Jawa Pos

Proyek 35 Mw Tunggu Jaminan

Terkendala Pasokan Gas

-

JAKARTA – Penyebab keterlamba­tan proyek kelistrika­n 35 ribu mw ternyata berada di tangan pemerintah. Selain persoalan pembebasan lahan, mayoritas proyek kelistrika­n mandek karena belum mendapatka­n surat jaminan kelayakan usaha (SJKU) dari menteri keuangan.

Direktur Perencanaa­n PLN Nicke Widyawati menyatakan, proyek pembangkit listrik dengan total daya 14 ribu mw sebenarnya sudah memiliki power purchase agreement (PPA). Artinya, PLN dan produsen listrik ( independen­t power producer/ IPP) menyepakat­i harga jual listrik.

Dari jumlah tersebut, pembangkit berkapasit­as 9.300 mw belum memperoleh jaminan pembiayaan dari bank ( financial close). Umumnya disebabkan masalah lahan. Namun, ada juga pembangkit berkapasit­as total 6.300 mw yang belum financial closing karena IPP belum memperoleh SKJU.

Seluruh proyek yang terkendala SKJU dibangun kontraktor asal Jepang. Tanpa surat garansi dari pemerintah terhadap risiko gagal bayar PLN pada sebagian masa operasi proyek tersebut, bank-bank asal Jepang menolak mencairkan utang.

Sebaliknya, proyek-proyek yang digarap kontraktor Tiongkok relatif tidak terkendala. Sebab, Tiongkok tidak membutuhka­n jaminan dari pemerintah Indonesia untuk mendapatka­n pembiayaan.

PLN berharap seluruh SKJU bisa diterbitka­n pada November ini sehingga target financial closing pada Desember tidak terlewati.

Waktu penerbitan SKJU yang relatif lama tidak disebabkan adanya masalah, melainkan murni proses birokrasi yang membutuhka­n waktu. ”Itulah kenapa bisa dipercepat,” ungkapnya.

Lambatnya penerbitan SKJU sebenarnya tidak menghentik­an proyek 100 persen. Namun, pembebasan lahan dan persiapan konstruksi proyek berjalan lambat karena produsen listrik hanya mengandalk­an dana jaminan 10 persen yang disetor kepada pemerintah.

Selain masalah birokrasi, hal lain yang mengganggu penyelesai­an proyek 35 ribu mw adalah harga listrik dari pembangkit mulut tambang. Total dayanya mencapai 7.800 mw. Harga batu bara di mulut tambang saat ini dinilai terlalu mahal. Alasannya, harga batu bara di mulut tambang bisa 2,5–3 kali lipat lebih mahal daripada batu bara nonmulut tambang.

Sementara itu, pembangkit listrik berbahan bakar gas terkendala pasokan gas. Padahal, 20 ribu mw di antara total 35 ribu mw adalah pembangkit berbahan bakar gas. ”Pasokan gasnya bermasalah,’’ urai Nicke.

PLN sebenarnya sudah membuat sejumlah pembangkit yang menggunaka­n bahan bakar minyak maupun gas alam cair ( dual fuel). Namun, pasokan gasnya belum siap. PLN menggunaka­n bahan bakar minyak. (dim/c5/noe)

 ??  ??
 ?? FEDRIK TARIGAN/JAWA POS ??
FEDRIK TARIGAN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia