Kerahkan Kapal Bersensor
41 Orang Selamat, 42 Belum Ditemukan
BATAM – Pencarian korban tenggelamnya kapal pengangkut TKI di perairan Tanjung Memban, Batam, difokuskan ke permukaan laut. Setelah dua hari, diperkirakan mayat korban akan mengapung.
’’Pengalaman operasi, pada hari ketiga biasanya yang tenggelam dan meninggal mulai mengapung. Kekuatan fokus ke permukaan,’’ kata Kepala Basarnas Felicianus Henry Bambang Soelistyo kemarin.
Pencarian di garis pantai tetap dilakukan. Basarnas menerjunkan kapal yang dilengkapi peralatan sensor untuk mendeteksi objek di bawah permukaan laut. ’’Tujuan utama adalah mencari titik tenggelam dan posisi kapal. Saya yakin masih ada juga saudara (jenazah korban, Red) kita di dalamnya,’’ ucapnya.
Setelah titik atau posisi kapal ditemukan, tim penyelam akan turun untuk melakukan evakuasi. Tim penyelam melibatkan Basarnas, Polri, dan TNI-AL. Penyelam tradisional juga dilibatkan.
Batam Pos ( Jawa Pos Group) melaporkan, pencarian korban melibatkan 14 kapal milik TNI-AL, Polair, polresta, Brimob, dan Basarnas. Juga, dua helikopter milik Basarnas dan Polri. Total, 261 personel diterjunkan untuk pencarian korban. ’’Ini sudah lebih dari cukup,’’ kata Soelistyo.
Kapolda Kepulauan Riau (Kepri) Brigjen Sam Budigusdian menyatakan, operasi pencarian korban terkendala gelombang laut yang kuat. Diduga, beberapa korban terbawa arus menuju perairan Singapura dan Malaysia. Karena itu, Polda Kepri ber- koordinasi dengan kepolisian Singapura dan Malaysia. Pencarian mencapai jarak 291 mil dari bibir pantai.
Polisi sudah mengidentifikasi 12 di antara 18 jasad yang ditemukan. ’’Kami mencari identitas berdasar dental data medis properti. Ditambah keterangan korban yang selamat dan keterangan keluarga,’’ tutur Sam.
Sementara itu, korban selamat bertambah. Total 41 orang. Berarti masih ada 42 korban yang hilang. Kepala SAR Tanjung Pinang Abdul Hamid menjelaskan, dua orang tersebut adalah ABK kapal. ’’Mereka berniat melarikan diri,’’ katanya.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub A. Tonny Budiono memastikan kapal nahas itu tidak terdaftar. Kapal kayu tersebut bertolak dari Johor, bukan dari pelabuhan resmi. Kapal mengambil rute pelayaran yang tidak biasa untuk menghindari patroli laut, baik dari Malaysia maupun Indonesia.
Juru Bicara Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Servulus Bobo Riti menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan daerah asal korban untuk penanganan lebih lanjut. ’’Salah satunya, melacak ahli waris jenazah yang teridentifikasi,’’ jelasnya. Sejauh ini, korban diketahui berasal dari NTB, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau. (JPG/mia/bil/c5/ca)