa digunakan untuk belajar berhitung. Misalnya, berapa buah jumlahnya. Untuk jawabannya, anak didik diminta mengambil angka dari dalam kotak. ’’Semua barang itu juga berwarna-warni untuk pembelajar­an jenis warna. Juga bisa untuk belajar pengelompo­kan warna,’’ ungkap ibu tiga anak yang saat ini menjabat kepala TK Dharma Wanita Terungkulo­n 2 tersebut.

Bagian atas badan piyo-piyo juga ditempeli bel sepeda. Terkadang Susi meminta anak didiknya menghitung berapa kali bel itu berbunyi. Di bagian belakang badan robot, tersedia dua kantong yang juga memuat alat permainan. Ada monopoli dan ular tangga. ’’Ada yang sampai nangis karena berebut,’’ tuturnya.

Istri Erli Muktono itu membuat robot piyopiyo sebagai APE sejak 2015. Dia terus menyempurn­akannya. Robot itu pernah diikutkan dalam lomba inovasi APE di Kecamatan Krian. Saat itu Susi menganyam sendiri pakaian robotnya. Karena inovasi itu, dia meraih juara satu.

’’Lombanya bertema menganyam. Tapi, yang saya anyam (pakaian, Red) robot. Ternyata malah bagus dan menang,’’ ungkapnya.

Dari tingkat kecamatan, kompetisi berlanjut di level kabupaten. Temanya tetap menganyam. Kali ini dia berhasil meraih posisi ketiga. ’’Pernah diledek sama juri, itu robot apa tuyul? Kok yang dibawa banyak banget?’’ ujar Susi, lantas tertawa lepas.

Karena keunikan piyo-piyo, kini Susi sibuk meladeni pemesan. Sejumlah sekolah dan lembaga dari luar Sidoarjo tertarik untuk menjadikan­nya media pembelajar­an di tempat mereka. Malahan, kini sudah dibuat lebih dari 30 unit piyo-piyo.

’’Warna robotnya bisa macam-macam. Bisa diwarna beda biar tidak bosan. Oktober lalu berhasil terjual empat buah,’’ ujar lulusan 2008 Pendidikan Guru Taman KanakKanak (PGTK) Adibuana itu. Dia juga tak mematok harga mahal. Yang penting bisa membantu pembelajar­an bagi anak-anak. ’’Bangga juga kan kalau bisa bikin alat bermain yang bisa digunakan banyak orang, bermanfaat,’’ tegasnya.

Selain robot piyo-piyo, sebenarnya banyak inovasi pembelajar­an lain yang dibuat Susi. Ada miniatur kapal laut yang juga berisi banyak alat bantu permainan pembelajar­an. Ada minatur masjid dan wihara untuk mengenal jenis-jenis agama di Indonesia.

’’ Tapi, yang paling banyak saya buat ya robot piyo-piyo ini. Tiap hari juga digunakan untuk pembelajar­an karena wali murid juga mendukung,’’ ungkapnya. (*/c5/pri)

 ?? CHANDRA SATWIKA/JAWA POS ?? BELAJAR TERASA MENYENANGK­AN: Dwi Susiyanti (kiri) mengajari Dwi Maulana Qolbi dengan menggunaka­n robot piyo-piyo di TK Dharma Wanita Terungkulo­n 2, Jalan Desa Terungkulo­n, Krian, Selasa lalu (1/11).
CHANDRA SATWIKA/JAWA POS BELAJAR TERASA MENYENANGK­AN: Dwi Susiyanti (kiri) mengajari Dwi Maulana Qolbi dengan menggunaka­n robot piyo-piyo di TK Dharma Wanita Terungkulo­n 2, Jalan Desa Terungkulo­n, Krian, Selasa lalu (1/11).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia