ABK Mandiri Jadi Bayaran Tertinggi
Perjuangan tanpa Pamrih Para Relawan Inklusi Kepada mereka yang mengalami keterbatasan, para relawan inklusi mendedikasikan diri dengan ikhlas. Mereka memiliki keinginan besar anak berkebutuhan khusus (ABK) di Sidoarjo mampu mandiri hingga berprestasi.
’’AYO Nanta, dibaca ya bukunya,’’ kata Ika Arizkha Cahyani sambil menyodorkan buku cerita bergambar ke tangan Rayhan Satriyo Zulnanta, salah satu siswa inklusi di ruang perpustakaan SDN Sidokerto, Kecamatan Buduran, kemarin (2/11). Nanta yang saat itu asyik dengan karya-karya lukisnya langsung menerima buku cerita bergambar tersebut. Wajahnya ceria. Dia begitu senang dengan buku cerita itu. ’’Baca… baca.. baca..,’’ ucap Nanta begitu bersemangat.
Nanta tidak sendiri. Dia bersama dengan teman-teman kelas III lainnya. Ada Indah Dwi Setyawati, Bunga Rossa Latifah, dan Zaskia Fadila Az Zahra. Mereka juga merupakan siswa inklusi di SDN Sidokerto. Ika dibantu Fani Maslukhah untuk mendampingi para ABK belajar.
’’Anak-anak pintar semua. Sudah bisa membaca. Pandai juga membuat kerajinan tangan,’’ ujar Fani menyemangati para siswa inklusi tersebut. Di ruang perpustakaan itu, para orang tua siswa inklusi datang untuk melihat perkembangan anaknya. Suasana belajar pun terlihat begitu hangat. Tidak terlalu formal, tetapi sangat menyenangkan.
Ya, keseharian Ika dan Fani tidak pernah lepas dari kegiatan pendampingan siswa inklusi. Bukan hanya di sekolah, mereka juga aktif menjadi relawan inklusi dari rumah ke rumah.
Ika menyatakan menjadi relawan inklusi sejak Agustus 2015. Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan inklusi, perempuan kelahiran 20 Mei 1993 tersebut tetap beraktivitas dengan baik. ’’Mengajar atau mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus sudah menjadi hobi,’’ tuturnya.
Awalnya, putri pasangan Mat Arif dan Usfuriyah itu hanya menjadi relawan inklusi di rumah terapis untuk ABK di daerah perumahan Kahuripan Nirwana. Kemudian, dia menjadi relawan inklusi di SDN Plumbon 1. Dengan berbekal ilmu seadanya, Ika menjadi shadow teacher di sekolah tersebut. Dia tidak menerima gaji setiap bulan. Namun, rasa senang bisa membantu anak inklusi hingga mandiri menjadi bayaran yang luar biasa bagi Ika.
’’Anak inklusi itu istimewa. Saya akan menjadi istimewa ketika bisa mendampingi mereka dengan baik,’’ jelas perempuan yang baru saja lulus S-1 PGSD (pendidikan guru sekolah dasar) di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya itu.
Kali pertama menjadi relawan inklusi, lanjut Ika, terasa begitu berat. Namun, rasa penasaran untuk mengatasi permasalahan siswa inklusi sangat besar. Ika pun banyak belajar dari bukubuku, internet, dan orang-orang yang telah berpengalaman di dunia inklusi. ’’Awalnya bingung, benarkah yang sudah saya lakukan terhadap anak inklusi yang didampinginya,’’ ungkapnya.
Kini Ika aktif menjadi relawan inklusi di SDN Sidokerto. Dia begitu bersemangat bisa meningkatkan kemandirian ABK. Bahkan, beberapa siswa inklusi yang didampingi mulai menunjukkan potensinya. Salah satunya di bidang melukis. ’’Kami ingin bisa membantu. Kalau anak tidak bisa mengancing baju saja, saya bisa menangis,’’ paparnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ika dan Fani membuat Fics Rumah Belajar di kawasan Kahuripan Nirwana. Rumah belajar tersebut digunakan untuk bimbingan belajar tambahan anak SD hingga SMP reguler. ’’Kami kebetulan saudara sepupu. Jadi, kami bekerja sama membuat rumah belajar. Dari situ kami mendapatkan rezeki,’’ tutur Fani.
Dengan begitu, menjadi relawan inklusi bisa dikerjakan dengan tulus. Fani mengatakan, terjun menjadi relawan inklusi merupakan wujud dari keinginannya menjadi seorang guru. Namun, jurusan yang diambil saat kuliah begitu menyimpang dari guru. ’’Waktu ditawari menjadi relawan inklusi, khususnya mendampingi Nanta, saya senang,’’ kata putri pasutri Imron Suaidi dan Siti Ulfah tersebut.
Fani menuturkan, dirinya kali pertama sempat kesulitan. Sebab, anak-anak inklusi yang didampingi sering marah-marah. Namun, lambat laun dia mulai terbiasa dengan kondisi tersebut. Apalagi saat melihat potensi anak-anak inklusi. ’’Mereka (anak-anak inklusi) memang memiliki keterbatasan, tetapi juga punya kelebihan,’’ jelasnya. (c15/dio)